Ps
Joseph Hendrik Gomulya
Courtesy: Bahtera Media Network
S
|
elama
ini kita selalu berbicara bagaimana menghasilkan sebuah generasi tetapi kita
tidak sungguh-sungguh merelakan atau menginvestasi sesuatu buat sebuah
generasi. Padahal kita harus benar-benar bisa peduli kepada generasi untuk
menghasilkan generasi berikutnya sampai mereka benar-benar berhasil dan hidup
mereka dipakai Tuhan. Generasi demi generasi itu penting karena akan
menghasilkan generasi berikutnya sampai kita melihat generasi demi generasi itu
diselamatkan.
“Yesus
berkata lagi: “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu
kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi
hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara
mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya
itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu
dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah
bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat. Lalu ia
pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke
ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas
yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya
kepadanya. Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang
upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati
kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya:
Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak
lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan
bapa. Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh,
ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya
itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu
kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak
layak lagi disebutkan anak bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada
hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu
kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan
ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan
bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia
telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. Tetapi
anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah,
ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. Lalu ia memanggil
salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. Jawab
hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun,
karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. Maka marahlah anak sulung itu
dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. Tetapi
ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum
pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa
memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan
sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah
memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa
menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. Kata ayahnya kepadanya:
Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.
Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi
hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.””
(Lukas
15:11-32)
Di gereja atau di rumah Bapa ada
dua orang anak (anak sulung dan anak bungsu) dimana anak bungsu adalah anak
yang sedang dinantikan oleh Bapa sekarang ini untuk kemudian terjadi kegerakan.
Anak bungsu adalah anak yang hanya menginginkan tinggal di rumah Bapa seperti
yang dikatakan oleh anak bungsu saat ingin kembali pulang dia berkata “aku
hanya ingin tinggal di rumah Bapa” “aku hanya ingin tinggal didekat Bapa”
(dalam terjemahan yang lain). Kenapa? Karena dia sudah mencoba untuk tinggal di
luar Bapa dan tidak mendapatkan apapun karena yang terbaik adalah tinggal di
rumah Bapa.
“Lalu
ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang
berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan
bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa
terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak
bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.”
Anak bungsu berbicara tentang 2 hal
yaitu ketulusan dan kerelaan dimana ketulusan dan kerelaan yang dilakukannya
itu sampai diluar batas kemanusiaannya, sampai diluar batas kekuatannya sebagai
manusia. Ketulusan dan kerelaan sampai di titik dimana dia berkata “aku tidak
inginkan apa-apa”, “aku hanya ingin dekat Bapa dan bekerja untuk-Nya (kerelaan
dari dalam hati-Nya). Anak bungsu tidak mempunyai motivasi atau keiinginan yang
lain selain hanya tinggal didekat Bapa dan melayani-Nya karena anak sulung juga
melayani Bapa tetapi dia tidak punya hati untuk tinggal di dekat Bapa sekalipun
dia tinggal bersama Bapa, yang di inginkannya hanya sebuah prestise, sebuah
penghargaan, sebuah pesta (menginginkan kambing domba). Sesuatu yang lama dia
pendam didalam hatinya untuk Bapa berikan sehingga inilah salah satu yang
membuatnya marah ketika anak bungsu pulang justru dia yang diberikan kambing
domba. Didalam Tuhan terkadang apa yang kita mau atau inginkan justru bukan itu
yang Tuhan mau tetapi sewaktu kita melayani dengan ketulusan dan kerelaan Tuhan
justru memberikan jauh lebih banyak dari apa yang kita inginkan.
Hal yang membuat anak sulung marah
adalah karena dia berpikir bahwa dia sudah melakukan segala hal buat Bapa,
melakukan segala hal yang Bapa ingin dia lakukan TETApi oleh karena ada
keinginan atau motivasi yang lain didalam hatinya yaitu menginginkan pesta,
menginginkan penghargaan dari Bapa sehingga ketika anak bungsu kembali pulang
dan diberikan pesta (kambing dan domba) dia menjadi marah bahkan hal yang
terbesar yang membuatnya marah sebenarnya karena dia melihat anak bungsu
diberikan 3 hal saat dia kembali pulang yaitu: CINCIN, JUBAH dan KASUT dalam
satu hari. Apabila kita membaca seluruh kisah dalam Alkitab tidak ada seorang pun
tokoh yang oleh Bapa diberikan 3 hal dalam satu hari seperti yang diberikannya
kepada anak bungsu. Yusuf hanya diberikan jubah, Musa hanya diberikan tongkat
(yang menggambarkan otoritas), dan murid-murid hanya diberikan kasut (kerelaan
untuk memberitakan Injil). Tuhan menginginkan kita seperti anak bungsu ini
karena di akhir jaman ini Tuhan akan membangkitkan GENERASI ANAK BUNGSU yang
melayani dengan ketulusan, kemurnian, kerelaan sampai melewati batas limit
kemanusiaannya (kekuatannya sebagai manusia) untuk kita juga menerima 3 hal
tersebut.
1)
JUBAH
Jubah
berbicara tentang panggilan atas hidup kita dimana orang akan mengetahui siapa
orang tersebut dari melihat jubah yang dipakainya. Ada jubah khusus buat anak
bungsu dimana semua orang, semua hamba-hamba di rumah Bapa menyambut kembalinya
anak bungsu.
Anda
mungkin merasa tidak layak lagi untuk melayani Tuhan tetapi sebenarnya yang
terpenting adalah hati saudara mau berkata “kali
ini aku ingin kembali melayani di rumah Bapa”, yang saudara inginkan hanya
berada didekat Bapa, tidak akan kemana-mana lagi apapun yang terjadi atas diri
anda, sekalipun tidak mendapatkan sesuatu itu tidak menggoyahkan anda untuk
selalu tinggal didekat Bapa.
2)
CINCIN
Ini
hal yang ajaib karena sesungguhnya anak bungsu sudah kehilangan otoritas
sewaktu dia memilih berada diluar rumah. Setiap kita seharusnya mengerti bahwa
kita memiliki otoritas, anak sulung seharusnya mengerti bahwa dia memiliki
otoritas. Dia melayani di rumah Bapa, melakukan apa yang Bapa inginkan tetapi
dia tidak mengerti bahwa semua yang Bapa miliki adalah miliknya juga.
Hal
yang membuat anak sulung bisa seperti itu karena di hatinya tidak memiliki
ketulusan dan kerelaan sampai di luar limitnya. Seperti Yakub sebelum namanya
diubah menjadi Israel harus melalui ujian yaitu melalui Laban mertuanya yang
terus mengubah-ubah upahnya bahkan sampai tidak diberikan upah untuk
menghasilkan seorang Israel yang hatinya tulus karena dengan memiliki ketulusan
kita akan mempunyai otoritas karena yang kita muliakan hanya Tuhan. Orang yang
tidak mempunyai ketulusan, ketika dia berdoa yang dia muliakan dan tinggikan
bukan Tuhan tetapi dirinya bahkan akan bertepuk dada ketika berhasil.
Kenapa
Tuhan mengijinkan atau memberi uang (harta) kepada anak bungsu yang menjadi
bagiannya?
Itu sebenarnya adalah investasi Bapa
bagi hidup anak bungsu karena kalau seandainya dia tidak pernah merasakan tinggal
diluar Bapa mungkin dia akan terus seperti anak sulung yang tiap hari hanya
menuntut harta (meminta diberikan pesta) dan kebanyakan kita pun seperti itu
datang ibadah hanya untuk meminta atau hanya menginginkan berkat padahal
sebelum kita mengucapkannya Dia sudah mengetahui segala kebutuhan kita. Jadi
jangan meminta sesuatu kepada Tuhan apabila Tuhan tidak menggerakkanmu untuk
meminta karena itu permintaan tanpa kuasa didalam kehendak-Nya, tetapi mintalah
sesuai dengan kehendak-Nya karena itu bukan menyenangkan kedaginganmu tetapi
menyukakan Tuhan. Anak bungsu ketika kembali, dia kembali dengan sebuah
paradigma, kembali dengan hati yang sangat berbeda.
Anda mungkin berkata bahwa anda
sudah melayani tetapi belum mengalami terobosan, jangan takut karena mungkin
Tuhan ijinkan itu semua sampai anda benar-benar di luar limit, benar-benar
tulus untuk melayani dan mengasihi Tuhan bukan didasarkan atas pertolongan
Tuhan atas hidupmu, bukan lagi atas berkat-Nya. Ketulusan itu perlu terus di
uji terus menerus seumur hidup kita karena ketulusan adalah hanya mengikuti dan
menginginkan di dekat Bapa, didekat hati-Nya, mengikuti apa yang Bapa mau.
3)
KASUT
KERELAAN
Kerelaan
yang tidak biasa, kerelaan sampai di luar limit, di luar batas kemanusiaan kita
seperti Firman Tuhan berkata kalau orang mengajakmu berjalan satu mil maukah
engkau berjalan di mil-mil berikutnya? Kerelaan untuk kita melayani
menghasilkan jiwa-jiwa, menghasilkan sebuah generasi berikutnya, kerelaan kita
untuk memuridkan menginvest sesuatu buat kehidupan mereka (waktu dan
perhatian).
Mari
kita melangkah ke step berikutnya tidak lagi hanya pada kegiatan tapi pada
generasi, bukan lagi pada event tapi pada movement. Gereja tidak bisa hanya
tinggal pada hal yang biasa tapi masuk kepada yang berikutnya yaitu perlu
movement (pergerakan) dimana setiap orang harus menjadi Bapa, memuridkan orang
lain, menjadi Bapa bagi banyak orang. Seperti anak bungsu yang oleh Bapa
setelah diberi investasi malah pergi tetapi kemudian akhirnya kembali, jadi
apabila anda menginvestasi sesuatu buat jiwa-jiwa itu tidak akan pernah gagal
karena anak tidak akan mendapatkan investasi di luar seperti itu. Ini waktunya
untuk masuk ke step berikutnya yaitu generasi.
Tuhan
Yesus Memberkati,
Only
by His Grace
Untung Bongga Karua