MENGENAL ISI HATI BAPA (Bagian Pertama)
Sabtu, 04 Februari 2023
Ps Joseph Hendrik Gomulya
Sejak
awal manusia diciptakan Allah telah memberikan kehormatan yang besar kepada
manusia yaitu kemampuan untuk bersekutu dengan-Nya agar manusia dapat menjadi
sahabat dan rekan sekerja-Nya. Apabila kita melihat dalam kembali karya
penciptaan-Nya maka kita dapat melihat bahwa hanya manusia yang diciptakan
serupa dengan gambaran Allah. Malaikat sendiri tidak diciptakan segambar dengan
Allah, sehingga malaikat tidak disebut sebagai anak Allah. Kita, saya dan anda
disebut anak Allah dan Tuhan adalah Bapa kita. Kekristenan,
agama Kristen atau lebih tepatnya orang yang percaya kepada Kristus Yesus
adalah satu-satunya agama didunia ini yang memanggil Tuhannya dengan sebutan
Bapa. Jadi kekristenan bukan berbicara tentang liturgi atau cara beribadah
tetapi berbicara tentang hubungan antara anak dan Bapa yang Tuhan ingin kembali
pulihkan.
(Yohanes 14:9 TB)
“Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian
lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku?
Barangsiapa telah melihat Aku, ia
telah melihat Bapa;
bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.”
(Yohanes
14:6-7 TB)
Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada
seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu
mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu
mengenal Dia dan kamu melihat Dia”
Sejak manusia pertama Adam dan Hawa
jatuh ke dalam dosa, mereka tidak dapat
lagi bersekutu dengan Allah yang kudus. Sejak saat itulah gambaran Bapa sudah hilang di kepala
manusia karena ketakutan akan adanya penghukuman. Padahal hati Bapa sebenarnya
menangis saat melihat manusia (anak-anak-Nya) jatuh kedalam dosa. Bapa mencari
dan memanggil Adam dan Hawa tetatpi karena pelanggaran dan dosa yang dilakukan
maka manusia ketakutan akan hadirat Tuhan yang kudus. Oleh karena kasih-Nya
yang besar maka Bapa mengutus dan
memberikan anak-Nya yang tunggal untuk menebus manusia yang mau sepakat,
sehati dan mempercayai-Nya. Bapa rindu agar semua diselamatkan dan tidak masuk
kedalam neraka. Anugerah keselamatan adalah inisiatif Bapa yang lahir dari
kasih-Nya yang besar kepada kita semua.
Jadi sekali lagi inti dari kekristenan
bukan hanya tentang bagaimana cara kita
beribadah tetapi tentang bagaimana pemulihan hubungan kita dengan Bapa. Dimana
saat manusia diciptakan gambaran sebenarnya adalah kita disebut anak Allah dan Tuhan adalah Bapa kita. Jadi sebagai anak Allah kita wajib memiliki hubungan yang intim atau mengenal
Tuhan “Bapa” yang kita sembah dan layani. Saat Bapa memanggil kita sebagai
anak-Nya dan kita memanggil Dia Bapa maka itu adalah gambaran dari sebuah
keluarga atau orang yang sangat dekat sehingga gambaran inilah yang ingin terus
dirusak oleh iblis.
(Maleakhi
4:6 TB) Maka
ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak
kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.
Memiliki hati Bapa adalah panggilan
bagi setiap gereja Tuhan. oleh sebab itu disini kita akan belajar mengenal dan mengetahui apa sih isi hati Bapa? Karena tanpa
pengenalan akan apa yang menjadi kerinduan, apa yang menjadi keinginan Tuhan “Bapa” maka yang terjadi adalah
kesalahpahaman sehingga kita tidak akan pernah bisa berjalan seperti apa yang
Tuhan inginkan, berjalan dalam perkenanan-Nya. Sehingga sangat perlu untuk
selalu membaca, belajar dan merenungkan Firman Tuhan agar kita bisa mengenal isi
hati Tuhan. Dalam hal ini Tuhan itu sebagai pencipta alam semesta, Dia Raja
diatas segala raja tetapi Dia juga sebagai Bapa dan kita adalah anak-anak-Nya.
Jadi ketika Tuhan berbicara tentang Bapa, itu berbicara tentang hubungan,
tentang isi hati-Nya.
Gambaran yang Tuhan Yesus terus
tampilkan mengenai Allah adalah Allah sebagai Bapa. Dalam seluruh
komunikasi-Nya dengan Allah, Tuhan Yesus memanggil Dia sebagai Bapa. Tuhan
Yesus berinteraksi dengan Allah seakan-akan Allah itu adalah Bapa-Nya. Tuhan
Yesus juga sering berbicara mengenai Allah Bapa kepada murid-murid-Nya. Maka ketika
Tuhan Yesus mengajar para murid mengenai doa, atau tentang bagaimana caranya
berbicara kepada Allah, Dia memerintahkan kita untuk berdoa seperti ini, “Bapa kami yang ada di surga” (Matius 6:9 TB). Gambaran Allah sebagai
“Bapa” tidaklah seperti gambaran
ayah manapun didunia ini dan untuk benar-benar memahami siapa Allah itu dan
untuk mendapatkan pewahyuan dari kasih-Nya yang teramat besar bagi kita, maka mari
melihat sosok “Bapa” yang dideskripsikan
dalam perumpamaan berikut:
Perumpamaan
tentang anak yang hilang
(Lukas
15:11-32 TB)
11) Yesus
berkata lagi: ”Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. 12) Kata yang
bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang
menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara
mereka. 13) Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh
bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta
miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. 14) Setelah dihabiskannya
semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai
melarat. 15) Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu.
Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. 16) Lalu ia ingin
mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak
seorang pun yang memberikannya kepadanya. 17) Lalu ia menyadari
keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah
makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. 18) Aku akan bangkit dan
pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap
sorga dan terhadap bapa, 19) aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa;
jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. 20) Maka bangkitlah ia
dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu
tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia
lalu merangkul dan mencium dia. 21) Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku
telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan
anak bapa. 22) Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah
bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah
cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. 23) Dan ambillah anak lembu
tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. 24)
Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan
didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. 25) Tetapi anaknya yang
sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar
bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. 26) Lalu ia memanggil salah
seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. 27) Jawab
hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun,
karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. 28) Maka marahlah anak sulung
itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan
dia. 29) Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku
melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku
belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan
sahabat-sahabatku. 30) Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah
memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa
menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. 31) Kata ayahnya kepadanya:
Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah
kepunyaanmu. 32) Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah
mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.”
Perumpamaan anak yang hilang adalah sebuah perumpamaan yang diceritakan
dan diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada murid-muridnya yang
menceritakan tentang kasih seorang bapa kepada anaknya. Kisah dalam perumpamaan
ini seringkali diceritakan kembali atau dikotbahkan sebagai kisah tentang anak
yang terhilang tetapi sangat sedikit yang berbicara tentang hati Bapa melalui
perumpamaan ini. Perumpamaan ini bercerita tentang seorang ayah yang memiliki
dua orang anak laki-laki yang sebenarnya menggambarkan keadaan anak-anak yang
sekarang ada di bumi ini dalam situasi ketika seseorang tidak mengenal Bapa
dengan baik, inilah yang Tuhan ingin pulihkan.
Pengenalan
akan Bapa dari seorang anak yang sudah dewasa secara rohani dengan yang masih
bayi-bayi rohani itu sangat berbeda. Seorang anak yang dewasa dan sudah
melayani Tuhan seharusnya mengenal akan Bapa-Nya. Sayangnya gambaran tentang
anak sulung yang berada didalam rumah Bapa tetapi ternyata dia tidak mengenal
akan hati Bapa sehingga yang terjadi adalah dia menjadi salah paham dengan Bapa
karena merasa tidak mendapatkan apa-apa padahal dia berada didalam rumah Bapa
yang dalam perumpamaan itu Bapa digambarkan sebagai Bapa yang kaya, dia
memiliki tanah dan pelayan yang sangat banyak. Sehingga reaksi yang keluar
adalah dia menjadi anak yang cemburuan, marah dan kecewa karena tidak mengenal
Bapa-Nya.
Ada
banyak orang-orang di luar sana yang menjadi kecewa dan marah apakah itu dengan
keadaan didalam keluarga, pekerjaan dan pelayanan. Gereja juga memiliki andil
dalam hal ini karena mereka tidak merasakan bahwa gereja menjadi bagian dari
keluarganya. Gembala tidak pernah duduk bersama dengan jemaat dan pelayanan
sehingga tidak saling mengenal satu sama lainnya, datang ke gereja hanya
sekedar beribadah dan kemudian pulang sehingga tidak menemukan dan merasakan
gambaran kasih Bapa itu. Padahal sebagai orang percaya, sebagai anak-anak Tuhan
itu adalah tugas kita untuk mereflesikan hati-Nya (kasih Bapa) dalam kehidupan
kita. kebanyakan orang hanya sampai pada praktek agama tanpa adanya hubungan
kasih karena berpikir bahwa untuk mengasihi orang lain itu membutuhkan biaya
atau uang yang banyak. Kebanyakan gereja saat ini hanya menjadi tempat
pertunjukan dimana orang akan berdandan dan berpura-pura menjadi orang Kristen
yang sempurna. Padahal gereja harusnya menjadi tempat dimana kita bisa terbuka
dan jujur satu sama lainnya sehingga kita bisa menerima kesembuhan dan
pemulihan gambar diri sebagai anak-anak Allah. Jadi mengasihi orang lain adalah
tentang hati kita yang peduli, hati yang selalu penuh dengan belas kasihan,
selalu mau meluangkan waktu untuk mendengar dan peduli kepada orang lain.
Sekarang
kita akan melihat seperti apa gambaran Bapa dalam perumpamaan yang
diceritakan dan diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada murid-muridnya.
1) MEMILIKI
BAPA YANG MURAH HATI.
Gambaran Bapa dalam perumpamaan
tentang anak yang hilang adalah Bapa yang murah hati. Sewaktu anak bungsu
meminta warisan yang menjadi bagiannya dan Bapa dengan penuh kasih, belas
kasihan dan kerendahan hati menyetujui permintaan anak bungsunya tersebut
dengan memberikan warisan yang memang menjadi bagiannya. Dalam budaya Yahudi
abad pertama, memang mengharuskan orang tua mewariskan kekayaannya kepada
anak-anaknya, anak sulung mendapatkan 2/3 bagian, anak bungsu mendapatkan 1/3
bagian. Tetapi tindakan anak bungsu meminta bagian warisannya selagi ayahnya
masih hidup adalah sebuah tindakan yang amat sangat kurang ajar, sangat tidak
menghormati, tindakan ini sama seperti dia sedang mengutuki ayahnya.
Seakan-akan ia berkata bahwa “kalau bapanya mati, toh itu juga akan menjadi
miliknya, jadi lebih baik diberikan sekarang saja, seakan-akan bahwa bapanya
sudah mati. Tindakan sang anak bungsu ini adalah salah satu pelanggaran dari 10
Perintah Allah dalam (Keluaran 20:12 TB) – Hormatilah ayahmu
dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu,
kepadamu. Pelanggaran atas
perintah ini adalah pelanggaran yang sangat serius dalam budaya umat Yahudi.
Menurut hukum Taurat, anak tersebut harus dihukum mati atas tindakan yang
sangat kurang ajar tersebut. (Keluaran 21:17 TB) – Siapa yang
mengutuki ayahnya atau ibunya, ia pasti dihukum mati. Jadi sang ayah
memiliki hak untuk menghukum mati anaknya, akan tetapi dia tidak melakukan hal
tersebut. Sebaliknya, dia memilih untuk menunjukkan kasih karunia, belas
kasihan dan kerendahan hati yang begitu luar biasa dengan menyetujui permintaan
anaknya. Anak
bungsu meminta bagian warisannya dan memilih keluar dari rumah Bapanya mungkin
karena marah dan kecewa. Anak bungsu meragukan dan tidak mempercayai bapanya
walaupun sebenarnya dia tidak mengenal hati bapanya.
Setiap
kita pun memiliki Bapa yang murah hati yang telah memberikan warisan rohani,
warisan kerajaan Sorga. Ada banyak anak-anak Tuhan yang merasa bahwa sudah
sekian lama mereka melayani Tuhan tetapi tidak mendapat apa-apa padahal Tuhan
sudah memberikan di hidupnya warisan Kerajaan Sorga ketika Bapa memberikan
Kristus Yesus putra-Nya mati di atas kayu salib karena kerinduan Bapa agar
semua anak-anak-Nya diselamatkan. Kalau putra-Nya yang tunggal saja Dia bisa
berikan, masakan yang lainnya tidak bisa Dia berikan?.
Tetapi
kebanyakan orang berpikir bahwa berkat itu dalam bentuk jasmani, uang dan harta
kekayaan. Padahal berkat jasmani itu hanya bagian kecil nilainya tidak
sebanding dengan begitu besarnya yang Tuhan sudah berikan. Uang dan harta
kekayaan bukanlah jaminan untuk seseorang merasakan sukacita dan damai
sejahtera karena hanya Kristuslah yang bisa memberikan itu dalam hidup
seseorang. Anda tetap bisa merasakan sukacita dan damai sejahtera sekalipun
yang anda makan hanya makanan sederhana, anda bahkan juga bisa merasakan itu
sekalipun untuk pergi melayani seseorang anda harus berjalan kaki. Anak bungsu
seharusnya tidak meminta warisan dan pergi dari rumah Bapa karena apa yang
dimiliki Bapa-Nya adalah miliknya juga dan dia akan selalu terkoneksi dengan
Bapa.
Di zaman Perjanjian Baru, ayah adalah
tuan atas rumahnya yang semestinya dihormati dan ditaati. Rumah Bapa adalah
tempat yang sempurna, tempat yang sangat aman. Semua kebutuhan sang anak telah
tersedia, mereka dikasihi da dipelihara. Tetapi sang anak bungsu tidak merasa
puas untuk berada di bawah otoritas orang lain. Dia ingin menjalankan hidupnya
sendiri secara bebas dan lepas dari otoritas. Padahal saat seseorang terus
terhubung dengan Bapa maka dia akan diberikan otoritas yang membuat kepercayaan
itu diberikan dan itu tidak terbatas. Masing-masing orang diberikan sesuai
dengan talenta atau kesanggupannya, ada diberikan 5 talenta, 3 talenta, 2
talenta dan 1 talenta, masing-masing orang berbeda.
Jadi jangan pernah mengukur
kekristenan anda dengan hal-hal yang berupa materi. Jangan pernah mengukur
kerohanian atau hubungan seseorang dengan Tuhan berdasarkan seberapa banyak
kekayaan/berkat orang tersebut dan seberapa berhasil usahanya. Kalau itu yang
menjadi tolak ukur anda maka anda tidak jauh bedanya dengan orang-orang Farisi
karena dahulu itulah yang menjadi tolak ukur mereka. Di awal apa yang dilakukan
oleh orang-orang Farisi ini sebenarnya baik, ketika saat itu bangsa Israel
sedang mengalami krisis saat mereka berada dalam pembuangan di Babel dimana
kejahatan terjadi dimana-mana, mereka mengalami persekusi dan ancaman genosida
kemudian kelompok Farisi yang berasal golongan menengah kebawah ini kemudian
sepakat untuk berdoa dan berkomitmen untuk hidup benar dan sungguh-sungguh
dengan Tuhan karena orang Farisi memiliki kerangka berpikir bahwa Allah akan mencintai
dan memberkati orang yang taat hukum dan
menghukum yang tidak patuh. Kemudian memang mereka diberkati oleh Tuhan dengan
luar biasa tetapi yang salah adalah setelah itu kemudian mereka melihat dan
menilai orang lain berdasarkan kekayaannya. Jika seseorang hidup dalam
berkekurangan maka mereka menilai orang tersebut pasti tidak mematuhi hukum
Tuhan, tidak hidup benar dan sungguh-sungguh kepada Tuhan. Sehingga oleh sebab
itulah kenapa mereka menyangkal atau tidak percaya bahwa Yesus adalah Mesias
adalah karena anak seorang Tukang Kayu dari Nazaret yang miskin, dalam
pandangan mereka Mesias harus lahir dari golongan raja atau orang yang
diberkati.
Bapa yang murah hati artinya Dia bisa
memberikan apa saja tetapi jangan pernah meminta sesuatu sebelum waktu-Nya.
Seperti anak bungsu yang meminta bagian warisan sebelum waktunya karena bapanya
masih hidup dan dia tidak dalam keadaan yang mempercayai bapanya. Warisan
dirumah Bapa diberikan harus dengan iman, harus didalam firman, harus didalam
percaya kepada Bapa. Warisan yang diminta oleh anak bungsu yang sebenarnya
adalah bagiannya digunakan diluar rumah Bapa, diluar kehendak-Nya. Kepercayaan
dan kemurahan hati Tuhan harus dipergunakan didalam kehendak-Nya bukan untuk
diri anda tetapi untuk kemuliaan-Nya karena kalau warisan hanya untuk dinikmati
sendiri maka itu akan cepat habis. Ketika Bapa/Tuhan menahan berkat-Nya maka
itu semua karena kasih-Nya bukan karena Bapa pelit atau pilih kasih karena Dia
mengetahui bahwa anak-Nya belum siap. Ketika waktu-Nya tiba atau ketika hati
anda sungguh-sungguh didapati sama dengan hati-Nya maka Bapa akan memberikannya.
Jangan pernah memilih untuk menarik
dirimu keluar dari rumah Bapa karena kecewa dan marah karena akan ada
konsekuensi yang akan membuatmu menyesal seperti penyesalan yang dirasakan oleh
anak bungsu, saat seluruh bagian warisannya habis tidak ada berkat yang
diterimanya, dia mengalami penderitaan, kerugian dan kelaparan. Sampai saat sang
anak bungsu berakhir di peternakan babi dalam situasi yang begitu buruk bahkan dia
ingin memakan makanan babi.
Hubungan kasih dari anak ke Bapa
itulah yang menjadi kerinduan Bapa. Ketika anda melayani Bapa tetapi hatimu
tidak tertuju kepada Bapa maka yang anda lakukan hanyalah sebuah tugas. Ketika
anda tidak melayani dengan hati maka tidak ada yang bisa dibaca atau dirasakan
oleh Bapa karena hati anda tidak terkoneksi dengan Bapa. Orang yang hatinya
terkoneksi (terhubung) dengan Tuhan (Bapa) maka apapun itu dilakukannya dengan
penuh sukacita. Ini berbeda dengan apa yang
terjadi pada anak sulung yang tinggal dan bekerja dirumah Bapa tetapi hatinya
tidak terkoneksi dengan Bapa.
Karena Bapa kita adalah Bapa yang
murah hati jadi kita pun harus seperti itu. Saat orang lain diluar sana melihat
dan menilai orang lain dari kekayaannya atau yang berkata bahwa untuk berbuat
baik atau mengasihi orang lain itu kita harus tercukupi dulu secara finansial.
Tetapi sebagai anak-anak Tuhan kita tidak melihat bahwa uang atau berkat
kekayaan sebagai yang utama tetapi bagaimana melalui hidup kita orang bisa
melihat sesuatu yang berbeda, orang bisa melihat Kristus dan nilai-nilai
kerajaan sorga. Kita selalu penuh dengan kasih sukacita dan senantiasa bermurah
hati menolong orang lain sekalipun kita sendiri masih hidup dalam kekurangan.
Berikut adalah kisah inspiratif tukang
koran yang lebih kaya dari Bill Gates yang diceritakan sendiri oleh Bill Gates
ketika seseorang bertanya kepadanya "Apakah ada orang yang lebih kaya
daripada anda di dunia?" Bill Gates menjawab, "Ya, ada orang yang
lebih kaya dariku." Bill Gates kemudian menceritakan sebuah kisah. Saat
itu aku belum kaya apalagi terkenal. Saya berada di Bandara New York ketika itu
saya melihat penjual koran. Saya ingin membeli satu surat kabar tetapi ternyata
saya tidak punya cukup uang. Jadi saya tidak jadi membeli koran dan mengembalikan
ke penjualnya.
Saya mengatakan kepadanya bahwa tidak
ada uang pas.
Penjual berkata, "Saya memberikan ini kepada Anda secara gratis." Atas
desakannya, saya mengambil koran itu. Secara kebetulan, setelah 2-3 bulan, saya
mendarat di bandara yang sama dan sekali lagi saya kekurangan uang untuk
membeli koran. Penjual itu menawari saya koran itu lagi. Saya menolak dan mengatakan
bahwa saya tidak bisa menerimanya karena saya tidak punya uang untuk
membelinya. Dia berkata, "Anda bisa mengambilnya, saya membagikan ini dari
laba saya, saya tidak akan rugi." Lalu saya pun mengambil koran itu.
Setelah 19 tahun saya menjadi kaya dan
dikenal oleh banyak orang. Tiba-tiba saya ingat penjual koran itu. Saya mulai
mencari dia dan setelah sekitar 1 ½ bulan pencarian akhirnya saya menemukannya.
Saya bertanya kepadanya, "Apakah Anda mengenal saya?" Dia berkata,
"Ya, Anda adalah Bill Gates."
Saya
bertanya lagi kepadanya, "Apakah Anda ingat dulu pernah memberi saya koran
secara gratis?" Penjual berkata, “Ya, saya ingat. Saya memberi Anda dua
kali. "
Saya berkata, “Saya ingin membayar
kembali bantuan yang Anda tawarkan kepada saya saat itu. Apa pun yang Anda
inginkan dalam hidup Anda, beri tahu saya, saya akan memenuhinya."
Penjual berkata, "Tuan, apakah Anda tidak berpikir bahwa dengan melakukan
itu Anda tidak akan dapat menandingi bantuan saya?"
Saya bertanya, "Mengapa?"
Dia berkata, “Saya telah membantu Anda
ketika saya adalah seorang penjual koran yang miskin dan Anda berusaha membantu
saya sekarang, ketika Anda telah menjadi orang terkaya di dunia. Bagaimana
bantuan Anda bisa sebanding dengan bantuan saya? "
Hari itu saya menyadari bahwa penjual
koran lebih kaya daripada saya karena dia tidak menunggu untuk menjadi kaya
untuk membantu seseorang. Orang-orang perlu memahami bahwa orang yang
benar-benar kaya adalah mereka yang memiliki hati yang kaya dan bukannya banyak
uang. Sangat penting memiliki hati yang kaya untuk membantu orang lain. Karena
kebanyakan orang ketika melakukan sesuatu perbuatan baik juga memiliki motivasi
untuk suatu saat juga diberkati, uang yang selalu menjadi tolak ukurnya
sehingga ketika Tuhan/Bapa belum memberkati menjadi marah dan kecewa. Mari
mengubah pola pikir karena kita memiliki sorga yang Tuhan/Bapa sudah berikan.
Bersyukurlah selalu atas apa yang Tuhan sudah berikan, jangan lagi melihat Bapa
sebagai Bapa yang pilih kasih, Dia mengasihi setiap kita anak-anak-Nya dengan
cara-Nya.
2)
HATI-NYA SELALU MENGASIHI DAN MENGAMPUNIMU.
Ini adalah hal yang sangat pnting karena kebanyakan orang di saat mengalami kegagalan bukannya mengoreksi diri atau
bertobat tetapi justru merasa bahwa Tuhan/Bapa tidak mengasihinya, merasa tidak
dikasihi. Allah adalah kasih, bahkan saat seseorang memilih untuk menolak Bapa
atau meninggalkan rumah Bapa. Dia memberikan kehendak bebas dan mengizinkannya
untuk berjalan menjauh dan dan mengalami konsekuensi dari pilihannya. tapi
bukan berarti bahwa kasih-Nya akan mengabaikan dosa dan pembangkangan kita.
Justru karena Dia adalah kasih, maka Dia prihatin dengan dosa dan pembangkangan
kita. karena kasihlah, maka Tuhan berseru kepada kita, “Bertobat dan hiduplah!”.
Kasih-Nya memanggil kita untuk bertobat, berbalik dari dosa kita, meninggalkan
hidup kita yang jahat, dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya kembali kepada
sumber dari segala kehidupan, kesembuhan dan pemulihan yang begitu kita
rindukan.
Pertobatan
secara harafiah berarti perubahan pikiran atau berbalik dari dosa kita dan
kembali kepada Allah serta menyepakati kebenaran-Nya. Harus ada bukti
nyata atau bukti nyata buah dari pertobatan seperti perubahan kehidupan anak
bungsu yang meninggalkan kandang babi dan mulai kembali ke rumah Bapa. Nah
sekarang mari melihat respon yang Bapa berikan saat anak bungsu kembali dan
mendekati kediaman Bapa-Nya. Saat anak bungsu meminta bagian warisannya,
sebelumnya sudah dijabarkan bahwa dalam hukum orang Yahudi apa yang dilakukan
oleh anak bungsu sebenarnya adalah pelanggaran hukum Taurat dan salah satu
alasan mengapa dia berlari untuk mendapati anaknya adalah agar dia bisa sampai
kepada anaknya terlebih dahulu sebelum masyarakat mendapatinya dan membunuhnya
terlebih dahulu.
Dikatakan
dalam Firman bahwa ketika si anak bungsu masih berada di kejauhan, Bapa-Nya sudah
melihat dia. Berarti Bapa sudah menanti-nantikanya dan memperhatikan, Dia selalu
berdoa dan berharap bahwa anak-Nya akan bertobat, berbalik dari dosanya dan
kembali ke rumah. Ini adalah hati dari Bapa kita, yang rindu untuk mengampuni
kita dan menunjukkan belas kasihan-Nya kepada kita. Dia selalu menanti kita
karena kerindua-Nya yang terbesaar adalah Dia ingin sekali kita pulang ke
rumah.
“Ketika
ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas
kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.”
Hal
mengejutkan yang Bapa lakukan saat melihat anak bungsunya dari kejauhan adalah
Bapa berlari menyambut anak-Nya. Di masa itu tidak lazim bagi seorang pemimpin,
orang kaya, kepala rumah tangga atau orang-orang terhormat untuk berlari, itu
tindakan yang memalukan dan hanya hamba dan anak kecil saja yang melakukan itu.
Salah satu alasan mereka tidak berlari adalah karena mereka mengenakan jubah
yang panjang pada masa itu yang sampai sekarang masih dikenakan oleh para
bangsawan di Timur Tengah. Jadi ketika sang ayah berlari menyambut anaknya
berarti dia harus mengangkat setengah dari jubahnya untuk bisa berlari kencang secepat
yang dia bisa dan itu adalah suatu hal yang memalukan. Tetapi sang bapa tidak peduli betapa konyolnya
dia terlihat. Anak bungsunya yang sudah dinanti-nantikannya, anaknya yang telah
mati, anaknya yang telah hilang akhirnya telah kembali ke rumah. Ketika bapa
sampai kepada anaknya, ditengah-engah kehabisan nafas, dalam terjemahan lain
dikatakan bahwa dia jatuh di leher anaknya, ini mengindikasikan bahwa sang bapa
mungkin sedang menangis dan membenamkan mukanya di leher anaknya serta
menciumnya berkali-kali. Bisa dibayangkan bagaimana bau dari anak-Nya yang
kemarin tidur dikandang babi, dan belum mandi berhari-hari tetapi bapa tidak
peduli akan hal itu. Dia tetak memeluk dan menciumi anaknya.
Kiranya
gambaran ini menunjukkan kepada kita bahwa saat anak-Nya bertobat dan kembali
maka Bapa akan berlari memeluk dan mencium kita. ini menunjukkan bahwa tidak
ada dosa yang terlalu besar, terlalu buruk, terlalu jelek yang tidak bisa Dia ampuni. Makanya
Dia juga mengajarkan kepada murid-murid-Nya untuk mengampuni musuh atau orang
yang melukai hati kita 70 X 7 yang berarti ketika orang berbuat salah lagi
kepada kita, maka kita pun perlu mengampuni mereka. Artinya, sampai kapanpun,
mereka melakukan kesalahan, kita tetap mengampuni mereka. Alasannya adalah
karena kita telah mendapatkan pengampunan dari Tuhan.
Respon
berbeda justru diberikan oleh anak sulung ketika adiknya yang telah gagal
kembali dan marah atas keputusan yang bapanya menerima adik bungsunya yang
sudah meninggalkan rumah pergi berfoya-foya menghabiskan segalan yang
dimilikinya yang mungkin dalam benak anak sulung untuk bisa diterima harusnya
adik bungsunya mengembalikan dulu semua yang telah dihabiskannya. Anak sulung
tidak mengenal akan isi hati bapanya. Begitupun ketika seseorang merasa bahwa
dirinya lebih baik, paling layak dan lebih hebat dari orang lain yang terjadi
adalah penghakiman kepada orang lain sampai dengan dia sendiri kemudian
menyadari bahwa dirinya juga terhilang. Dia tidak mengenal akan hati Bapa
sampai dia juga mengalami proses dan akhirnya menyadari bahwa dia salah paham
dengan Bapa. Saat Bapa dengan murah hati dan penuh dengan belas kasihan mau
berlari menyambut anaknya kembali dan menciumnya ini sebenarnya sama dengan gambaran
Perumpamaan tentang domba yang hilang yang Yesus ajarkan kepada
murid-murid-Nya dalam Matius 18:12-14 dan Lukas 15:1-7.
Matius 18:12-14 (TB) Bagaimana
pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya
sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di
pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas
yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak
sesat. Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun
dari anak-anak ini hilang.
Lukas 15:1-7 (TB) Para
pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka
bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia
menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." Lalu
Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Siapakah di antara kamu yang
mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya,
tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi
mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya,
ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia
memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka:
Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah
kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga
karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena
sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."
Seorang gembala pergi mencari 1 dombanya yang hilang tetapi 99 domba
lainnya tidak mengikuti dimana seharusnya 99 domba lainnya juga harusnya
mengikuti karena firman Tuhan berkata kemanapun gembala pergi maka domba-domba
juga mengikuti. (Yohanes 10:27 TB) Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan
Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,) dengan kata lain
domba-domba juga perlu menyambut domba yang lain karena itu bagian
kawananannya, itu saudaranya.
Ketika
anak bungsu kembali kerumah bapa setelah pergi keluar menghabiskan banyak harta
Bapa dan mempermalukan nama Bapa maka ketika kembali dia tidak meminta apapun
selain hanya tinggal dirumah Bapa, menjadi hamba bekerja dan melayani Bapa,
yang oleh Bapa justru tidak diterima sebagai hamba tetapi sebagai anaknya. Ini
yang tidak dimengerti oleh anak sulung karena anak sulung belum terproses
sampai dia mengetahui bahwa betapa mulia-Nya hati Bapa dan indahnya ketika bisa
melayani Bapa. Seseorang janganlah sampai harus kehilangan baru bisa menghargai
apa yang hilang. Anak sulung seharusnya bisa menghargai karena dia berada
dirumah Bapa.
3) BAPA
MENYAMBUT, MEMULIHKAN, BAHKAN MEMBERIKAN YANG HILANG DARI HIDUPMU.
Untuk
mengenal hati Tuhan hati anda harus terhubung dengan hati-Nya, anda harus murni
mengasihi Dia. Seperti perkataan anak bungsu yang berkata ... 18) Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku
dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap
bapa, 19) aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku
sebagai salah seorang upahan bapa. Ini adalah perkataan yang tulus dari anak
bungsu yang menyadari siapa dirinya dan sikap seperti ini yang Tuhan sukai.
Tetapi sikap seperti ini sudah banyak hilang dari anak-anak Tuhan, belum
apa-apa sudah merasa hebat dan sombong sehingga tidak bisa mengalami pemulihan
dan untuk Tuhan berikan kepercayaan. Andai saja anak bungsu masih merasa hebat
dan sombong ketika pulang maka dia tidak akan bisa mengalami pemulihan. Tetapi
saat dia kembali dia tidak meminta apa-apa selain bekerja menjadi upahan
Bapa-Nya asalkan dia bisa tinggal di rumah Bapa karena menyadari siapa dirinya.
Seseorang yang menyadari siapa dirinya maka dia tidak akan pernah bertengkar,
cemburu dengan orang lain dan menghakimi orang lain. Salah satu alasan kenapa
oleh Bapa otoritas anak bungsu dikembalikan (diberi jubah, cincin dan kasut)
adalah karena didapati hatinya yang tulus dan murni.
Alasan
kenapa Bill Gates mencari anak penjual koran itu tadi karena Bill Gates melihat
bahwa penjual koran tersebut adalah anak yang jujur dan memiliki ketulusan
untuk selalu menolong orang lain sekalipun dirinya sendiri dalam mapan dalam
hal finansial. Apa yang anak penjual koran ini lakukan adalah hal yang sangat
langkah kita temui didunia ini. Karakter seperti ini sangat mahal dan itu hanya
bisa dibentuk di gereja, dirumah Bapa. Jadi saat melihat orang lain dalam
kekurangan dan hati anda tergerak lakukanlah sambil tersenyum karena kesempatan
untuk bisa membantu orang lain yang membutuhkan adalah sebuah anugerah.
20) Maka
bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah
melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari
mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.
Ketika
anak bungsu kembali yang paling sakit hati adalah iblis karena anak bungsu yang
pantas mendapatkan penolakan dan penghakiman justru disambut dan diterima oleh
Bapa. Ketika Bapa melihat anak bungsu dari jauh, Dia berlari mendapatkannya,
memeluk dan menciumnya. Dari sini kita bisa melihat gambaran dari sukacita dan
hasrat dari Bapa kita. Kasih-Nya bukanlah kasih yang lambat. Kasihnya bukanlah
kasih yang segan-segan. Kasih-Nya adalah kasih yang berlari ketika kita kembali
kepada-Nya. Ada begitu banyak orang diluar sana yang membutuhkan kasih, uluran
tangan dan pelukan anda tetapi milikilah hati-Nya, hati Bapa.
21) Kata
anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,
aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. 22) Tetapi ayah itu berkata
kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah
itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada
kakinya. 23) Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan
marilah kita makan dan bersukacita.
Dalam
perumpamaan ini saat anak bungsu kembali dan mengakui setiap dosa dan
kesalahannya, dia diberikan jubah yang terbaik yang berarti panggilan Tuhan
atas hidupnya dikembalikan, dikenakan cincin pada jarinya yang berarti
otoritasnya dikembalikan, dikenakan sepatu pada kakinya yang berarti dia tidak
disambut sebagai hamba tetapi sebagai anak. Apabila anda sunggug-sungguh
berbalik maka dalam sekejab Tuhan bisa mengubahkan keadaanmu karena anda
mempercayainya. Mari mempercayai Tuhan di level Tuhan, karena Dia yang menciptakan
kita, Dia adalah Bapa kita dan Dia memanggil kita anak. Jadi Dia layak untuk
kita percayai untuk kita menyerahkan seluruh hidup kita ditangan-Nya.
Pertanyaannya apakah anda akan tetap mengasihi dan
melayani Tuhan sekalipun Tuhan belum memberkati anda? Tetap mempercayai dan
mengandalkan-Nya?
Bapa
sedang mencari hati anak-anak-Nya untuk Dia menyalurkan hati-Nya. Mari berhenti
untuk bersikap egois hanya untuk diri kita sendiri. Apabila Tuhan mempercayai
anda dengan berkat-Nya jangan pernah untuk menaruh hati anda disitu seperti
anak bungsu yang berkata) aku tidak layak
lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan
bapa. Hati anak bungsu tidak melekat lagi kepada harta Bapa-Nya
sehingga membuat Bapa semakin jatuh cinta sampai memberikan/mengembalikan
semuanya sehingga membuat anak sulung cemburu. Kalau hati kita didapati sama,
Tuhan akan mengirimkan orang-orang, Tuhan akan memberkatimu dengan banyak cara,
Tuhan senantiasa akan memberikan anda pesta. Seakan-akan Bapa sedang mau Show
up bahwa anda adalah anak-Nya. Jadi sangat penting untuk mengenali hati-Nya.
24) Sebab
anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat
kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.
Di
mata Tuhan setiap kita anak-anak-Nya lebih berharga dibandingkan apapun juga.
Jadi jangan pernah takut akan masa depanmu, apabila Tuhan mendapati bahwa
hatimu bisa dipercaya maka Tuhan bisa memberkatimu dengan banyak cara.
Seringkali
ada orag yang berkata bahwa dia tidak bisa melayani karena sibuk di pekerjaan
dan bisnis. Itu berarti bahwa pekerjaan dan bisnismu bukan dari Tuhan, carilah
pekerjaan dan bisnis yang tidak mengurangi waktumu untuk melayani Tuhan.
Apabila
itu pekerjaan dan bisnis dari Tuhan atau bahkan dalam keluarga anda, mintalah
penuai-penuai, mintalah orang-orang yang bisa dipercaya, orang-orang yang
jujur, orang-orang yang sehati karena apabila hati anda sehati dengan Tuhan,
pemimpin, atau siapapun otoritasmu maka yang akan mengalir ke bawah adalah
orang-orang yang sehati. Ketika anak bungsu ini dipulihkan/sehati yang terjadi
hamba-hamba dari Bapa ikut sehati dan sepakat dengan Bapa karena mereka
mengetahui bahwa di hati Bapa adalah jiwa-jiwa.
To Be Continued (Bersambung)
Untung Bongga Karua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar