Jumat, 10 Februari 2023

MENGENAL ISI HATI BAPA (Bagian Pertama)

 

MENGENAL ISI HATI BAPA (Bagian Pertama)


Sabtu, 04 Februari 2023

Ps Joseph Hendrik Gomulya





        Sejak awal manusia diciptakan Allah telah memberikan kehormatan yang besar kepada manusia yaitu kemampuan untuk bersekutu dengan-Nya agar manusia dapat menjadi sahabat dan rekan sekerja-Nya. Apabila kita melihat dalam kembali karya penciptaan-Nya maka kita dapat melihat bahwa hanya manusia yang diciptakan serupa dengan gambaran Allah. Malaikat sendiri tidak diciptakan segambar dengan Allah, sehingga malaikat tidak disebut sebagai anak Allah. Kita, saya dan anda disebut anak Allah dan Tuhan adalah Bapa kita. Kekristenan, agama Kristen atau lebih tepatnya orang yang percaya kepada Kristus Yesus adalah satu-satunya agama didunia ini yang memanggil Tuhannya dengan sebutan Bapa. Jadi kekristenan bukan berbicara tentang liturgi atau cara beribadah tetapi berbicara tentang hubungan antara anak dan Bapa yang Tuhan ingin kembali pulihkan.

 

(Yohanes 14:9 TB) “Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku?

Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.”

 

(Yohanes 14:6-7 TB) Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu melihat Dia”

 

          Sejak manusia pertama Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, mereka tidak dapat lagi bersekutu dengan Allah yang kudus. Sejak saat itulah gambaran Bapa sudah hilang di kepala manusia karena ketakutan akan adanya penghukuman. Padahal hati Bapa sebenarnya menangis saat melihat manusia (anak-anak-Nya) jatuh kedalam dosa. Bapa mencari dan memanggil Adam dan Hawa tetatpi karena pelanggaran dan dosa yang dilakukan maka manusia ketakutan akan hadirat Tuhan yang kudus. Oleh karena kasih-Nya yang besar maka Bapa mengutus dan memberikan anak-Nya yang tunggal untuk menebus manusia yang mau sepakat, sehati dan mempercayai-Nya. Bapa rindu agar semua diselamatkan dan tidak masuk kedalam neraka. Anugerah keselamatan adalah inisiatif Bapa yang lahir dari kasih-Nya yang besar kepada kita semua.

 

          Jadi sekali lagi inti dari kekristenan bukan hanya tentang bagaimana  cara kita beribadah tetapi tentang bagaimana pemulihan hubungan kita dengan Bapa. Dimana saat manusia diciptakan gambaran sebenarnya adalah kita disebut anak Allah dan Tuhan adalah Bapa kita. Jadi sebagai anak Allah kita wajib memiliki hubungan yang intim atau mengenal Tuhan “Bapa” yang kita sembah dan layani. Saat Bapa memanggil kita sebagai anak-Nya dan kita memanggil Dia Bapa maka itu adalah gambaran dari sebuah keluarga atau orang yang sangat dekat sehingga gambaran inilah yang ingin terus dirusak oleh iblis.

 

(Maleakhi 4:6 TB) Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.

 

          Memiliki hati Bapa adalah panggilan bagi setiap gereja Tuhan. oleh sebab itu disini kita akan belajar mengenal dan mengetahui apa sih isi hati Bapa? Karena tanpa pengenalan akan apa yang menjadi kerinduan, apa yang menjadi keinginan Tuhan “Bapa” maka yang terjadi adalah kesalahpahaman sehingga kita tidak akan pernah bisa berjalan seperti apa yang Tuhan inginkan, berjalan dalam perkenanan-Nya. Sehingga sangat perlu untuk selalu membaca, belajar dan merenungkan Firman Tuhan agar kita bisa mengenal isi hati Tuhan. Dalam hal ini Tuhan itu sebagai pencipta alam semesta, Dia Raja diatas segala raja tetapi Dia juga sebagai Bapa dan kita adalah anak-anak-Nya. Jadi ketika Tuhan berbicara tentang Bapa, itu berbicara tentang hubungan, tentang isi hati-Nya.

         

          Gambaran yang Tuhan Yesus terus tampilkan mengenai Allah adalah Allah sebagai Bapa. Dalam seluruh komunikasi-Nya dengan Allah, Tuhan Yesus memanggil Dia sebagai Bapa. Tuhan Yesus berinteraksi dengan Allah seakan-akan Allah itu adalah Bapa-Nya. Tuhan Yesus juga sering berbicara mengenai Allah Bapa kepada murid-murid-Nya. Maka ketika Tuhan Yesus mengajar para murid mengenai doa, atau tentang bagaimana caranya berbicara kepada Allah, Dia memerintahkan kita untuk berdoa seperti ini, “Bapa kami yang ada di surga” (Matius 6:9 TB). Gambaran Allah sebagai “Bapa” tidaklah seperti gambaran ayah manapun didunia ini dan untuk benar-benar memahami siapa Allah itu dan untuk mendapatkan pewahyuan dari kasih-Nya yang teramat besar bagi kita, maka mari melihat sosok “Bapa” yang dideskripsikan dalam perumpamaan berikut:

 

Perumpamaan tentang anak yang hilang

(Lukas 15:11-32 TB)

11) Yesus berkata lagi: ”Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. 12) Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. 13) Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. 14) Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat. 15) Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. 16) Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya. 17) Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. 18) Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, 19) aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. 20) Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. 21) Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. 22) Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. 23) Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. 24) Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. 25) Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. 26) Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. 27) Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. 28) Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. 29) Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. 30) Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. 31) Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. 32) Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.”

 

          Perumpamaan anak yang hilang adalah sebuah perumpamaan yang diceritakan dan diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada murid-muridnya yang menceritakan tentang kasih seorang bapa kepada anaknya. Kisah dalam perumpamaan ini seringkali diceritakan kembali atau dikotbahkan sebagai kisah tentang anak yang terhilang tetapi sangat sedikit yang berbicara tentang hati Bapa melalui perumpamaan ini. Perumpamaan ini bercerita tentang seorang ayah yang memiliki dua orang anak laki-laki yang sebenarnya menggambarkan keadaan anak-anak yang sekarang ada di bumi ini dalam situasi ketika seseorang tidak mengenal Bapa dengan baik, inilah yang Tuhan ingin pulihkan.

 

          Pengenalan akan Bapa dari seorang anak yang sudah dewasa secara rohani dengan yang masih bayi-bayi rohani itu sangat berbeda. Seorang anak yang dewasa dan sudah melayani Tuhan seharusnya mengenal akan Bapa-Nya. Sayangnya gambaran tentang anak sulung yang berada didalam rumah Bapa tetapi ternyata dia tidak mengenal akan hati Bapa sehingga yang terjadi adalah dia menjadi salah paham dengan Bapa karena merasa tidak mendapatkan apa-apa padahal dia berada didalam rumah Bapa yang dalam perumpamaan itu Bapa digambarkan sebagai Bapa yang kaya, dia memiliki tanah dan pelayan yang sangat banyak. Sehingga reaksi yang keluar adalah dia menjadi anak yang cemburuan, marah dan kecewa karena tidak mengenal Bapa-Nya.

 

          Ada banyak orang-orang di luar sana yang menjadi kecewa dan marah apakah itu dengan keadaan didalam keluarga, pekerjaan dan pelayanan. Gereja juga memiliki andil dalam hal ini karena mereka tidak merasakan bahwa gereja menjadi bagian dari keluarganya. Gembala tidak pernah duduk bersama dengan jemaat dan pelayanan sehingga tidak saling mengenal satu sama lainnya, datang ke gereja hanya sekedar beribadah dan kemudian pulang sehingga tidak menemukan dan merasakan gambaran kasih Bapa itu. Padahal sebagai orang percaya, sebagai anak-anak Tuhan itu adalah tugas kita untuk mereflesikan hati-Nya (kasih Bapa) dalam kehidupan kita. kebanyakan orang hanya sampai pada praktek agama tanpa adanya hubungan kasih karena berpikir bahwa untuk mengasihi orang lain itu membutuhkan biaya atau uang yang banyak. Kebanyakan gereja saat ini hanya menjadi tempat pertunjukan dimana orang akan berdandan dan berpura-pura menjadi orang Kristen yang sempurna. Padahal gereja harusnya menjadi tempat dimana kita bisa terbuka dan jujur satu sama lainnya sehingga kita bisa menerima kesembuhan dan pemulihan gambar diri sebagai anak-anak Allah. Jadi mengasihi orang lain adalah tentang hati kita yang peduli, hati yang selalu penuh dengan belas kasihan, selalu mau meluangkan waktu untuk mendengar dan peduli kepada orang lain.

 

          Sekarang kita akan melihat seperti apa gambaran Bapa dalam perumpamaan yang diceritakan dan diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada murid-muridnya.

 

1)   MEMILIKI BAPA YANG MURAH HATI.

 

          Gambaran Bapa dalam perumpamaan tentang anak yang hilang adalah Bapa yang murah hati. Sewaktu anak bungsu meminta warisan yang menjadi bagiannya dan Bapa dengan penuh kasih, belas kasihan dan kerendahan hati menyetujui permintaan anak bungsunya tersebut dengan memberikan warisan yang memang menjadi bagiannya. Dalam budaya Yahudi abad pertama, memang mengharuskan orang tua mewariskan kekayaannya kepada anak-anaknya, anak sulung mendapatkan 2/3 bagian, anak bungsu mendapatkan 1/3 bagian. Tetapi tindakan anak bungsu meminta bagian warisannya selagi ayahnya masih hidup adalah sebuah tindakan yang amat sangat kurang ajar, sangat tidak menghormati, tindakan ini sama seperti dia sedang mengutuki ayahnya. Seakan-akan ia berkata bahwa “kalau bapanya mati, toh itu juga akan menjadi miliknya, jadi lebih baik diberikan sekarang saja, seakan-akan bahwa bapanya sudah mati. Tindakan sang anak bungsu ini adalah salah satu pelanggaran dari 10 Perintah Allah dalam (Keluaran 20:12 TB) – Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu. Pelanggaran atas perintah ini adalah pelanggaran yang sangat serius dalam budaya umat Yahudi. Menurut hukum Taurat, anak tersebut harus dihukum mati atas tindakan yang sangat kurang ajar tersebut. (Keluaran 21:17 TB) – Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya, ia pasti dihukum mati. Jadi sang ayah memiliki hak untuk menghukum mati anaknya, akan tetapi dia tidak melakukan hal tersebut. Sebaliknya, dia memilih untuk menunjukkan kasih karunia, belas kasihan dan kerendahan hati yang begitu luar biasa dengan menyetujui permintaan anaknya.  Anak bungsu meminta bagian warisannya dan memilih keluar dari rumah Bapanya mungkin karena marah dan kecewa. Anak bungsu meragukan dan tidak mempercayai bapanya walaupun sebenarnya dia tidak mengenal hati bapanya.

          Setiap kita pun memiliki Bapa yang murah hati yang telah memberikan warisan rohani, warisan kerajaan Sorga. Ada banyak anak-anak Tuhan yang merasa bahwa sudah sekian lama mereka melayani Tuhan tetapi tidak mendapat apa-apa padahal Tuhan sudah memberikan di hidupnya warisan Kerajaan Sorga ketika Bapa memberikan Kristus Yesus putra-Nya mati di atas kayu salib karena kerinduan Bapa agar semua anak-anak-Nya diselamatkan. Kalau putra-Nya yang tunggal saja Dia bisa berikan, masakan yang lainnya tidak bisa Dia berikan?.

 

          Tetapi kebanyakan orang berpikir bahwa berkat itu dalam bentuk jasmani, uang dan harta kekayaan. Padahal berkat jasmani itu hanya bagian kecil nilainya tidak sebanding dengan begitu besarnya yang Tuhan sudah berikan. Uang dan harta kekayaan bukanlah jaminan untuk seseorang merasakan sukacita dan damai sejahtera karena hanya Kristuslah yang bisa memberikan itu dalam hidup seseorang. Anda tetap bisa merasakan sukacita dan damai sejahtera sekalipun yang anda makan hanya makanan sederhana, anda bahkan juga bisa merasakan itu sekalipun untuk pergi melayani seseorang anda harus berjalan kaki. Anak bungsu seharusnya tidak meminta warisan dan pergi dari rumah Bapa karena apa yang dimiliki Bapa-Nya adalah miliknya juga dan dia akan selalu terkoneksi dengan Bapa.

 

          Di zaman Perjanjian Baru, ayah adalah tuan atas rumahnya yang semestinya dihormati dan ditaati. Rumah Bapa adalah tempat yang sempurna, tempat yang sangat aman. Semua kebutuhan sang anak telah tersedia, mereka dikasihi da dipelihara. Tetapi sang anak bungsu tidak merasa puas untuk berada di bawah otoritas orang lain. Dia ingin menjalankan hidupnya sendiri secara bebas dan lepas dari otoritas. Padahal saat seseorang terus terhubung dengan Bapa maka dia akan diberikan otoritas yang membuat kepercayaan itu diberikan dan itu tidak terbatas. Masing-masing orang diberikan sesuai dengan talenta atau kesanggupannya, ada diberikan 5 talenta, 3 talenta, 2 talenta dan 1 talenta, masing-masing orang berbeda.

 

          Jadi jangan pernah mengukur kekristenan anda dengan hal-hal yang berupa materi. Jangan pernah mengukur kerohanian atau hubungan seseorang dengan Tuhan berdasarkan seberapa banyak kekayaan/berkat orang tersebut dan seberapa berhasil usahanya. Kalau itu yang menjadi tolak ukur anda maka anda tidak jauh bedanya dengan orang-orang Farisi karena dahulu itulah yang menjadi tolak ukur mereka. Di awal apa yang dilakukan oleh orang-orang Farisi ini sebenarnya baik, ketika saat itu bangsa Israel sedang mengalami krisis saat mereka berada dalam pembuangan di Babel dimana kejahatan terjadi dimana-mana, mereka mengalami persekusi dan ancaman genosida kemudian kelompok Farisi yang berasal golongan menengah kebawah ini kemudian sepakat untuk berdoa dan berkomitmen untuk hidup benar dan sungguh-sungguh dengan Tuhan karena orang Farisi memiliki kerangka berpikir bahwa Allah akan mencintai dan memberkati  orang yang taat hukum dan menghukum yang tidak patuh. Kemudian memang mereka diberkati oleh Tuhan dengan luar biasa tetapi yang salah adalah setelah itu kemudian mereka melihat dan menilai orang lain berdasarkan kekayaannya. Jika seseorang hidup dalam berkekurangan maka mereka menilai orang tersebut pasti tidak mematuhi hukum Tuhan, tidak hidup benar dan sungguh-sungguh kepada Tuhan. Sehingga oleh sebab itulah kenapa mereka menyangkal atau tidak percaya bahwa Yesus adalah Mesias adalah karena anak seorang Tukang Kayu dari Nazaret yang miskin, dalam pandangan mereka Mesias harus lahir dari golongan raja atau orang yang diberkati.

 

          Bapa yang murah hati artinya Dia bisa memberikan apa saja tetapi jangan pernah meminta sesuatu sebelum waktu-Nya. Seperti anak bungsu yang meminta bagian warisan sebelum waktunya karena bapanya masih hidup dan dia tidak dalam keadaan yang mempercayai bapanya. Warisan dirumah Bapa diberikan harus dengan iman, harus didalam firman, harus didalam percaya kepada Bapa. Warisan yang diminta oleh anak bungsu yang sebenarnya adalah bagiannya digunakan diluar rumah Bapa, diluar kehendak-Nya. Kepercayaan dan kemurahan hati Tuhan harus dipergunakan didalam kehendak-Nya bukan untuk diri anda tetapi untuk kemuliaan-Nya karena kalau warisan hanya untuk dinikmati sendiri maka itu akan cepat habis. Ketika Bapa/Tuhan menahan berkat-Nya maka itu semua karena kasih-Nya bukan karena Bapa pelit atau pilih kasih karena Dia mengetahui bahwa anak-Nya belum siap. Ketika waktu-Nya tiba atau ketika hati anda sungguh-sungguh didapati sama dengan hati-Nya maka Bapa akan memberikannya.

 

          Jangan pernah memilih untuk menarik dirimu keluar dari rumah Bapa karena kecewa dan marah karena akan ada konsekuensi yang akan membuatmu menyesal seperti penyesalan yang dirasakan oleh anak bungsu, saat seluruh bagian warisannya habis tidak ada berkat yang diterimanya, dia mengalami penderitaan, kerugian dan kelaparan. Sampai saat sang anak bungsu berakhir di peternakan babi dalam situasi yang begitu buruk bahkan dia ingin memakan makanan babi.

 

          Hubungan kasih dari anak ke Bapa itulah yang menjadi kerinduan Bapa. Ketika anda melayani Bapa tetapi hatimu tidak tertuju kepada Bapa maka yang anda lakukan hanyalah sebuah tugas. Ketika anda tidak melayani dengan hati maka tidak ada yang bisa dibaca atau dirasakan oleh Bapa karena hati anda tidak terkoneksi dengan Bapa. Orang yang hatinya terkoneksi (terhubung) dengan Tuhan (Bapa) maka apapun itu dilakukannya dengan penuh sukacita.  Ini berbeda dengan apa yang terjadi pada anak sulung yang tinggal dan bekerja dirumah Bapa tetapi hatinya tidak terkoneksi dengan Bapa.

 

          Karena Bapa kita adalah Bapa yang murah hati jadi kita pun harus seperti itu. Saat orang lain diluar sana melihat dan menilai orang lain dari kekayaannya atau yang berkata bahwa untuk berbuat baik atau mengasihi orang lain itu kita harus tercukupi dulu secara finansial. Tetapi sebagai anak-anak Tuhan kita tidak melihat bahwa uang atau berkat kekayaan sebagai yang utama tetapi bagaimana melalui hidup kita orang bisa melihat sesuatu yang berbeda, orang bisa melihat Kristus dan nilai-nilai kerajaan sorga. Kita selalu penuh dengan kasih sukacita dan senantiasa bermurah hati menolong orang lain sekalipun kita sendiri masih hidup dalam kekurangan.

 

          Berikut adalah kisah inspiratif tukang koran yang lebih kaya dari Bill Gates yang diceritakan sendiri oleh Bill Gates ketika seseorang bertanya kepadanya "Apakah ada orang yang lebih kaya daripada anda di dunia?" Bill Gates menjawab, "Ya, ada orang yang lebih kaya dariku." Bill Gates kemudian menceritakan sebuah kisah. Saat itu aku belum kaya apalagi terkenal. Saya berada di Bandara New York ketika itu saya melihat penjual koran. Saya ingin membeli satu surat kabar tetapi ternyata saya tidak punya cukup uang. Jadi saya tidak jadi membeli koran dan mengembalikan ke penjualnya.

 

          Saya mengatakan kepadanya bahwa tidak ada uang pas.
Penjual berkata, "Saya memberikan ini kepada Anda secara gratis." Atas desakannya, saya mengambil koran itu. Secara kebetulan, setelah 2-3 bulan, saya mendarat di bandara yang sama dan sekali lagi saya kekurangan uang untuk membeli koran. Penjual itu menawari saya koran itu lagi. Saya menolak dan mengatakan bahwa saya tidak bisa menerimanya karena saya tidak punya uang untuk membelinya. Dia berkata, "Anda bisa mengambilnya, saya membagikan ini dari laba saya, saya tidak akan rugi." Lalu saya pun mengambil koran itu.

 

          Setelah 19 tahun saya menjadi kaya dan dikenal oleh banyak orang. Tiba-tiba saya ingat penjual koran itu. Saya mulai mencari dia dan setelah sekitar 1 ½ bulan pencarian akhirnya saya menemukannya. Saya bertanya kepadanya, "Apakah Anda mengenal saya?" Dia berkata, "Ya, Anda adalah Bill Gates."

Saya bertanya lagi kepadanya, "Apakah Anda ingat dulu pernah memberi saya koran secara gratis?" Penjual berkata, “Ya, saya ingat. Saya memberi Anda dua kali. "

 

          Saya berkata, “Saya ingin membayar kembali bantuan yang Anda tawarkan kepada saya saat itu. Apa pun yang Anda inginkan dalam hidup Anda, beri tahu saya, saya akan memenuhinya."
Penjual berkata, "Tuan, apakah Anda tidak berpikir bahwa dengan melakukan itu Anda tidak akan dapat menandingi bantuan saya?"

 

          Saya bertanya, "Mengapa?"

 

          Dia berkata, “Saya telah membantu Anda ketika saya adalah seorang penjual koran yang miskin dan Anda berusaha membantu saya sekarang, ketika Anda telah menjadi orang terkaya di dunia. Bagaimana bantuan Anda bisa sebanding dengan bantuan saya? "

          Hari itu saya menyadari bahwa penjual koran lebih kaya daripada saya karena dia tidak menunggu untuk menjadi kaya untuk membantu seseorang. Orang-orang perlu memahami bahwa orang yang benar-benar kaya adalah mereka yang memiliki hati yang kaya dan bukannya banyak uang. Sangat penting memiliki hati yang kaya untuk membantu orang lain. Karena kebanyakan orang ketika melakukan sesuatu perbuatan baik juga memiliki motivasi untuk suatu saat juga diberkati, uang yang selalu menjadi tolak ukurnya sehingga ketika Tuhan/Bapa belum memberkati menjadi marah dan kecewa. Mari mengubah pola pikir karena kita memiliki sorga yang Tuhan/Bapa sudah berikan. Bersyukurlah selalu atas apa yang Tuhan sudah berikan, jangan lagi melihat Bapa sebagai Bapa yang pilih kasih, Dia mengasihi setiap kita anak-anak-Nya dengan cara-Nya.

 

2)    HATI-NYA SELALU MENGASIHI DAN MENGAMPUNIMU.

         

          Ini adalah hal yang sangat pnting karena kebanyakan orang di saat  mengalami kegagalan bukannya mengoreksi diri atau bertobat tetapi justru merasa bahwa Tuhan/Bapa tidak mengasihinya, merasa tidak dikasihi. Allah adalah kasih, bahkan saat seseorang memilih untuk menolak Bapa atau meninggalkan rumah Bapa. Dia memberikan kehendak bebas dan mengizinkannya untuk berjalan menjauh dan dan mengalami konsekuensi dari pilihannya. tapi bukan berarti bahwa kasih-Nya akan mengabaikan dosa dan pembangkangan kita. Justru karena Dia adalah kasih, maka Dia prihatin dengan dosa dan pembangkangan kita. karena kasihlah, maka Tuhan berseru kepada kita, “Bertobat dan hiduplah!”. Kasih-Nya memanggil kita untuk bertobat, berbalik dari dosa kita, meninggalkan hidup kita yang jahat, dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya kembali kepada sumber dari segala kehidupan, kesembuhan dan pemulihan yang begitu kita rindukan.

 

          Pertobatan secara harafiah berarti perubahan pikiran atau berbalik dari dosa kita dan kembali  kepada Allah serta menyepakati kebenaran-Nya. Harus ada bukti nyata atau bukti nyata buah dari pertobatan seperti perubahan kehidupan anak bungsu yang meninggalkan kandang babi dan mulai kembali ke rumah Bapa. Nah sekarang mari melihat respon yang Bapa berikan saat anak bungsu kembali dan mendekati kediaman Bapa-Nya. Saat anak bungsu meminta bagian warisannya, sebelumnya sudah dijabarkan bahwa dalam hukum orang Yahudi apa yang dilakukan oleh anak bungsu sebenarnya adalah pelanggaran hukum Taurat dan salah satu alasan mengapa dia berlari untuk mendapati anaknya adalah agar dia bisa sampai kepada anaknya terlebih dahulu sebelum masyarakat mendapatinya dan membunuhnya terlebih dahulu.

 

          Dikatakan dalam Firman bahwa ketika si anak bungsu masih berada di kejauhan, Bapa-Nya sudah melihat dia. Berarti Bapa sudah menanti-nantikanya dan memperhatikan, Dia selalu berdoa dan berharap bahwa anak-Nya akan bertobat, berbalik dari dosanya dan kembali ke rumah. Ini adalah hati dari Bapa kita, yang rindu untuk mengampuni kita dan menunjukkan belas kasihan-Nya kepada kita. Dia selalu menanti kita karena kerindua-Nya yang terbesaar adalah Dia ingin sekali kita pulang ke rumah.

 

“Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.”

 

          Hal mengejutkan yang Bapa lakukan saat melihat anak bungsunya dari kejauhan adalah Bapa berlari menyambut anak-Nya. Di masa itu tidak lazim bagi seorang pemimpin, orang kaya, kepala rumah tangga atau orang-orang terhormat untuk berlari, itu tindakan yang memalukan dan hanya hamba dan anak kecil saja yang melakukan itu. Salah satu alasan mereka tidak berlari adalah karena mereka mengenakan jubah yang panjang pada masa itu yang sampai sekarang masih dikenakan oleh para bangsawan di Timur Tengah. Jadi ketika sang ayah berlari menyambut anaknya berarti dia harus mengangkat setengah dari jubahnya untuk bisa berlari kencang secepat yang dia bisa dan itu adalah suatu hal yang memalukan.  Tetapi sang bapa tidak peduli betapa konyolnya dia terlihat. Anak bungsunya yang sudah dinanti-nantikannya, anaknya yang telah mati, anaknya yang telah hilang akhirnya telah kembali ke rumah. Ketika bapa sampai kepada anaknya, ditengah-engah kehabisan nafas, dalam terjemahan lain dikatakan bahwa dia jatuh di leher anaknya, ini mengindikasikan bahwa sang bapa mungkin sedang menangis dan membenamkan mukanya di leher anaknya serta menciumnya berkali-kali. Bisa dibayangkan bagaimana bau dari anak-Nya yang kemarin tidur dikandang babi, dan belum mandi berhari-hari tetapi bapa tidak peduli akan hal itu. Dia tetak memeluk dan menciumi anaknya.

 

          Kiranya gambaran ini menunjukkan kepada kita bahwa saat anak-Nya bertobat dan kembali maka Bapa akan berlari memeluk dan mencium kita. ini menunjukkan bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar, terlalu buruk, terlalu jelek yang tidak bisa Dia ampuni. Makanya Dia juga mengajarkan kepada murid-murid-Nya untuk mengampuni musuh atau orang yang melukai hati kita 70 X 7 yang berarti ketika orang berbuat salah lagi kepada kita, maka kita pun perlu mengampuni mereka. Artinya, sampai kapanpun, mereka melakukan kesalahan, kita tetap mengampuni mereka. Alasannya adalah karena kita telah mendapatkan pengampunan dari Tuhan.

 

          Respon berbeda justru diberikan oleh anak sulung ketika adiknya yang telah gagal kembali dan marah atas keputusan yang bapanya menerima adik bungsunya yang sudah meninggalkan rumah pergi berfoya-foya menghabiskan segalan yang dimilikinya yang mungkin dalam benak anak sulung untuk bisa diterima harusnya adik bungsunya mengembalikan dulu semua yang telah dihabiskannya. Anak sulung tidak mengenal akan isi hati bapanya. Begitupun ketika seseorang merasa bahwa dirinya lebih baik, paling layak dan lebih hebat dari orang lain yang terjadi adalah penghakiman kepada orang lain sampai dengan dia sendiri kemudian menyadari bahwa dirinya juga terhilang. Dia tidak mengenal akan hati Bapa sampai dia juga mengalami proses dan akhirnya menyadari bahwa dia salah paham dengan Bapa. Saat Bapa dengan murah hati dan penuh dengan belas kasihan mau berlari menyambut anaknya kembali dan menciumnya ini sebenarnya sama dengan gambaran Perumpamaan tentang domba yang hilang yang Yesus ajarkan kepada murid-murid-Nya dalam Matius 18:12-14 dan Lukas 15:1-7.

 

Matius 18:12-14 (TB) Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang.

Lukas 15:1-7 (TB) Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."

 

          Seorang gembala pergi mencari 1 dombanya yang hilang tetapi 99 domba lainnya tidak mengikuti dimana seharusnya 99 domba lainnya juga harusnya mengikuti karena firman Tuhan berkata kemanapun gembala pergi maka domba-domba juga mengikuti. (Yohanes 10:27 TB) Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku   dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,) dengan kata lain domba-domba juga perlu menyambut domba yang lain karena itu bagian kawananannya, itu saudaranya.

 

          Ketika anak bungsu kembali kerumah bapa setelah pergi keluar menghabiskan banyak harta Bapa dan mempermalukan nama Bapa maka ketika kembali dia tidak meminta apapun selain hanya tinggal dirumah Bapa, menjadi hamba bekerja dan melayani Bapa, yang oleh Bapa justru tidak diterima sebagai hamba tetapi sebagai anaknya. Ini yang tidak dimengerti oleh anak sulung karena anak sulung belum terproses sampai dia mengetahui bahwa betapa mulia-Nya hati Bapa dan indahnya ketika bisa melayani Bapa. Seseorang janganlah sampai harus kehilangan baru bisa menghargai apa yang hilang. Anak sulung seharusnya bisa menghargai karena dia berada dirumah Bapa.

 

3)   BAPA MENYAMBUT, MEMULIHKAN, BAHKAN MEMBERIKAN YANG HILANG DARI HIDUPMU.

 

          Untuk mengenal hati Tuhan hati anda harus terhubung dengan hati-Nya, anda harus murni mengasihi Dia. Seperti perkataan anak bungsu yang berkata ... 18) Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, 19) aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Ini adalah perkataan yang tulus dari anak bungsu yang menyadari siapa dirinya dan sikap seperti ini yang Tuhan sukai. Tetapi sikap seperti ini sudah banyak hilang dari anak-anak Tuhan, belum apa-apa sudah merasa hebat dan sombong sehingga tidak bisa mengalami pemulihan dan untuk Tuhan berikan kepercayaan. Andai saja anak bungsu masih merasa hebat dan sombong ketika pulang maka dia tidak akan bisa mengalami pemulihan. Tetapi saat dia kembali dia tidak meminta apa-apa selain bekerja menjadi upahan Bapa-Nya asalkan dia bisa tinggal di rumah Bapa karena menyadari siapa dirinya. Seseorang yang menyadari siapa dirinya maka dia tidak akan pernah bertengkar, cemburu dengan orang lain dan menghakimi orang lain. Salah satu alasan kenapa oleh Bapa otoritas anak bungsu dikembalikan (diberi jubah, cincin dan kasut) adalah karena didapati hatinya yang tulus dan murni.

 

          Alasan kenapa Bill Gates mencari anak penjual koran itu tadi karena Bill Gates melihat bahwa penjual koran tersebut adalah anak yang jujur dan memiliki ketulusan untuk selalu menolong orang lain sekalipun dirinya sendiri dalam mapan dalam hal finansial. Apa yang anak penjual koran ini lakukan adalah hal yang sangat langkah kita temui didunia ini. Karakter seperti ini sangat mahal dan itu hanya bisa dibentuk di gereja, dirumah Bapa. Jadi saat melihat orang lain dalam kekurangan dan hati anda tergerak lakukanlah sambil tersenyum karena kesempatan untuk bisa membantu orang lain yang membutuhkan adalah sebuah anugerah.

 

20) Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.

 

          Ketika anak bungsu kembali yang paling sakit hati adalah iblis karena anak bungsu yang pantas mendapatkan penolakan dan penghakiman justru disambut dan diterima oleh Bapa. Ketika Bapa melihat anak bungsu dari jauh, Dia berlari mendapatkannya, memeluk dan menciumnya. Dari sini kita bisa melihat gambaran dari sukacita dan hasrat dari Bapa kita. Kasih-Nya bukanlah kasih yang lambat. Kasihnya bukanlah kasih yang segan-segan. Kasih-Nya adalah kasih yang berlari ketika kita kembali kepada-Nya. Ada begitu banyak orang diluar sana yang membutuhkan kasih, uluran tangan dan pelukan anda tetapi milikilah hati-Nya, hati Bapa.

 

21) Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. 22) Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. 23) Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. 

 

          Dalam perumpamaan ini saat anak bungsu kembali dan mengakui setiap dosa dan kesalahannya, dia diberikan jubah yang terbaik yang berarti panggilan Tuhan atas hidupnya dikembalikan, dikenakan cincin pada jarinya yang berarti otoritasnya dikembalikan, dikenakan sepatu pada kakinya yang berarti dia tidak disambut sebagai hamba tetapi sebagai anak. Apabila anda sunggug-sungguh berbalik maka dalam sekejab Tuhan bisa mengubahkan keadaanmu karena anda mempercayainya. Mari mempercayai Tuhan di level Tuhan, karena Dia yang menciptakan kita, Dia adalah Bapa kita dan Dia memanggil kita anak. Jadi Dia layak untuk kita percayai untuk kita menyerahkan seluruh hidup kita ditangan-Nya.

 

Pertanyaannya apakah anda akan tetap mengasihi dan melayani Tuhan sekalipun Tuhan belum memberkati anda? Tetap mempercayai dan mengandalkan-Nya?

 

          Bapa sedang mencari hati anak-anak-Nya untuk Dia menyalurkan hati-Nya. Mari berhenti untuk bersikap egois hanya untuk diri kita sendiri. Apabila Tuhan mempercayai anda dengan berkat-Nya jangan pernah untuk menaruh hati anda disitu seperti anak bungsu yang berkata) aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Hati anak bungsu tidak melekat lagi kepada harta Bapa-Nya sehingga membuat Bapa semakin jatuh cinta sampai memberikan/mengembalikan semuanya sehingga membuat anak sulung cemburu. Kalau hati kita didapati sama, Tuhan akan mengirimkan orang-orang, Tuhan akan memberkatimu dengan banyak cara, Tuhan senantiasa akan memberikan anda pesta. Seakan-akan Bapa sedang mau Show up bahwa anda adalah anak-Nya. Jadi sangat penting untuk mengenali hati-Nya.

 

24) Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.

 

          Di mata Tuhan setiap kita anak-anak-Nya lebih berharga dibandingkan apapun juga. Jadi jangan pernah takut akan masa depanmu, apabila Tuhan mendapati bahwa hatimu bisa dipercaya maka Tuhan bisa memberkatimu dengan banyak cara.

 

          Seringkali ada orag yang berkata bahwa dia tidak bisa melayani karena sibuk di pekerjaan dan bisnis. Itu berarti bahwa pekerjaan dan bisnismu bukan dari Tuhan, carilah pekerjaan dan bisnis yang tidak mengurangi waktumu untuk melayani Tuhan.

 

          Apabila itu pekerjaan dan bisnis dari Tuhan atau bahkan dalam keluarga anda, mintalah penuai-penuai, mintalah orang-orang yang bisa dipercaya, orang-orang yang jujur, orang-orang yang sehati karena apabila hati anda sehati dengan Tuhan, pemimpin, atau siapapun otoritasmu maka yang akan mengalir ke bawah adalah orang-orang yang sehati. Ketika anak bungsu ini dipulihkan/sehati yang terjadi hamba-hamba dari Bapa ikut sehati dan sepakat dengan Bapa karena mereka mengetahui bahwa di hati Bapa adalah jiwa-jiwa.

 

 

To Be Continued (Bersambung)

Untung Bongga Karua


MENGENAL ISI HATI BAPA (Bagian Pertama)

  MENGENAL ISI HATI BAPA (Bagian Pertama) Sabtu, 04 Februari 2023 Ps Joseph Hendrik Gomulya           Sejak awal manusia diciptakan Allah ...