GKI Maranatha Sorong Papua Barat, Seminar hamba Tuhan "Kebangkitan yang besar di era transformasi".
(12/07/2016)
Ps. JOSEPH HENDRIK GOMULYA
Transformasi di kota Sorong terwujud ketika terjadi rekonsialisasi semua orang yang ada di tanah Papua antara penduduk/suku asli dengan pendatang. Penduduk asli Papua harus menerima dan mengasihi para pendatang, dan penduduk pendatang juga harus memiliki rasa cinta akan tanah dan orang-orang Papua karena setiap kita semuanya bersaudara didalam Tuhan.
Tanah sesungguhnya adalah milik Yesus Kristus, demikian juga dengan hidup setiap kita. Sewaktu hidup kita terbuka buat orang lain seperti Yosua yang menggenapi perjanjian Tuhan atas hidupnya dimana ketika tanah Kanaan diduduki kemudian Tuhan juga memberi kuasa untuk tinggal di tanah itu, diberkati dan memenangkan kota itu untuk Kemulian Tuhan. Ketika tinggal di tanah yang diberkati, kita juga harus memiliki sikap hati yang diberkati. Kenapa? Proses demi proses yang terjadi dalam hidup kita Tuhan ijinkan terjadi karena Tuhan menginginkan kita melewati proses itu untuk mengenal Tuhan lebih dalam mengenal hati-Nya. Ketika kita tinggal didalam tanah Kanaan tanpa pengertian, tanpa pernah di proses oleh Tuhan maka Kanaan akan menjadi bencana.
Seperti dengan survey yang diadakan di Amerika Serikat, kebanyakan orang yang memenangkan sebuah lotere yang jumlah uangnya sangat banyak bisa dikatakan orang akan menjadi kaya mendadak dan pasti setiap orang yang memenangkannya akan sangat senang dan bahagia, tetapi kesenangan itu tidak berlangsung lama ketika uang itu habis karena dipakai untuk mabuk-mabukan, hidup foya-foya dan bersenang-senang dengan banyak wanita yang dijadikan simpanan yang membuat orang tersebut menjadi miskin kembali bahkan menjadi jauh lebih miskin dari sebelumnya karena orang ini berpikir bahwa tanah Kanaan yang berupa uang dan pangkat adalah tujuan utamanya. Tetapi mari berkata bahwa Tuhan adalah tujuan didalam hidup kita melalui proses yang diijinkan-Nya untuk kita lewati dan nikmati yang mendidik hati kita untuk mengenal Tuhan dengan sikap hati yang benar.
Seperti dengan kehidupan Abraham dimana ketika berada di tanah Kanaan berkata "bahwa tanah Kanaan seperti tanah asing baginya" padahal itu adalah tanah yang Tuhan janjikan. Adakah ketika diberkati kita bisa berkata bahwa uang, pangkat, dan jabatan itu tanah asing bagi kita? Karena kita menyadari memiliki tanah yang sesungguhnya, kita tidak pernah merasa kuatir dan takut karena kita mengetahui kepada siapa Tuhan akan memberkati kalau bukan kepada anak-anak-Nya, anak Raja diatas segala raja, hal yang selalu berusaha dipotong oleh iblis tetapi ketika kita mendidik hati kita untuk belajar mengenal Tuhan maka kita akan mengenal akan otoritas yang kita miliki dan iblis tidak bisa memotong/mengambil hal tersebut dari hidup kita.
Yosua bangun pagi-pagi, lalu ia dan semua orang Israel berangkat dari Sitim, dan sampailah mereka ke sungai Yordan, maka bermalamlah mereka di sana, sebelum menyeberang. Setelah lewat tiga hari, para pengatur pasukan menjalani seluruh perkemahan, dan memberi perintah kepada bangsa itu, katanya: “Segera sesudah kamu melihat tabut perjanjian Tuhan , Allahmu, yang diangkat para imam, yang memang suku Lewi, maka kamu harus juga berangkat dari tempatmu dan mengikutinya -- hanya antara kamu dan tabut itu harus ada jarak kira-kira dua ribu hasta panjangnya, janganlah mendekatinya -- maksudnya supaya kamu mengetahui jalan yang harus kamu tempuh, sebab jalan itu belum pernah kamu lalui dahulu.” Berkatalah Yosua kepada bangsa itu: “Kuduskanlah dirimu, sebab besok Tuhan akan melakukan perbuatan yang ajaib di antara kamu.” Dan kepada para imam itu Yosua berkata, demikian: “Angkatlah tabut perjanjian dan menyeberanglah di depan bangsa itu.” Maka mereka mengangkat tabut perjanjian dan berjalan di depan bangsa itu. Dan Tuhan berfirman kepada Yosua: “Pada hari inilah Aku mulai membesarkan namamu di mata seluruh orang Israel, supaya mereka tahu, bahwa seperti dahulu Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau. Maka kauperintahkanlah kepada para imam pengangkat tabut perjanjian itu, demikian: Setelah kamu sampai ke tepi air sungai Yordan, haruslah kamu tetap berdiri di sungai Yordan itu.” (Yosua 3:1-8, TB)
Tuhan berjanji akan membesarkan nama setiap anak-anak-Nya karena Tuhan yang besar ada didalam hidup setiap kita. Dia akan membesarkan nama kita sewaktu kita tetap setia, memang tidak terjadi secara instant sebuah keluarga dipulihkan seperti Firman-Nya berkata bahwa "asalkan imanmu tidak goyah engkau akan melihat, dengan tetap percaya kita akan melihat setiap janji itu digenapi". Ketika Yosua memasuki tanah Kanaan, itu juga seperti otoritas Tuhan dikembalikan bagi orang-orang percaya dan setiap anak-anak Tuhan untuk mengalami dan menikmati kelimpahan itu.
Seperti ada banyak orang berkata bahwa Papua adalah tanah Kanaan, tetapi apabila Tuhan tidak memberi otoritas atas tanah itu, dimana (tanah) yang sesungguhnya yang ada di hati, ketika susah untuk bisa diubahkan maka maka kita tidak mempunyai otoritas untuk menikmati tanah itu dan berkata itu tanah Kanaan. Apabila hati setiap kita selalu bisa untuk diubahkan maka kita mengijinkan Tuhan mengubah tanah di hati kita, tanah dimana Tuhan akan menumbuhkan benih-benih Ilahi, benih-benih kebenaran-Nya di tanah yang subur, tanah yang selalu dicangkul, digemburi dan dididik oleh Tuhan, tanah hati selalu akan subur ditumbuhi oleh benih Firman Tuhan, selalu ada pertobatan dan pengenalan akan Tuhan yang benar di hati kita, ada perubahan demi perubahan, ada pewahyuan baru yang selalu Tuhan bukakan dalam hidup kita maka otoritas itu akan diberikan. Apabila hati tidak bisa diubahkan kita seperti melihat sesuatu yang benar hanya berdasar perkataan orang, seperti perkataan orang yang berkata bahwa Papua adalah tanah Kanaan yang diberkati tetapi justru para pendatang yang tidak mengenal Tuhan yang diberkati dan kemudian menjadi marah kepada pendatang yang datang.
Peperangan setiap kita bukan melawan darah dan daging tetapi melawan penguasa-penguasa di udara, apabila di (tanah) hati kita tidak pernah mengijinkan untuk dididik oleh Tuhan maka kita tidak akan bisa menikmati tanah Kanaan. Jangan pernah mengenal Tuhan seperti bermain lotere, mau yang instant atau cepat tanpa mempersiapkan hati dan hidup kita dengan Tuhan. Kita harus mencintai setiap proses didikan dan pengenalan akan Tuhan dan menikmati anugerah itu karena hubungan dengan Tuhan yang ajaib. Seperti Yosua yang mengenal dekat Musa oleh sebab itu cara pandangnya dengan belajar dari Musa, untuk itu sangat penting untuk setiap pelayan-pelayan Tuhan belajar dari Tuhan tetapi juga belajar dengan otoritas diatasnya dan para hamba-hamba Tuhan untuk mempersiapkan sebuah hal yang lebih besar. Musa tidak bisa memasuki tanah Kanaan tetapi Tuhan memberi Yosua memimpin dan kemudian membawa bangsa Israel untuk masuk ke tanah Kanaan.
Hari-hari ini Tuhan sedang mencari orang-orang yang mau berdiri bagi kota dimana dirinya berada tanpa saling menyalahkan lagi. Gereja adalah wadah perubahan, gereja adalah wadah transformasi, wadah untuk membangkitkan negeri ini. Tantangan yang harus dihadapi adalah raksasa-raksasa yang ada didalam hidup kita. Yosua dan Daud berani menghadapi raksasa-raksasa karena dia telah melewati raksasa-raksasa yang ada didalam hidupnya bahkan Tuhan melatih Daud menghadapi raksasa yang berbulu dari mencabut bulu singa dan beruang. Ketika kita bisa mengalahkan dan memenangkan peperangan menghadapi raksasa yang adal didalam hidup kita makan kita akan bisa mengalahkan raksasa-raksasa di kota-kota atau dimanapun diutus untuk dimenangkan.
Ada orang yang memiliki raksasa berupa kebencian, sakit hati, ada yang mungkin memiliki raksasa berupa nafsu, rasa minder, penolakan, suka mabuk dan pesta pora, kesombongan dan raksasa berupa kecintaan akan hal-hal duniawi. Kita akan diberi kepercayaan oleh Tuhan sebagai anak-anakNya tetapi yang tidak mudah adalah membuat hati kita hanya mengasihi Tuhan dengan semua keberhasilan yang Tuhan kerjakan karena apabila kita tidak mendidik diri kita dan tiba-tiba hati kita berbelok dan tujuan kita bukan lagi ke Tuhan tetapi kanaan, tujuannya bukan lagi Tuhan tetapi berkat, uang, pangkat dan jabatan yang kelihatan ketika kita sudah diberkati, apakah hati kita berubah atau tidak? Orang yang ketika belum diberkati berkata kuat menghadapi segala hal, sebelum mempunyai jabatan berkata tidak akan korupsi tetapi seperti perkataan Ahok " Lihatlah yang teruji" karena setiap kita akan menghadapi ujian itu, apakah sikap hati kita ketika diangkat oleh Tuhan tidak membuat kita menjadi Tuhan melalui kesombongan tetapi tetap berkata dan berlaku sebagai hamba.
dan memberi perintah kepada bangsa itu, katanya: “Segera sesudah kamu melihat tabut perjanjian Tuhan , Allahmu, yang diangkat para imam, yang memang suku Lewi, maka kamu harus juga berangkat dari tempatmu dan mengikutinya -- (Yosua 3:3 TB)
Untuk masuk tanah Kanaan Yosua mengetahui persis tidak ada yang lain selain Hadirat Tuhan, tabut perjanjian adalah lambang Tuhan hadir dan berbicara. Setiap kita tidak akan pernah sungguh-sungguh menduduki, bisa menikmati semuanya, mempunyai otoritas tanpa ada hadirat Tuhan memimpin hidup kita. Bukan Yosua yang memimpin bangsa Israel, bukan juga para imam-imam tetapi Tuhan yang berbicara, Tuhan yang berada diatas kerub itu yang menuntun mereka apakah harus ke kiri atau ke kanan dan apa yang harus dilakukan. Tuhan ingin memimpin hidup kita dan mari ijinkan DIA yang memimpin untuk supaya kita bisa memasuki tanah Kanaan yang sesungguhnya dengan pimpinan Tuhan.
hanya antara kamu dan tabut itu harus ada jarak kira-kira dua ribu hasta panjangnya, janganlah mendekatinya -- maksudnya supaya kamu mengetahui jalan yang harus kamu tempuh, sebab jalan itu belum pernah kamu lalui dahulu.” (Yosua 3:4 TB)
Bangsa Israel diberi jarak 2000 hasta supaya mereka mengetahui jalan mana yang harus ditempuh, karena tanpa keimamam, keintiman dan kedekatan dengan Tuhan, hadirat-Nya kemudian akan membuat orang mati. Sekarang oleh Darah-Nya, Tuhan menginginkan setiap kita tidak berjarak dan tidak membiarkan rasa hormat kita kepada Tuhan tidak menjadi hilang karena ketika respek atau sikap hormat kepada Tuhan itu hilang maka orang akan menjadi biasa dengan hadirat Tuhan. Bangsa Israel tanpa hadirat Tuhan setiap peperangan mereka akan terjadi kekalahan besar padahal bangsa Israel dikenal dengan Hadirat Tuhan. Hal yang membedakan kita sebagai anak-anak Allah dengan lainnya adalah Hadirat Tuhan dalam hidup setiap kita dan pastikan hadirat-Nya selalu tinggal tetap dan terus menuntun dimanapun keberadaan kita. Jangan pernah sekalipun rasa respek kepada Tuhan dalam hati kita berubah dan menjadi hilang karena tidak lagi mengerti perasaan-Nya, orang tudak mengerti apa yang Tuhan inginkan, tidak mau belajar menyesuaikan setiap langkah dan kemudian membiasakan diri menjadi egois kemudian cara bekerja dan beribadah menjadi semaunya dan menurut caranya.
Segera sesudah kaki para imam pengangkat tabut Tuhan , Tuhan semesta bumi, berhenti di dalam air sungai Yordan, maka air sungai Yordan itu akan terputus; air yang turun dari hulu akan berhenti mengalir menjadi bendungan.” (Yosua 3:13 TB)
Sewaktu para imam mengangkat tabut dan berjalan mereka kemudian sampai di sungai Yordan. Ketika kaki para imam menginjak air di sungai yordan dibagian hulu, sesuatu yang tidak kelihatan oleh mata, kemudian naik menjadi bendungan. Sewaktu kita mengangkat tabut, kita sedang berjalan dengan Tuhan dan Tuhan memimpin hidup kita. Kadang-kadang yang terjadi adalah kita belum melihat seketika kuasa-Nya bekerja, kita belum melihat perubahan terjadi tetapi di hulu tempat yang tidak terlihat oleh mata Tuhan sudah membuka jalan. Sewaktu berjalan bersama Tuhan mungkin kita belum melihat hasilnya secepat itu kelihatan, contohnya untuk menghasilkan sebuah generasi. Didalam sebuah keluarga ketika ada satu orang yang berdiri buat keluarga, generasi kita akan menjadi anak yang diurapi dan dipakai Tuhan.
Hadirat Tuhan bukan hanya sekedar bisa dipenuhi oleh Roh Kudus, kita merasakan getaran dan tangisan, tetapi ada perkataan, ada hubungan, ada Firman yang selalu keluar dari mulut Tuhan untuk menuntun hidup setiap kita dan menjadi tanda akan hadirat-Nya dalam hidup kita. Apabila kita tidak pernah lagi mendengar-Nya berbicara, bukan karena DIA tidak berbicara tetapi mungkin karena suara kita yang terlalu besar dan riuh sehingga suara-Nya tidak lagi kedengaran, ego, kesombongan dan keinginan kita terlalu dominan tetapi DIA tidak akan pernah berhenti berbicara, tidak pernah berhenti mengasihi kita hanya ketika kita berkata untuk mau mengangkat tabut dan mau membawa hadirat Tuhan, mendengarkan dimana dan apa yang DIA perintahkan, kita menginginkan Tuhan menuntun dan berjalan didepan kita ketika kita belum melihat tetapi mau taat karena mengetahui apa yang terjadi di hulu.
Sewaktu mengangkat tabut, mungkin kita menjalani sungai yordan sebagai sungai kematian atas kita, tetapi juga sebagai sungai dimana kita akan masuk tanah Kanaan dan melihat kelimpahan itu. Sewaktu memutuskan untuk menjalani, Tuhan sudah bekerja dengan membendungnya. Hadirat-Nya tidak bisa tergantikan. Mari melihat walaupun itu hanya hal-hal yang kecil, mungkin tidak kelihatan oleh mata jasmani tetapi apabila dilihat dengan mata imam bahwa Tuhan sedang bekerja di hulu dan membukan jalanin.
Amin... Amin... Amin
Jurnalist: Untung Bongga Karua
"I am not what the devil and world say about me, but I was G-D says, and I will go into in the end-time destiny for my life."
Sabtu, 15 Oktober 2016
Hadirat Tuhan untuk sebuah Transformasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
MENGENAL ISI HATI BAPA (Bagian Pertama)
MENGENAL ISI HATI BAPA (Bagian Pertama) Sabtu, 04 Februari 2023 Ps Joseph Hendrik Gomulya Sejak awal manusia diciptakan Allah ...
-
RECEIVE DUNAMOS Oleh : Ps. Joseph Hendrik Gomulya, M. Th Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang hidup, Dia Tuhan yang kita bisa rasaka...
-
Di atas perjanjian Lewi, kami berdiri di antara Tuhan dan bangsa Indonesia. Kami berdiri membawa pendamaian bagi bangsa Indon...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar