Sabtu, 04 Februari 2017

HATI YANG MELEKAT

TravellerS Phinisi, Holy Glory Church (HGC)

( Doa Pagi )

Ps Joseph Hendrik Gomulya.

Ayat Bacaan: (1 Samuel 9:1-27 TB)

Saul sebenarnya adalah orang yang mengalami masa kemuliaan Tuhan dalam hidupnya ketika Tuhan memilih dan mengurapinya menjadi raja atas bangsa Israel tetapi kemudian itu tidak bertahan lama karena Saul kemudian tidak dikenan karena tidak menyukakan hati Tuhan lagi sekalipun dalam Alkitab Saul tercatat memerintah selama 40 tahun.

Tuhan sebenarnya beberapa kali masih memberikan kesempatan kepada Saul dan disini kita akan belajar bahwa pada sebuah level dimana Tuhan membawa kita itu juga harus dibarengi dengan sebuah level pengertian. Orang menginginkan Tuhan bawanya naik ke level raja tetapi understanding atau pengertian orang yang seringkali tidak seimbang.

Contohnya: Apabila seseorang ingin menjadi pelayan Tuhan atau Diaken salah satu persyaratannya adalah orang tersebut harus bukan petobat baru, karena pengertiannya adalah masih seperti bayi rohani sedangkan seorang diaken atau penatua haruslah memiliki pengertian sebagai hamba Tuhan. Saul juga mengalami hal ini, dia tiba-tiba diangkat dan diurapi Tuhan menjadi raja tetapi sikap hatinya masih sama tidk berubah.

"Ada seorang dari daerah Benyamin, namanya Kish bin Abiel, bin Zeror, bin Bekhorat, bin Afiah, seorang suku Benyamin, seorang yang berada. Orang ini ada anaknya laki-laki, namanya Saul, seorang muda yang elok rupanya; tidak ada seorang pun dari antara orang Israel yang lebih elok dari padanya: dari bahu ke atas ia lebih tinggi dari pada setiap orang sebangsanya. Kish, ayah Saul itu, kehilangan keledai-keledai betinanya. Sebab itu berkatalah Kish kepada Saul, anaknya: “Ambillah salah seorang bujang, bersiaplah dan pergilah mencari keledai-keledai itu.” Lalu mereka berjalan melalui pegunungan Efraim; juga mereka berjalan melalui tanah Salisa, tetapi tidak menemuinya. Kemudian mereka berjalan melalui tanah Sahalim, tetapi keledai-keledai itu tidak ada; kemudian mereka berjalan melalui tanah Benyamin, tetapi tidak menemuinya. Ketika mereka sampai ke tanah Zuf, berkatalah Saul kepada bujangnya yang bersama-sama dengan dia: “Mari, kita pulang. Nanti ayahku tidak lagi memikirkan keledai-keledai itu, tetapi kuatir mengenai kita.” Tetapi orang ini berkata kepadanya: “Tunggu, di kota ini ada seorang abdi Allah, seorang yang terhormat; segala yang dikatakannya pasti terjadi. Marilah kita pergi ke sana sekarang juga, mungkin ia dapat memberitahukan kepada kita tentang perjalanan yang kita tempuh ini.” Jawab Saul kepada bujangnya itu: “Tetapi kalau kita pergi, apakah yang kita bawa kepada orang itu? Sebab roti di kantong kita telah habis, dan tidak ada pemberian untuk dibawa kepada abdi Allah itu. Apakah yang ada pada kita?” Jawab bujang itu pula kepada Saul: “Masih ada padaku seperempat syikal perak; itu dapat aku berikan kepada abdi Allah itu, maka ia akan memberitahukan kepada kita tentang perjalanan kita.” (1 Samuel 9:1-8 TB)

Pertemanan, lingkungan dan dengan siapa kita berteman itu ternyata suatu hal yang penting karena Saul tanpa bujangnya maka dia tidak akan mungkin menjadi raja. Karena sesungguhnya yang menangkap dan mengingat tentang nabi Tuhan itu adalah bujangnya bahkan Saul sebenarnya mengerti bahwa dirinya bukan orag yang pantas untuk dipilih menjadi raja.  Seringkali ketika kita dipilih Tuhan kita menyadari bahwa sebenarnya kita tidak pantas tetapi kemudian ketika setelah dipilih hatinya menjadi berubah dan merasa yang paling pantas untuk posisi itu dibandingkan dengan semua orang, seperti hati saul yang kemudian berubah setia. Sangat banyak orang yang mengawali sesuatu dengan roh tetapi mengakhirinya dengan daging, sangat banyak orang yang kehilangan kasih yang mula-mula. Tetapi sebenarnya disitulah sebenarnya ujian dimana apakah kita masih dan terus menginginkan itu atau justru menyerah atau angkat tangan. Yang menjadi masalah adalah ketika hati saul berubah setia, dia tidak menyadari akan hal itu. Memang sangat baik sekali apabila kita selalu diingatkan dan juga menyadari bahwa hidup kita ini hanya anugerah Tuhan, karena pujian dan sanjungan seseorang setiap hari apabila terlena dan kita tidak tau diri dan kita kemudian tiba-tiba menjadi sombong dan merasa yang paling pantas diantara semua orang yang ada dan ini adalah sumber kejatuhan yang paling mengerikan.

Setiap kali Tuhan mengangkat hidup kita sebenarnya ada hal yang Tuhan selalu ingin sampaikan di hati kita untuk hati kita jangan pernah berubah. Ketika dulu belum punya apa-apa, ada orang yang bisa menghamba begitu luar biasa tetapi setelah diberi wewenang, pangkat dan jabatan kemudian menjadi sombong. Ini yang terjadi dengan Saul yang dahulu sebenarnya begitu menghormati Samuel tetapi kemudian hatinya bisa berubah. Sesuatu yang biasa itu dipengaruhi oleh roh familiar dan ini sangat tidak baik, hubungan dengan Tuhan setiap pagi melalui penyembahan bisa saja menjadi biasa dan kemudian kehilangan passion dan cinta.

Saul dari seorang yang awalnya tau diri bahwa dirinya sebenarnya tidak layak tetapi hatinya berubah setia ketika dirinya menduduki jabatan. Inilah ujian level Raja-Raja, ketika banyak orang berkata bahwa dirinya tidak akan pernah korupsi ketika belum mempunyai jabatan, atau berkata akan sungguh-sungguh akan menjadi hamba Tuhan kalau Tuhan memilih tetapi ketika Tuhan memilihnya belum tentu seperti itu yang Tuhan dapati karena hati itu tiba-tiba bisa menjadi berubah menjadi sombong dan tidak tau diri, tetapi biarlah Tuhan mendapati bahwa hidup kita sungguh-sungguh hanya karena kasih karunia.

Di saat kita mengerti bahwa kita ini bukan siapa-siapa sehingga disaat kita menjalani panggilan, kita sungguh-sungguh menjalaninya dengan sikap hati yang tepat. Ketika Roh atau Hadirat Tuhan itu undur dan hilang dari hidup kita maka akan terasa seperti ada kekosongan atau yang hilang didalam kita, cinta yang mula-mula itu dan ini yang tidak dimengerti oleh Saul dan menganggap jabatan raja itu masih terus ditangannya, merasa belum ada yang menggantikannya padahal dirinya sudah terus menerus ditegur oleh nabi Samuel bahwa jubahnya sudah koyak, bahkan Tuhan sudah memperlihatkan kepadanya bahwa sudah ada orang lain yang Tuhan sudah pakai untuk mengalahkan Goliat disaat diriya tidak mampu tetapi Saul justru menjadi cemburu dan terus menerus mengejar Daud.  Jabatan dan perkenanan Tuhan itu sesuatu yang berbeda, jabatan Saul sebagai raja memang sampai 40 tahun tetapi secara jawatan dan pengurapan itu sudah tidak ada.

Ini yang membuat kita seharusnya berhati-hati, pengertian kita membuat kita juga berjaga-jaga tetapi tidak membuat kita takut karena didalam Tuhan tidak ada ketakutan tetapi dengan pengertian akan kasih Tuhan yang begitu besar harus dibarengi dengan sikap, pengertian dan kedewasaan kita.

Dalam hal kerohanian juga terdapat ambisi-ambisi secara rohani yang bisa menjadi sumber kejatuhan. Seperti ketika murid-murid Tuhan Yesus yang berkata siapakah yang paling terbesar diantara mereka dan tidak lama kemudian semuanya jatuh dan menyangkal Yesus, yang terbesar sebenarnya adalah orang menjadi hamba yang melayani dimana yang menilai kesemuanya adalah Tuhan dari seberapa sikap kita benar-benar mengingini. Mari membuat Tuhan suka dengan sesuatu yang kita buat.

Dalam ayat 2 dikatakan "Orang ini ada anaknya laki-laki, namanya Saul, seorang muda yang elok rupanya; tidak ada seorang pun dari antara orang Israel yang lebih elok dari padanya: dari bahu ke atas ia lebih tinggi dari pada setiap orang sebangsanya."

Apabila Tuhan memberikan kita talenta dan kelebihan seperti kelebihan yang Saul miliki di ayat diatas, dimana ini adalah kelebihan secara fisik yang sangat kontras dengan Daud ketika Tuhan memilihnya menjadi raja. Daud justru tidak memiliki kelebihan seperti apa yang Saul miliki dan justru malah tidak dianggap dan masuk hitungan bahkan oleh Isai ayahnya sendiri dengan tidak mengikutkannya ketika Samuel hendak memilih dan mengurapi salah satu anaknya menjadi raja atas bangsa Israel menggantikan Saul karena msih dianggap sangat muda dan belum mempunyai pengalaman.

Jadi kita harus berhati-hati ketika Tuhan memberikan kita perawakan, talenta dan kelebihan jangan sampai itu membuat hati kita menjadi sombong. Ketika kita diangkat Tuhan itu harus dibarengi dengan sikap hati kita yang selalu rendah hati dan semakin tau diri bahkan sekalipun Tuhan lebih memilih dan memakai orang lain kita jangan pernah iri dan berkecil hati tetapi kita justru mendukung dan mensupportnya. Di level Raja-Raja ketika Tuhan mengangkat hidup Saul itu tidak dibarengi dengan sikap hati yang benar dan kita harus belajar dari hal ini.

"Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. Tuhan telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan Tuhan telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan Tuhan kepadamu.”  (1 Samuel 13:14 TB)

Di saat Samuel mengucapkan ini seharusnya bisa menjadi titik balik bagi Saul untuk kembali dan semakin mengejar Tuhan, tetapi yang di pilih dan di inginkan oleh Saul hanya tahta kerajaannya. Saul sebenarnya mengawalinya dengan sikap tau diri dan merasa bukan siapa-siapa tetapi ketika menduduki tahta, Saul kemudian merasa bahwa dirinya lah yang paling pantas oleh karena kelebihan fisiknya tadi dan inilah yang membuat Tuhan tidak berkenan kepadanya.

Seharusnya kita harus selalu mengetahui untuk jangan pernah membuat hati kita berubah dimana hati kita hanya selalu mencari perkenanan Tuhan. Datang dan hampiri lah Tuhan bukan dengan kesombongan akan semua prestasi kita, tetapi di tengah prestasi yang di peroleh kita selalu tau diri dan mengingat bahwa semuanya itu hanya karena anugerah Tuhan.

Hari itu bagi Saul mungkin tidak penting menunggu Samuel untuk membakar korban karena merasa bahwa permintaan orang banyak itu lebih penting. Tetapi bagi Samuel sangat penting untuk Saul menunggunya tetapi Samuel juga tidak bisa memaksakan Saul bahwa menunggunya itu penting. Apabila kita selalu mau belajar untuk berjalan dan bergerak dalam ketepatan kit harus selalu meminta hati Tuhan tetapi yang justru banyak terjadi adalah kita sering mempunyai agenda dan kepentingan sendiri.

Mari menjadi dewasa ketika kita di angkat Tuhan dengan selalu mengevaluasi dan mengecek kembali hidup dan hati kita. Mari belajar memberi lebih dari apa yang Tuhan inginkan dari hidup kita, ketika Tuhan menyuruh berlari satu mil maka kita akan berlari sejauh dua mil. Kecintaan kita akan Tuhan akan kelihatan bahkan ketika kita memulainya dari hal-hal yang kecil seperti dalam hal kedisiplinan dalam hal waktu.

Hidup Saul ini menjadi peringatan buat setiap kita dimana kita harus memperhatikan dengan siapa kita berteman karena yang mengangkat Saul adalah bujangnya tetapi kita juga harus memperhatikan bahwa setiap kelebihan yang kita miliki jangan sampai justru kemudian membuat kita merasa pantas dan layak dan membuat kita jatuh dalam kesombongan. Mari berkata ketika Tuhan memberi  kelebihan dan mengangkat hidup kita itu kita barengi dengan sikap hati yang semakin dewasa dimana kita bisa melayani-Nya hanya karena anugerah-Nya yang kita tunjukkan dengan sikap hati kita sehingga Tuhan melihat kita sungguh-sungguh menghargai setiap kelebihan, talenta, kesempatan dan pelayanan yang Tuhan berikan.

Amin …

   

 

  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MENGENAL ISI HATI BAPA (Bagian Pertama)

  MENGENAL ISI HATI BAPA (Bagian Pertama) Sabtu, 04 Februari 2023 Ps Joseph Hendrik Gomulya           Sejak awal manusia diciptakan Allah ...