THE SPIRIT OF WISDOM: KONSEPKAN DAN LAKUKANLAH
Dari
Kotbah Ps Joseph Hendrik Gomulya, M.Th
“Karena Allahlah yang
mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.”
(Filipi 2:13)
Sangat banyak banyak orang bahkan
mungkin kita sendiri sering mengalaminya, memiliki segudang ide-ide yang
tersimpan atau terkonsep dalam pikiran kita baik itu dalam pekerjaan, bisnis, politik,
karir bahkan dalam pelayanan yang mungkin apabila semua konsep atau ide-ide
tersebut dapat direalisasikan mungkin akan menghasilkan sesuatu karya atau hal
yang sangat luar biasa.
Yang menyedihkan adalah sangat sedikit
orang yang bisa atau mau merealisasikan segudang ide-ide yang terkonsep dalam
pikirannya itu dapat terlaksana atau tergenapi dengan baik padahal semua
ide-ide tersebut sangat menarik. Penyebabnya adalah karena mereka menunda-nunda
melakukan semua ide-ide tersebut atau tidak segera melaksanakannya sampai
kemudian iblis memanahkan panah-panah jahatnya yang kemudian mematahkan
semangat sampai kemudian keluar berbagai macam alasan yang mungkin kedengarannya
masuk akal untuk tidak melakukannya sampai kemudian semua ide-ide tersebut
akhirnya mati dengan sendirinya.
Menunda melakukan sesuatu atau menunda
melakukan kehendak Allah melalui ide-ide yang diberikannya akan menyebabkan
penyesalan seumur hidup. Kesuksesan itu datang saat kita melakukannya, yang
terwujud dari tindakan yang kita lakukan tidak hanya dari melihat. Sangat
banyak orang-orang yang memiliki ide-ide yang bagus dan hebat yang membuat
orang terkagum-kagum ketika mendengarkannya tetapi mereka tidak pernah mau
bertindak, melakukan atau merealisasikan semua ide-ide yang bagus dan hebat
itu.
Spirit of Wisdom atau Roh hikmat
kebijaksanaan diberikan agar setiap kita mengetahu apa rencana Allah dalam
hidup kita dalam menghadapi dan melalui setiap masalah, tekanan dan tantangan
dalam kehidupan. Ada 3 kata hikmat dalam bahasa Yunani yaitu Sophia, Sunesis dan Phronesis yang akan
kita bahas satu persatu.
a) SOPHIA
: berbicara tentang hikmat yang teoritis dan pengetahuan. artinya pemahaman
yang secara kolektif tentang segala sesuatu. Saat seseorang sedang dan suka
berteori, memiliki pengetahuan yang baik dan luas, dan mempunyai pemahaman yang
kolektif tentang segala sesuatu, itulah hikmat Sophia.
b) SUNESIS
: kata hikmat yang kedua ini adalah hikmat untuk mengkritisi yang bersifat
pengetahuan dalam hal mental dan analistis. Jenis hikmat ini adalah kemampuan
untuk memahami antara konsep dan kemampuan untuk melihat satu dengan yang
lainnya memiliki keterkaitan, memiliki pengetahuan mental dan analisis yang
kuat, memiliki konsep dan memadukannya sehingga bisa melihat keterkaitan satu
dengan yang lainnya. Sunesis juga
adalah Sophia yang diarahkan pada hal
tertentu. Sunesis membuat kita
mengetahui bagaimana Sophia bekerja.
Ini adalah pemahaman yang lebih lengkap tentang suatu hal dan cara kerjanya.
c) PHRONESIS
: adalah level hikmat yang paling tinggi dan Tuhan ingin setiap kita
anak-anak-Nya bisa sampai pada level ini. Ini adalah hikmat praktis, suatu
kekuatan yang membuat seseorang bisa melakukan dan memperkatakan atau mengambil
sebuah keputusan yang benar sebelum sempat memikirkannya. Hikmat ini muncul
secara tiba-tiba, ada kekuatan yang mendorong seseorang untuk memperkatakan dan
kemudian melakukan sesuatu atau mengambil sebuah keputusan.
Diawal sudah dijelaskan bahwa sangat
banyak orang yang hanya bisa mengkonsep sesuatu tetapi tidak mau bertindak
untuk merealisasikannya. Inilah alasan mengapa orang kemudian tidak bisa
mengalami kesuksesan, sekalipun dia memiliki segudang ide dan konsep, memiliki
sikap kritis, mempunyai kemampuan analisis yang kuat sehingga bisa
menghubungkan satu dengan yang lain tetapi tidak mau bertindak atau dia
melakukannya dengan terburu-buru tanpa konsep atau perencanaan yang matang di
awal.
Contoh sederhananya adalah bagaimana
mengelola keuangan, setiap pemasukan keuangan itu perlu konsep pengelolaannya.
Jangan setiap uang yang masuk atau diterima langsung digunakan sesuai dengan
apa yang diingini. Harusnya penggunaan uang tersebut bisa di konsep
penggunaannya atau dengan kata lain penggunaannya dialokasikan buat keperluan
yang mendesak dan sebagian disimpan sebagai tabungan atau investasi. Tetapi
banyak orang yang tidak mau mengkonsep dan mengelolanya apalagi apabila
pemasukannya semakin lancar dan banyak dan karena tidak melakukan seperti yang
dijelaskan diatas maka tetap saja selalu berkekurangan, melakukan sesuai dengan
apa yang diingininya sehingga tidak pernah sukses dalam mengelola keuangan.
Dalam pelayananpun seharusnya bisa seperti itu.
“Karena
Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut
kerelaan-Nya.”
Tuhan efektif bekerja didalam kita,
Dia menguatkan dan selalu memacu kita. Jadi Tuhan tidak hanya ingin kita
berpikir tentang apa yang perlu dilakukan tetapi Dia juga ingin agar kita
benar-benar melakukannya atau merealisasikannya. Apabila seseorang tidak pernah
bisa melatih dirinya untuk melakukan semua ide-ide dan konsep yang ada dalam
pikirannya maka semua impian dan ide-idenya tidak akan pernah terwujud karena
hanya sebatas konsep dan kemudian hanya menjadi sebuah angan-angan. Jadi
memiliki ide-ide dan kemudian melakukannya adalah 2 hal yang sangat penting
karena saat ide-ide tersebut dilakukan, direalisasikan dan diaplikasikan maka
akan terlihat sesuatu yang berbeda terjadi.
Roh Kudus akan selalu menyertai dalam
mengerjakan tujuan Tuhan dan impian kita, oleh sebab itu mari betul-betul
memahami kata phronesis ini. Ini adalah hikmat melakukan kehendak Tuhan,
melakukan apa yang sudah Tuhan taruh dalam hidup kita. Tuhan menempatkan Sophia ke dalam diri kita, mengembangkan
kita dengan Sunesis dan menyempurnakan
kita dengan Phronesis. Tiga tingkat
Kebijaksanaan inilah yang dilalui oleh Roh Hikmat Kebijaksanaan. Sebelum Sophia diaplikasikan dalam Phronesis, maka
kita tidak bisa menikmati manfaatnya.
Mari belajar dari salah satu contoh
tokoh dalam Alkitab yang memiliki hikmat yang sangat luar biasa, yaitu Yusuf
yang hikmat yang dimilikinya sampai kepada tingkat Phronesis.
38)
“Lalu berkatalah Firaun kepada para pegawainya: “Mungkinkah kita mendapat orang
seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?” 39) Kata Firaun kepada
Yusuf: “Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah
ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti engkau. 40)
Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku
akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu.” 41) Selanjutnya
Firaun berkata kepada Yusuf: “Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas
seluruh tanah Mesir.” 42) Sesudah itu Firaun menanggalkan cincin
meterainya dari jarinya dan mengenakannya pada jari Yusuf; dipakaikannyalah
kepada Yusuf pakaian dari pada kain halus dan digantungkannya kalung emas pada
lehernya. 43) Lalu Firaun menyuruh menaikkan Yusuf dalam keretanya yang
kedua, dan berserulah orang di hadapan Yusuf: “Hormat!” Demikianlah Yusuf
dilantik oleh Firaun menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir. 44)
Berkatalah Firaun kepada Yusuf: “Akulah Firaun, tetapi dengan tidak setahumu,
seorang pun tidak boleh bergerak di seluruh tanah Mesir.” 45) Lalu Firaun
menamai Yusuf: Zafnat-Paaneah, serta memberikan Asnat, anak Potifera, imam di
On, kepadanya menjadi isterinya. Demikianlah Yusuf muncul sebagai kuasa atas
seluruh tanah Mesir.” (Kejadian
41:38-45 TB)
Yusuf dalam dirinya memiliki Roh
hikmat kebijaksanaan yang luar biasa, dia bukan hanya sekedar berteori saja
saat mengartikan mimpi dari Firaun. Dia memiliki kemampuan bukan hanya bisa
memecahkan masalah yang akan timbul dari mimpi Firaun tersebut tetapi juga bisa
melaksanakan dan mengaplikasikan solusi atau jalan keluar dari masalah yang
akan timbul tersebut, sehingga itulah sebabnya kemudian mengapa Firaun berani
memberi dia kuasa atas Mesir dan istananya, dengan kata lain Yusuf menjadi
orang nomor dua di Mesir setelah Firaun.
Dengan Roh hikmat kebijaksanaan (level Phronesis) Yusuf mampu menyiapkan
segala kebutuhan sandang dan pangan saat Mesir dan dunia saat itu mengalami 7
tahun kekeringan dengan mempersiapkan segala sesuatunya dalam 7 tahun
kelimpahan sebelum musim kekeringan itu tiba dengan menyimpan semua bahan
pangan.
Dalam kehidupan ini memang tidak
selalu ada masa yang baik, terkadang ada masa sulit yang harus dijalani.
Sehingga dari situlah muncul konsep atau ide bagaimana mengelola keuangan
dengan benar dan di era teknologi saat ini semuanya sudah dipermudah dengan
hanya tinggal mengklik sebuah kata kunci tentang bagaimana mengelola keuangan
dengan benar maka akan muncul ribuan link bagaimana mengelola keuangan dengan
benar. Tetapi semuanya itu hanya teori dan terkadang hanya sampai dipikiran
manusia tanpa ada usaha untuk mempersiapkan segala sesuatu sebelumnya dan
menjalankan konsep tersebut.
Mari belajar bagaimana cara Yusuf
mengelola bahan pangan dan keuangan di Mesir karena di sekeliling Yusuf selain
ada istri dan anak-anaknya, juga pasti ada pegawai dan orang-orang
kepercayaannya yang selalu bekerja dan menemaninya yang bisa membuat Yusuf
tidak bisa mengelola itu dan menghabiskan semua bahan pangan sebelum masa
kekeringan tiba. Tetapi Yusuf mampu mengaturnya sehingga saat masa kekeringan
itu tiba mereka tetap memiliki pangan dan sumber makanan bahkan menjadi berkat
bagi bangsa-bangsa lain.
Saat membaca dan merenungkan kisah
Yusuf ini, saya membayangkan tekanan yang dialami oleh Yusuf saat dia mengatur
dan mengelola pertanian di Mesir. Yusuf sampai mampu membeli tanah dari
seseorang dengan harga yang murah dan kemudian menyuruh orang tersebut
mengolahnya dan hasilnya semuanya diserahkan kepada Yusuf untuk disimpan dan
dikelola dengan baik sebagai persiapan nanti di 7 tahun masa kekeringan. Yusuf
mampu dengan tepat mengatur semuanya sesuai dengan fungsinya sehingga sasaran
pangan tersebut didapatkan. Dalam proses pengelolaannya saya yakin Yusuf mendapatkan
tekanan berupa penawaran dengan harga yang sangat tinggi untuk Yusuf menjualnya
saat itu, tetapi Yusuf belum mau melakukannya karena tujuannya bukan uang.
Ada banyak orang memiliki hikmat Sophia, berupa ide-ide dan konsep yang
bagus, memiliki hikmat Sunesis atau
kemampuan menganalisa sesuatu dan menghubungkan sesuatu dengan yang lain serta
memiliki sifat kritis tetapi keduanya ternyata tidak cukup. Dibutuhkan hikmat pada
tingkat Phronesis yaitu orang yang
memiliki hikmat berupa rencana yang matang dan juga seorang executor yang
handal seperti Yusuf. Apabila kita membaca literatur dan buku-buku yang
membahas tentang betapa luar biasanya hikmat yang dimiliki oleh Yusuf, disitu
dijelaskan bagaimana Yusuf mengeksekusi satu persatu ide-ide atau konsep yang
dibuatnya.
Semua hal yang dikerjakan haruslah
dalam wujud Phronesis ini dalam
melihat dan meraih sebuah kesuksesan atau keberhasilan. Semoga renungan ini
bisa membuka mata setiap kita, mengetahui dimana kelemahan kita selama ini
bahwa ternyata kita belum sampai ke tingkat Phronesis
ini, mungkin kita baru sampai pada tingkat Sophia hanya memiliki pengetahuan
yang luas. Pakar keuangan atau Ekonomi memiliki pengetahuan dan teori yang luas
dalam hal keuangan tetapi belum tentu dia memiliki keuangan yang baik karena
pengetahuannya hanya sebatas teori. Para ahli teologia pun bisa seperti itu,
mereka bisa berteologia tentang firman dengan sangat baik tetapi belum tentu
dia bisa melakukan semua firman itu dengan tepat didalam pelayanan.
Tingkatan berikutnya yaitu Sunesis, yang bisa kita jumpai di
tengah-tengah masyarakat baik dalam bisnis, politik, pekerjaan, pelayanan dan
lain sebagainya. Jenis orang yang memiliki hikmat ini sangat pandai dalam
mengkritisi segala sesuatu tetapi hanya sebatas itu tetapi saat diminta untuk
melakukannya atau ketika diminta untuk turun dalam pelayanan tidak bersedia dan
orang jenis ini tidak akan pernah bisa dipakai oleh Tuhan karena hanya mampu
sebatas teori dan tidak pernah mau melakukannya. Sangat jauh berbeda dengan
orang yang sampai pada tingkat Phronesis.
Mari setiap kita menangkap akan firman
ini dalam segala hal. Mari mulai melihat bagian mana dalam hidup setiap kita
yang mesti dibenahi agar supaya kesuksesan dan keberhasilan dan hikmat sampai pada
tingkat Phronesis itu turun atas
setiap kita. Bukan hanya pandai sebatas untuk berbicara, bukan hanya pandai
untuk mengkritisi, bukan hanya pandai sebatas untuk mengkonsep dan mengabungkan
keterkaitan satu dengan yang lain tetapi menjadi seorang executor yang mau
melakukan dengan tepat dan tabah dalam menghadapi setiap tekanan dan tantangan
yang ada sampai tujuan yang telah dikonsep atau dirancangnya berhasil atau
tercapai.
Amen,
Tuhan Yesus Memberkati
Jurnalis:
Untung Bongga Karua