TravellerS Phinisi, JKI Holy Glory Church Makasih (Ibadah Raya Sore)
(Minggu, 22/05/2016)
Pdt. Joseph Hendrik Gomulya
Selama sebulan jemaat diajarkan dan diajak untuk terus menabur, untuk terus memberi, meresponi, dan menangkap yang Tuhan sedang kerjakan hari-hari ini. Ketika Tuhan ingin memberkati setiap kita seringkali kita harus diajar untuk percaya karena tidak sulit untuk Tuhan memberkati kita, tetapi yang sulit adalah melepaskan apa yang ada dihati kita, dan mau berkata "Tuhan, Engkau adalah hartaku".
Ketika seseorang belajar untuk memberi dengan ketaatan seringkali kita berpikir Tuhan bisa sampai setega itu, seperti Elia yang pergi kerumah seorang janda di sarfat dan kemudian meminta daripadanya air untuk dia minum dan roti untuk dia makan, dan janda itu berkata bahwa dirinya sudah mempunyai apa-apa lagi, tetapi Elia berkata kepadanya: “Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu", padahal apa yang masih sisa pada janda itu hanya segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli yang ketika diolah hanya cukup untuk dirinya dan anaknya, dan besoknya mereka akan mati karena tidak punya apa-apa lagi yang bisa dimakan.
Seandainya ada orang lain yang berada disitu mungkin akan berkata Elia datang kepada orang yang kurang tepat, bahkan Elia bisa disebut seorang nabi yang sesat, sesuatu yang kalau dilihat secara tatanan etika manusia seharusnya Elia tidak melakukan itu, Elia seharusnya datang kepada orang yang lebih kaya kalau hanya sekedar untuk meminta makan atau roti saja, tetapi Elia datang bukan untuk dirinya tetapi untuk memberkati janda di Sarfat itu dan sejak saat itu ketika Janda tersebut taat melakukan seperti yang Elia perintahkan (1 Raja-raja 17:15-16) dikatakan tepung dan minyak tidak pernah habis didalam rumah janda itu, mereka diberkati Tuhan dengan begitu luar biasa.
Seperti Abraham yang belajar untuk taat, dimana Abraham diberkati Tuhan dalam segala hal (Totally Prosper) karena ketaatannya, yang kita warisi melalui iman kepada Yesus Kristus yang membawa kita ke desa demi desa, kota demi kota, bahkan ke bangsa-bangsa (Become a father of many nations), kita belajar dari Abraham untuk taat mengembalikan perpuluhan, ilustrasinya seperti ketika kita memakan buah, bijinya tidak ikut kita makan tetapi itu menjadi benih yang harus kita tetap tanam didalam hadirat Tuhan sehingga kita akan terus diberkati Tuhan, benih itu juga berbicara tentang investasi didalam keluarga kita.
Ketika diberkati kita akan dimampukan berjalan didalam mujizat, melalui air dan anggur yang disediakan bagi setiap kita, air berbicara tentang Firman-Nya, anggur adalah tentang pesta yang berbicara tentang kelimpahan, kemanisan, dan hidup yang diberkati Tuhan.
Kita memberi bukan disaat ketika kita sudah diberkati, itu sudah terlambat karena hati kita bukan lagi untuk memberi tetapi hati kita sudah kepada uang.
(Disaat kita dalam kekurangan dan kita digerakkan Tuhan untuk memberi seluruhnya yang kita miliki kepada Tuhan walaupun itu adalah yang tersisa atau tinggal satu-satunya yang kita miliki, tetapi kita mau taat dan berkata kepada Tuhan "Hidup kita seluruhnya adalah semuanya untuk Tuhan")
Ketika kita terus belajar didalam didikan-Nya, belajar untuk percaya, belajar untuk memberi dari ketaatan supaya kelimpahan itu tiba dihidup kita hari demi hari. Ketika menerima pewahyuan tentang kelimpahan, sikap kita tidak skeptis dan pesimis tetapi berkata itu sesuatu yang kita suka, sehingga ketika Tuhan berkata untuk menabur, kita akan siap-siap seperti seorang pelari SPRINTER yang akan berlari sekencang mungkin untuk menjadi yang paling terdepan menaruh taburan itu karena itu memang jatah kita.
MENABUR bagi sebagian orang bahkan bagi sebagian hamba Tuhan itu sesuatu yang kelihatan sedikit sensitif yang membuat sebagian hamba-hamba Tuhan diliputi rasa keengganan, sifat merasa tidak enak untuk mengajarkan tentang ini karena selalu ada sisi manusia yang menghalangi, dari kedagingan kita. Ketika kita mau menghabiskan kedagingan itu, merontokkan sisi manusia kita dan meminta Tuhan mengisinya dengan sesuatu yang Ilahi sampai ketaatan itu sampai dihidup kita dan melahirkan jemaat yang diberkati Tuhan.
Tetapi seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”(1 Korintus 2:9 TB)
Bagian kita bukan hanya apa yang dilihat bahkan apa yang belum pernah kita lihat sebelumnya, bagian kita bukan yang hanya pernah didengarkan oleh telinga kita bahkan apa yang belum pernah kita didengarkan sebelumnya, bukan yang hanya timbul didalam hati bahkan yang belum pernah timbul didalam hati kita. Tuhan ingin memberikannya kepada setiap kita asalkan setiap kita mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Yohanes 6:1-14 TB (Cerita tentang Yesus memberi makan lima ribu orang)
Suatu cerita yang sudah biasa kita dengar, Yesus hari itu melihat sebuah kebutuhan didalam ministry (pelayanan), didalam pergerakan, didalam keluarga dan dimana kita menjalankan destiny Tuhan didalam hidup kita.
Sewaktu kita bergerak berjalan bersama Tuhan, sewaktu gereja bergerak berjalan bersama Tuhan, selalu ada yang namanya kebutuhan yang tiba-tiba. Ketika Tuhan Yesus bergerak dan DIA melihat begitu banyak orang yang mengikuti-Nya karena mujizat-mujizat penyembuhan yang dibuat-Nya, sesuatu yang tidak pernah disangka-sangka, sesuatu yang tidak pernah dipersiapkan sebelumnya oleh murid-murid-Nya kalau kemudian nantinya ada kebutuhan untuk makan. Tuhan sebenarnya sudah mengetahui apa yang seharusnya dilakukan, apa yang seharusnya kita lakukan tetapi DIA ingin mengajari murid-murid dan setiap kita untuk melakukan dengan percaya apa kehendak-Nya, sehingga ketika orang banyak itu datang berbondong-bondon kepada-Nya, berkatalah IA kepada Filipus: “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?”
Tuhan Yesus memandang orang banyak di sekelilingnya yang datang berbondong-bondong mendengarkan kotbah dan mengalami mujizat-mujizat yang dibuat-Nya, mereka mengalami kesembuhan; buta melihat, tuli mendengarkan, lumpuh berjalan, dsb, tetapi ada sebuah kebutuhan ditengah-tengah mereka mengalami semua itu yang mereka tidak alami saat itu yaitu kebutuhan untuk makan, kebutuhan didalam masalah keuangan.
Bukankah setiap kita sering mengalami ini?
Kita merasakan hadirat Tuhan didalam setiap ibadah, kita sudah melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, sudah melihat mujizat Tuhan terjadi, sudah mengalami sendiri lawatan Tuhan, mengalami disembuhkan Tuhan, tetapi untuk kebutuhan makanan, ekonomi sepertinya tidak tercukupi. Kita belum pernah mengalami yang namanya terebosan dalam hal keuangan seperti yang dialami yang lain.
Kira-kira apa yang ada di benak kita Ketika kita berada diantara kumpulan lima ribu orang laki-laki, belum termasuk perempuan dan anak-anak kecil kemudian kita melihat kebutuhan yang banyak itu? Ketika Tuhan berbicara dihati kita sama seperti ketika Tuhan Yesus berkata kepada Filipus “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?”
Adakah orang yang mau memberikan hidupnya buat orang lain? Adakah orang yang mau memberikan hidupnya kepada Tuhan? Ini seperti jeritan Tuhan dihati setiap kita ketika berada di kumpulan sebegitu banyak orang dan kemudian disaat itulah orang-orang mulai memikirkan untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing.
Bagaimana mungkin diantara orang yang sebanyak itu yang datang sejauh itu berbondong-bondong membawa anak mereka yang masih kecil-kecil dan keluarga mereka mengikuti Yesus satupun tidak membawa bekal dan bahwa hanya satu anak kecil yang mempunyai 5 roti jelai dan 2 ikan?
Beberapa orang ketika datang kepada Tuhan, tidak pernah bisa memberikan hidupnya oleh sebab itu tidak pernah bisa menangkap apa yang ada dihati Tuhan karena merasa itu bukan tanggung jawabnya, merasa bahwa itu semua menjadi tanggung jawab Tuhan.
Inilah yang seringkali terjadi ketika orang mempunyai sesuatu didalam hidupnya dan dia mengukur apa yang ada padanya menurut ukurannya, yang didahulukan adalah memikirkan dirinya sendiri. Karena berpikir kalau memberikan semuanya yang ada padanya untuk orang sebanyak itu pasti tidak akan cukup, Padahal Tuhan Yesus tidak bertanya berapa uang yang mereka, yang kita miliki? Tuhan Yesus bertanya tentang sebuah kehidupan yang ingin diberi, adakah orang yang mau memberi apa yang ada padanya untuk kebutuhan orang banyak. Makanan/roti berbicara tentang hidup, jadi seperti kita mau berkata "Tuhan aku mau memberikan hidupku" seperti seorang janda yang memberikan persembahan 2 peser, dimana Yesus berkata janda tersebut memberi lebih banyak daripada orang kaya yang memberi 2 dinar karena janda tersebut memberi dari kekurangannya, memberi semua yang dia miliki.
Seharusnya Filipus berkata "Tuhan aku punya yang ini, aku berikan semuanya" tetapi justru berkata “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.”(Yohanes 6:7 TB
Yesus tidak berkata tentang uang, tetapi adakah yang mau memberi roti untuk memberi mereka makan, karena bagi Tuhan bukan soal ukuran, sekalipun itu kecil bagi kita tetapi apabila didalam Tangan Tuhan, sewaktu orang memberikan hidupnya sepenuhnya, belajar untuk taat, belajar untuk percaya kepada Tuhan maka apa yang sedikit dihidup kita, didalam Tangan Tuhan itu menjadi luar biasa.
Seperti KKR Kesembuhan dan Transformasi yang sudah dilaksanakan dibeberapa kota, orang-orang yang awalnya begitu antusias untuk terlibat didalamnya tetapi ketika dinyatakan bahwa mereka tidak mendapat bayaran, sebagian orang kemudian memutuskan untuk mundur.
Ada suatu masa dihidup kita dimana Tuhan berkata kepada kita untuk memberi, seperti Tuhan Yesus berkata “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” mungkin yang kita punya hanya sedikit tetapi kita mau belajar taat kepada perkataan Tuhan, karena setiap perkataan Firman Tuhan itu seperti hendak menguji hati setiap kita.
"Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya."
(Yohanes 6:6 TB)
Tuhan tidak membutuhkan uang kita, Tuhan tidak miskin, DIA yang mempunyai langit dan bumi, jadi ketika Tuhan meminta sesuatu bukan karena Tuhan butuh tetapi ketika Tuhan meminta sesuatu itu karena DIA punya cara seperti itu untuk menguji hati setiap kita dan untuk memberkati setiap kita.
Seperti selama sebulan ini dimana dibicarakan tentang memberi karena Tuhan sedang menyiapkan gereja-Nya menjadi sebuah gereja yang kuat didalam memberi dan sekaligus disitulah tempat Tuhan akan memberkati dan membuka tingkap-tingkap langit.
Seperti sebuah gereja yang Tuhan pakai luar biasa di Semarang, sebuah kota yang orang-orangnya terkenal medit (kikir/pelit), kalau makan sedikit, begitupun kalau memberi yang diberikan seberapa yang mereka mau bahkan pakai uang recehan. Ketika awal-awal gereja dibentuk, ketika jemaat diajarkan untuk memberi mereka harus dipaksa-paksa terlebih dahulu. Tetapi hari-hari ini melalui gereja tersebut mereka bisa mengirim missionaris ke negara-negara lain, membiayai pergerakan Tuhan, memberi makan orang-orang miskin bukan hanya di Semarang tetapi seluruh Indonesia, menjadi gereja yang berdampak. Ada kelimpahan karena ada manifestasi Tuhan disana, dari jemaat yang awalnya hanya naik sepeda biasa, hari ini diparkiran gereja tidak ada kelihatan sebuah sepeda pun, bahkan yang naik motorpun sekarang susah untuk didapat.
Bagaimana dengan kota Makasih/Malembut? Ketika pak Hendrik mendoakan itu, Tuhan berkata dihati beliau kalau orang-orangnya juga sama, kikir dan pelit. Urusan makanan adalah hal yang paling diutamakan, berapa pun harganya pasti dikeluarkan, apalagi kalau bicara tentang pesta makan, selalu mengundang banyak orang, begitupun dengan membeli barang-barang mewah atau branded berapapun akan dikeluarkan tetapi kalau berbicara untuk urusan memberi untuk pekerjaan Tuhan, banyak yang tidak mau. Mari kita belajar untuk taat kepada Tuhan, walaupun itu sesuatu yang sulit yang mesti kita gumuli, dan berkata mau mendahulukan apa yang Tuhan kehendaki dan sukai melalui hidup kita.
Mungkin sudah bertahun-tahun anda tidak bisa mengalami yang namanya kelimpahan, menikmati apa yang ada dihidup anda karena yang selalu menjadi hambatan adalah memikirkan diri sendiri terlebih dahulu, ketika Tuhan meminta kita menaruh/memberi yang kita miliki untuk memberi makan lima ribu orang lebih.
Yang muncul dan maju kedepan justru seorang anak kecil dengan polos dan percaya yang mau berkata kalau dia mempunyai 5 roti jelai dan 2 ekor ikan dimana yang seharusnya meresponi itu murid-murid, orang-orang farisi dan ahli Taurat, orang-orang yang sudah mengalami mujizat Tuhan dan bahkan seharusnya bapak atau ibu dari anak kecil ini. Hati dari anak ini melebihi hati dari orang tuanya, karena untuk melakukan perjalanan yang jauh setiap orang, bahkan yang membawa anak-anak mereka pasti membawa bekal buat mereka dan anak-anak mereka, itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata "milikilah hati seperti anak kecil", karena anak kecil ketika sesuatu diminta, dia dengan polos dan percaya saja memberikan.
Mungkin akan ada pertanyaan yang muncul, Kenapa gereja selalu berbicara tentang BENIH?
Kelimpahan yang sungguh-sungguh tidak akan pernah terjadi didalam hidup seseorang tanpa mau belajar untuk menabur dan menabur terus. Ketika ada orang yang bersikap skeptis, tidak percaya, pesimis, dan berkata lebih baik miskin didunia nanti kaya di sorga, sesuatu yang membuat Tuhan sedih karena Tuhan menginginkan kita kaya dan diberkati saat ini di-bumi supaya apa yang terjadi di-sorga juga terjadi di-bumi ini. Adakah yang mau menjawab kerinduan Tuhan ini? Adakah yang mau seperti anak kecil ini? Yang mau memberikan apa yang dia punyai dan itu berbicara tentang memberikan semua yang dia miliki di hidupnya, yang bisa menangkap jeritan Tuhan, menangkap apa yang dihati-Nya Tuhan.
Kita harus bisa belajar taat dengan apa yang ada dihati Tuhan untuk belajar memberi, orang yang memiliki gaji 3 juta/perbulan bisa membeli baju seharga 500 ribu bahkan sampai 1 juta tetapi seumur hidupnya tidak pernah bisa memberi lebih daripada 100 ribu. Pilihan ada ditangan kita setiap pribadi apakah kita mau menyambar apa yang ada dihati Tuhan atau tidak, pilihan ada ditangan kita. Selalu ada daftar kebutuhan kita sebagai manusia, tetapi apakah kita mau taat dan selalu mendahulukan Tuhan dalam tuntunan Roh Kudus, bukan dengan emosi kita.
Ketika Tuhan menggerakkan kita untuk memberi, jangan pernah memakai logika berpikir kita, seperti anak kecil itu yang tidak berkata " seharusnya yang dewasa dulu yang menabur atau menunggu murid-murid Tuhan Yesus dulu yang memulai menabur, anak kecil itu tidak berbicara atau bertanya terlebih dahulu kepada orangtuanya apakah ketika dia memberikan semua yang dia miliki, apakah ada yang bisa dimakan olehnya nanti? Mari miliki iman seperti anak kecil ini, ketika Tuhan berbicara, dia percaya kepada Bapa-Nya dan dia mau memberi dalam ketepatan semua yang dimilikinya.
Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: “Di sini
ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?”(Yohanes 6:8-9 TB)
Anak kecil itu tidak berkata seperti apa yang Andreas katakan apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini? Anak kecil itu tidak berpikir bagaimana caranya? Anak kecil itu tidak berpikir apakah yang dia miliki itu cukup apa tidak? Anak kecil itu tidak berpikir apalah artinya yang dia miliki buat orang sebanyak itu, anak kecil itu menangkap apa yang dihati Tuhan dengan cara yang berbeda.
Beberapa mungkin berkata ketika Tuhan meminta sesuatu daripada kita kemudian kita akan merasa "Apalah artinya apa yang kita miliki dihidup kita ini atau apakah artinya hidup kita ini sekalipun kita persembahkan kepada Tuhan" kita merasa tidak ada artinya. Mari kita jangan berkecil hati, ketika kita mau taat kepada Tuhan dan mau berkata untuk memberikan seluruhnya yang ada dihidup kita berapapun nilainya kepada Tuhan seperti anak kecil dan janda yang memberi 2 peser itu sebab Tuhan melihat dari hati kita, Tuhan melihat sewaktu kita mengasihi-Nya, ketika kita belajar untuk taat, melakukan semuanya dengan gelora cinta.
Hidup yang selalu mau memberkati orang lain, suatu ketaatan kepada Tuhan yang membawa kita berjalan diatas air, berjalan diatas Firman Tuhan yang melahirkan mujizat karena kita percaya kepada Tuhan. Ketika kita semua mau belajar untuk melangkah dalam ketaatan, belajar untuk ikut setiap perkataan Tuhan tanpa seorangpun tau sehingga tidak ada lagi kemiskinan dari antara kita karena selalu ada hadirat dan kelimpahan dari Tuhan, ada Tuhan yang dahsyat dan luar biasa dihidup kita . Seperti anak kecil itu yang memberikan 5 roti jelai dan 2 ekor ikan, memberikan semua yang dia punyai, memberikan seluruh hidupnya kepada Tuhan.
2 Ikan berbicara tentang kelengkapan (2 kaki, 2 tangan, 2 mata) yang berbicara tentang hidup yang diberikan, 5 berbicara tentang angka anugerah. Sewaktu orang memberikan hidupnya percaya kepada Tuhan, Tuhan akan bertanggung jawab atas hidupnya.
BUKAN DENGAN EMOSI, BUKAN UNTUK MENUNJUKKAN SIAPA DIRI ANDA
Kalau saja saat itu ada orangtua/dewasa yang mengetahui bahwa dengan memberi 5 roti jelai dan 2 ekor ikan, ketika berada ditangan Tuhan sanggup memberi makan lima ribu orang lebih, adakah orangtua/dewasa yang tidak mau memberi? semua orang pasti akan memberi seandainya mengetahui bahwa pada akhirnya hidupnya akan diberkati sedemikian rupa karena apa yang sedikit dari hidupnya di Tangan Tuhan menjadi berkat bagi begitu banyak orang, kalau saja orang mengetahui bahwa ketika memberi justru kelimpahan yang akan diterima tetapi yang Tuhan inginkan adalah kepercayaan.
Banyak orang yang tidak pernah bisa memberikan yang terbaik dari hidupnya karena hambatannya selalu adalah motivasi yang salah.
Anak kecil itu ketika memberi, dia tidak berpikir dengan apa yang akan diberikannya, apakah dia akan diberkati atau tidak nantinya, dia melakukannya dengan taat percaya saja. Sesuatu yang kelihatannya tidak artinya tetapi sangat berarti dimata Tuhan sehingga ketika Tuhan mengangkatnya dengan syukur, sanggup memberi makan lima ribu orang lebih dan bahkan masih tersisa 12 bakul.
Mari kita bersyukur, ketika kita memberi/menabur itu adalah benih. 12 bakul yang tersisa berbicara tentang angka 12 pintung gerbang dimana salah satunya adalah tentang tentang gerbang air yang adalah benih ilahi yang didalamnya ada kuasa pelipatgandaan.
Kesaksian dari seorang jemaat: Sekitar seminggu yang lalu pak Hendrik pergi mendoakan sebuah rumah yang dimiliki jemaat dan bersaksi kepada pak Hendrik. (ukuran rumahnya kira-kira 7×17 meter, satu lantai dan mempunyai 3 kamar) kepada pak Hendrik bapak itu menceritakan sambil menangis bahwa beliau sangat diberkati oleh kesaksian pak Hendrik pada salah satu ibadah tentang bagaimana sewaktu pembangunan hotel yang pak Hendrik miliki saat ini harus berhenti dilantai 4 dan Tuhan kemudian malah menyuruh untuk taat belajar memberi/menabur sewaktu pak Hendrik dan istri menghadiri ibadah KKR Ps Benny Hinn, sisa uang yang yang pak Hendrik punyai saat itu diberikan semua termasuk beberapa kartu kredit yang digesek. Ketika Ps Benny Hinn menantang untuk memberi double kepada Tuhan dan itu berlangsung sampai beberapa hari kedepan, orang-orang semuanya berlomba berlari kedepan termasuk pak Hendrik dan istri berlari berlomba-lomba seperti pelari sprinter untuk menjadi pertama tiba didepan memberikan taburannya kepada Tuhan (Cash ataupun kartu kredit yang digesek), padahal yang ditabur ini bukan jumlah yang sedikit karena dari awal Tuhan sudah berkata di hati pak Hendrik dan ibu untuk menabur dengan jumlah/nilai yang belum pernah mereka tabur sebelumnya, bahkan keesokan harinya Tuhan malah berkata untuk memberi 2 kali lipat dari sebelumnya. Padahal hari-hari itu pak Hendrik dan ibu sebenarnya membutuhkan uang untuk melanjutkan pembangunan hotel yang terhenti karena uangnya habis yang ada cuma kartu kreditub tetapi tidak tau bagaimana melunasinya nanti. Saat itu pak Hendrik dan ibu menabur sampai 7 kali, berlari kedepan memberikan semuanya kepada Tuhan. Bahkan istri pak Hendrik harus menahan rasa sakit karena jari-jari kaki dan kukunya diinjak orang karena banyaknya orang yang berdesak-desakan setiap kali berlari kedepan memberikan taburan. Ps Benny Hinn yang melayani ibaah saat itu berkata bahwa dirinya belum pernah melihat hal seperti itu dari ratusan negara yang pernah dikunjunginya ketika orang diperintahkan menabur, orang-orang biasanya berjalan santai menjaga image karena jumlah yang ditabur memang tidak sedikit tetapi ini orang-orang berlari seperti sprinter, berlari berlomba-lomba kedepan sehingga tidak bisa lagi membedakan orang yang menabur sedikit dan banyak, karena semua berlari. Ketika Tuhan perintahkan untuk menabur, memberikan seluruh hidup kita, kita akan berlari kedepan karena yang menentukan adalah respon kita menyambar itu, ketika meletakkannya kita mau berkata bahwa "Harta yang sesuungguhnya, adalah ENGKAU Tuhan" hidup kita akan menjadi berdampak bagi orang lain sampai kebangsa-bangsa, hidup kita akan diberkati sedemikian rupa.
Sejak hari itu jemaat ini (suami-istri) , mereka taat ketika Tuhan menyuruh mereka untuk menabur seluruh uangnya yang ada, ketika mendengar itu pak Hendrik kaget karena mengetahui mereka keluarga yang sederhana. Kemudian di hari minggu bapak ini diperintahkan oleh bossnya untuk tetap masuk bekerja karena biasanya bapak ini tetap bekerja walaupun dihari minggu, tetapi bapak ini berkata tidak dan berkata bahwa dia harus tetap pergi ke gereja sampai boss ditempatnya bekerja mengancam untuk mengeluarkannya karena itu bisa mempengaruhi teman-temannya yang lain yang beragama kristen tetapi bapak ini berdoa kepada Tuhan karena bapak ini percaya tidak ada yang akan sia-sia ketika mau taat kepada Tuhan. Dua minggu kemudian bossnya kemudian memanggil dia, bossnya yang terkenal pelit, dimana 16 tahun bapak ini bekerja ditempat itu jangankan untuk memberi, untuk meminjam sedikit saja tidak pernah diberikan tetapi hari itu bossnya berkata kepadanya akan memberi apapun yang bapak ini inginkan darinya, bapak ini berkata kalau ingin memiliki sebuah rumah, dan bossnya memberikannya rumah yang dipilihnya beserta sertifikatnya dan kemudian Tuhan kembali berkata dihatinya untuk merenovasi rumah tersebut karena memang bentuknya tidak begitu bagus, bapak ini cuma punya uang 10 juta yang untuk pondasi saja tidak cukup untuk rumah ukuran 7×17 meter, tetapi bapak ini tetap taat mengikuti apa yang Tuhan katakan, dan mulai membangun rumah itu sedikit demi sedikit sampai akhirnya kemudian rumah itu selesai dibangun dengan bentuk yang sangat bagus, tanpa utang sepeserpun kepada orang lain.
Tuhan tidak pernah sulit untuk memberkati kita, mungkin buat orang yang belum pernah mengalami ini seperti sebuah lelucon. Ketika Tuhan menyuruh kita sesuatu seringkali apa yang tidak pernah kita dengar, tidak pernah timbul dari dalam hati, hati kita seringkali tidak taat. Kalau kita ingin melihat apa yang tidak pernah timbul dari dalam hati, belajar untuk taat. Tuhan yang akan lakukan apa yang tidak pernah timbul dari dalam hati kita, apa yang tidak pernah kita lihat dengan mata, sesuatu yang mungkin mustahil, tetapi ketika kita taat mungkin bagi orang lain itu suatu kegilaan, tetapi kita belajar untuk percaya karena DIA Tuhan Jehovah Jireh yang menyediakan segalanya.
Menjadi seperti anak kecil itu yang memberikan segalanya yang dimilikinya dihidupnya, yang kelihatannya mungkin tidak ada artinya buat orang banyak tetapi itu bukan hanya sanggup memberi makan banyak orang, bahkan itu menjadi kesaksian sampai hari ini.
Hari-hari ini Tuhan sedang bangkitkan orang-orang, kekayaan Tuhan yang tanpa batas yang sanggup memberkati sampai membukakan kita pintu sampai ke bangsa-bangsa. Ketika Tuhan ingin membuka pintu berkat-berkatnya, maka tidak ada yang bisa menahan.
Mungkin sudah bertahun-tahun yang kita pikirkan hanya diri kita terlebih dahulu tanpa pernah mengalami terobosan keuangan tetapi mulai saat ini mari kita belajar untuk taat bukan dengan emosi tetapi dengan ketaatan karena gelora cinta dengan pengertian, ketika Tuhan menyuruh sesuatu kita melakukan karena Tuhan akan memakai hidup kita untuk kegerakan Tuhan.
Seperti pak Hendrik yang dulunya berpikir karena dirinya adalah seorang pengusaha yang menjadi gembala, bukan gembala yang dikelilingi oleh pengusaha- pengusaha yang memberkati dalam hal keuangan. Beliau dulu berpikir orang-orang tidak akan menabur karena gembalanya seorang pengusaha yang diberkati, tetapi Tuhan membuat beliau bertobat karena Tuhan sengaja memakai hidup pak Hendrk untuk seperti Abraham menjadi contoh yang pertama kali menyambar dan Tuhan mengirimkan pengusaha-pengusaha, jemaat-jemaat yang diberkati dalam hal keuangan, dan orang-orang akan memberi dengan luar biasa untuk penginjilan dan kegerakan Tuhan dari kota ke kota sampai ke bangsa-bangsa.
Seringkali kita mengukur sesuatu secara materi, mengukur dengan apa yang kita lihat, mengukur dengan apa yang kita dengar tetapi anak kecil itu melakukannya dengan iman untuk belajar taat, belajar berjalan dengan Tuhan. Abraham sebelum mengalami kelimpahan didalam hidupnya dan menjadi Bapa segala orang percaya, ketika Tuhan menyuruhnya untuk keluar dari Ur-Kasdim tempat yang adalah kampung halamannya, tempat yang adalah kemah kediamannya, tempat yang sudah nyaman baginya karena sudah berada disitu bertahun-tahun bersama keluarganya. Ketika Tuhan menyuruhnya untuk keluar dari Ur-Kasdim itu bukan sesuatu yang mudah, ketika Tuhan pertama kali berbicara kepadanya, Abraham harus dituntun belajar untuk keluar dari situ ketika Terah ayahnya masih hidup dan memimpin sampai ketika kemudianTerah mati, kemudian Abraham berjalan bersama Tuhan.
Setiap kita harus dituntun oleh Tuhan sendiri, setiap pengharapan kita hanya tertuju kepada Tuhan saja, mata dan telinga kita harus selalu tertuju kepada Tuhan maka kita akan melihat apa yang belum pernah kita lihat, mendengar apa yang tidak pernah kita dengar, ketika hati kita hanya terfokus kepada Tuhan, taat kepada Tuhan, maka Tuhan akan berikan apa yang belum pernah timbul dari dalam hati kita, karena ketika mata, telinga, dan hati kita ditujukan kepada Tuhan, maka semua yang Ilahi dihidup kita itu tiba-tiba muncul.
5 roti dan 2 ikan berbicara tentang hidup yang kita serahkan seluruhnya dengan ketaatan yang mungkin dianggap remeh orang lain karena sepertinya tidak ada artinya, kehidupan yang sudah dianggap gagal, segala impian tidak ada harapan lagi untuk berhasil tetapi ternyata ditangan Tuhan sanggup untuk memberkati sangat banyak orang.
Ketika Abraham mempersembahkan Ishak anaknya, seperti Abraham mempersembahkan semua yang ada dihidupnya. Ishak yang saat itu berumur 33 tahun adalah gambaran Yesus yang memberikan hidupnya dikayu salib. Sewaktu Abraham belajar untuk taat untuk hidup dengan iman, yang adalah mata uang dan bahasa Kerajaan Sorga karena tidak ada seorangpun yang berkenan kepada BAPA tanpa iman, yang adalah senjata kita untuk menaklukan dunia ini.
Setiap kali kita anak-anak-Nya memberi dari seluruh hidup kita, memberi dengan passion dan cinta kita yang kuat, itu seperti BAPA sendiri ketika memberikan Yesus Putra-Nya yang tunggal untuk disiksa dan disalibkan untuk menebus segala dosa-dosa kita, semua dosa kita ditimpahkan kepada-Nya, sehingga ketika Yesus Putra-Nya berseru diatas kayu salib dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi, lama sabakhtani?”, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Karena saat itu BAPA memalingkan wajah-NYA, sepanjang hidup Yesus dibumi, BAPA tidak pernah memalingkan wajah-NYA tetapi karena dosa setiap kita, setiap orang dibumi ini ditimpahkan kepada Yesus untuk menebus setiap kita karena Kasih-NYA yang begitu besar, sehingga BAPA yang Maha Kudus tidak sanggup untuk melihat itu, sehingga BAPA memalingkan wajah-NYA.
Ketika kita belajar untuk taat seperti Yesus, belajar untuk memberi SEMUANYA seperti BAPA, yang mengorbankan yang terbaik Putra-Nya sendiri. Ketika kita mau meletakkan hidup kita, belajar untuk taat dengan apapun yang Tuhan katakan, seperti anak kecil itu yang dengan polos menyerahkan semuanya, sampai seluruh hidup kita diwarnai dengan ketaatan tanpa sekalipun pernah mengendurkan ketaatan itu.
Kalau selama ini, bertahun-tahun kita selalu tawar-menawar dengan Tuhan, kita tidak pernah hidup dengan iman dan percaya kepada Tuhan sepenuhnya, karena selalu mengandalkan pikiran, mengandalkan apa yang dilihat, mengandalkan apa yang dihitung dengan pikiran, mata kita tidak pernah sepenuhnya tertuju kepada Tuhan tetapi kepada diri sendiri dan keluarga kita. Mari belajar untuk taat dan arahkan mata, hati, dan telinga kita hanya kepada Tuhan sepenuhnya sehingga mata kita melihat apa yang belum pernah kita lihat, Tuhan akan lakukan apa yang belum pernah kita dengar dan timbul dari dalam hati kita.
Tuhan sedang rindu mencari untuk memberkati kita, Tuhan sedang melahirkan Abraham-Abraham, karena kita adalah keturunan Abraham yang melalui kita bangsa-bangsa akan diberkati, mari belajar untuk taat dan percaya.
Amin!
Jurnalist: Untung Bongga Karua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar