(Morning Devotion at Radio Pelangi Makassar, 01/08/2017)
Ps Joseph Hendrik Gomulya
Dalam 2 tulisan serial kotbah penderitaan sebelumnya yang berjudul POWER UNDER PRESSURE bagian pertama dan bagian kedua kita telah belajar bahwa ada tujuan atau rancangan Tuhan yang baik buat setiap kita ketika mengalami pressure, tekanan atau penderitaan.
Sangat banyak orang yang hanya bisa kuat sewaktu mengalami berkat seperti yang di inginkannya yaitu ketika semua keadaannya baik-baik saja, hidup di berkati dalam hal keuangan atau hidup dalam kelimpahan padahal sebenarnya ada juga berkat yang sesungguhnya yaitu BLESSING UNDER PRESSURE, berkat di bawah tekanan atau penderitaan.
Hal yang membuat orang tidak mengerti bahwa ada rencana atau tujuan Tuhan ketika mengalami pressure, tekanan atau penderitaan adalah karena menganggap bahwa itu asalnya dari iblis atau itu merupakan kesalahan atau keadaan seseorang sehingga tidak bisa menemukan atau mendapatkan berkat Tuhan ketika mengalami pressure, tekanan atau penderitaan. Sewaktu setiap kita mengerti bahwa semua itu adalah seijin Tuhan dimana ada tujuan Tuhan yang baik bagi hidup kita maka sikap, respond an cara pandang kita ketika mengalami itu akan sangat berbeda karena tidak mungkin Tuhan yang baik mengijinkan sesuatu yang tidak baik terjadi atas hidup kita.
Semua orang-orang hebat atau nabi-nabi yang hidupnya dipakai oleh Tuhan, kehebatan yang mereka alami dalam hidup mereka sebenarnya bukan seberapa hebat kuasa yang mereka terima tetapi seberapa hebat sebenarnya pressure, tekanan atau penderitaan yang mereka alami.
Kita awali dari Abraham, bagaimana Abraham harus menantikan dengan iman untuk menjadi bapa bagi banyak bangsa dimana dia harus menunggu sampai berumur 100 tahun untuk menerima seorang anak yang Tuhan janjikan. Kemudian Musa yang mengalami tekanan dari bangsa Israel yang adalah bangsanya sendiri, dia hendak dibunuh berkali-kali sampai kemudian dikatakan bahwa Musa adalah orang yang lembut hatinya, yang memimpin seuatu bangsa yang dikenal dengan ketegar tengkukannya belum lagi tekanan dari Firaun yang hendak membinasakan dirinya dan bangsa Israel dimana mereka semua dikejar dan dipojokkan di depan laut Teberau. Seringkali sewaktu orang mengikuti Tuhan dan mengijinkan Tuhan yang memimpin seringkali yang setiap kita bayangkan adalah semuanya akan tenang dan tidak ada tekanan, tetapi justru akan banyak tekanan.
Kemudian juga Yusuf yang ketika berumur 17 tahun dia awalnya hendak dibunuh oleh saudara-saudaranya tetapi kemudian akhirnya di jual dan dijadikan budak di Mesir di usianya yang masih sangat muda. Yusuf terus berbuat baik sampai kemudian dipercaya menjadi pelayan dirumah Potifar, tetapi oleh istri Potifar dia berusaha di goda sampai kemudian harus bertahun-tahun berada dalam penjara karena fitnah akibat tidak mengikuti keinginan istri Potifar. Didalam penjara Yusuf tetap menolong banyak orang sekalipun orang kemudian melupakannya tetapi ujungnya dia akhirnya menjadi Perdana Menteri di Mesir. Sebenarnya ada banyak cerita orang-orang yang mengalami pressure, tekanan atau penderitaan, seperti halnya dengan murid-murid Tuhan Yesus yang juga mengalaminya.
Seringkali kita berdoa dan berteriak kepada Tuhan untuk memberi kita PASSION dimana konsekuensinya adalah Tuhan akan mengirimkan kepada kita Pressure, tekanan atau penderitaan tetapi justru melalui inilah kemudian akan muncul PASSION di hati kita. Mari mengerti akan hal ini bahwa pressure, tekanan atau penderitaan itu diperlukan dalam hidup kita karena Tuhan memang merancangkan semua itu untuk supaya kita tidak berlari menyangkal Tuhan atau keluar dari Tuhan dengan memperkatakan hal-hal yang negatif.
(2 Korintus 1 : 8 - 11 TB)
Dalam serial kotbah sebelumnya POWER UNDER PRESSURE bagian kedua kita mengetahui bahwa ada rancangan atau tujuan Tuhan di balik pressure, tekanan atau penderitaan melalui apa yang Rasul Paulus tuliskan. Saat ini kita akan belajar beberapa hal dari pembacaan di 2 Korintus 1 : 8 - 11 ini.
1). MENGINGAT-INGAT KEMBALI PERBUATAN TUHAN YANG DAHULU.
"Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi" (2 Korintus 1 : 10 TB)
Pelajaran yang pertama, tujuan Tuhan adalah agar setiap kita kembali mengingat-ingat perbuatan-Nya yang dahulu. Sewaktu berada dalam penderitaan “BLESSSING UNDER PRESSURE" adalah adalah kita selalu menaruh pengharapan kepada Tuhan dengan cara kita selalu mengingat perbuatan Tuhan yang dahulu, bagaimana Tuhan menyelamatkan, bagaimana Tuhan bekerja, dan bagaimana penyertaan Tuhan dahulu dimana berkat yang sama dari Tuhan akan menyertai setiap kita lagi karena DIA adalah Tuhan yang sama. Seperti pressure, tekanan atau penderitaan yang dahulu dialami oleh Daud ketika istri dan anaknya ditawan dan dibawa pergi oleh musuh hendak dibunuh, belum lagi tekanan dari pasukannya sendiri dimana keluarga mereka pun mengalami hal yang sama, mereka marah dan hendak memberontak tetapi Daud tetap bisa menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan.
Ada masanya dimana dalam pressure, tekanan atau penderitaan itu setiap kita masing-masing dengan Tuhan saja. Disitulah masa dimana kita mengingat-ingat kembali perbuatan Tuhan yang dahulu, mengingat-ingat bagaimana Tuhan menyelamatkan, menyatakan kuasa dan mujizat-Nya, bagaimana Tuhan mengangkat dan menolong setiap kita dari masalah atau tantangan yang besar, maka Tuhan yang sama yang juga akan menyelamatkan kita lagi.
Rasul Paulus jelas sekali menulis ini untuk menggambarkan bahwa bukan hanya satu kali penyertaan Tuhan itu terjadi tetapi Tuhan akan menyelamatkannya lagi. Jadi apa yang Rasul Paulus alami bukan hanya terjadi sekali atau dua kali saja karena kata “LAGI” di ayat 10 ini sebenarnya menjelaskan bahwa itu sudah terjadi berkali-kali. Tuhan menyelamatkan Rasul Paulus “LAGI dan LAGI” dan apabila kita melihat kehidupan Rasul Paulus, caranya bekerja dengan Tuhan sangat berani dan hari itu keadaan yang dialaminya tidak mudah karena dirinya dikekang oleh banyak orang dan bukan hal yang mudah untuk mengabarkan injil saat itu, tidak seperti yang setiap kita alami saat ini.
Perkataan Rasul Paulus bahwa Tuhan akan menyelamatkannya LAGI dan LAGI, ini yang kemudian bisa menghasilkan banyak cerita atau kesaksian bagaimana penyertaan Tuhan. Ketika semua keadaan baik-baik atau tenang-tenang saja, apa cerita atau kesaksian tentang penyertaan Tuhan yang bisa kita ceritakan kepada orang lain? Ketika keadaan baik-baik saja, apa yang Rasul Paulus bisa tulis? Tetapi anehnya kebanyakan orang justru menginginkan keadaan yang seperti ini,keadaan dimana semua baik-baik saja dan tidak perlu memakai iman.
Sebenarnya dalam perjalanan hidup kita bersama Tuhan, Dia akan selalu membawa kita berjalan yang sebenarnya tidak enak menurut daging kita, karena iman berarti bahwa kita melangkah ke tempat yang belum pernah kita lihat, mempercayai sesuatu yang belum terjadi dan belum pernah dilihat dan itu pasti tidak enak atau tidak nyaman, berbeda dengan melangkah di tempat yang pasti dan nyaman menurut daging. Melangkah sambil bersungut-sungut itu juga bukan melangkah dengan iman, jadi sekalipun orang itu akhirnya tetap melangkah tetapi Tuhan tidak menilainya dengan iman. Orang yang melangkah dengan iman sekalipun tidak melihat, dia mengucapkannya dengan hati yang percaya dan positif.
Jangan seperti bangsa Israel yang percaya akan tanah Kanaan dan kemudian mengikuti Musa keluar dari Mesir tetapi ditengah perjalanan ketika mengalami pressure, tekanan atau penderitaan yang keluar dari mulut mereka bukan lagi perkataan iman tetapi justru sungut-sungut, kemarahan, pemberontakan dan ingin kembali ke Mesir dan tanpa disadari mereka telah menghujat Tuhan. Inilah yang berbahaya dimana Roh Kudus mengajarkan kepada Ps Hendrik bahwa ucapan atau sungutan yang keluar dari mulut bangsa Israel bahwa lebih baik mereka kembali ke Mesir daripada harus mati di padang gurun sebenarnya adalah ucapan yang awalnya hanya keluar dari percakapan dari hati ke hati diantara sesama bangsa Israel yang ada didalam rumah saja tetapi kemudian itu dinilai dan dicatat oleh Tuhan. Ketika bangsa Israel meneriakkan itu kepada Tuhan kita berpikir bahwa saat itulah bangsa Israel mulai bersungut-sungut, ternyata tidak karena bersungut-sungut itu adalah sesuatu yang ada didalam hati kemudian itu diucapkan. Bersungut-sungut juga berarti orang yang tidak bisa mengucap syukur, kehilangan pengharapan karena tidak pernah mengingat-ingat perbuatan yang Tuhan pernah buat dalam hidupnya.
Orang yang dipakai oleh Tuhan pasti menginginkan ada cerita hebat yang keluar dari hidupnya, tetapi kebanyakan orang melihat dari jumlah berkat yang diterima dan kuasa yang dimilikinya. Padahal cerita yang hebat sebenarnya adalah seberapa besar pressure, tekanan atau penderitaan yang di alaminya.
2). KITA TIDAK PENTING, YANG PENTING ADALAH TUHAN.
"Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat." (2 Korintus 11 : 27 – 28 TB)
Rasul Paulus mengerti bahwa panggilannya adalah berada ditengah-tengah jemaat, hidupnya sepenuhnya untuk mengabarkan Injil, sepenuhnya untuk Tuhan. Orang kehilangan pengharapan karena hidupnya sering kali tidak sepenuhnya buat Tuhan sehingga ketika mengalami pressure, tekanan atau penderitaan dirinya tidak kuat, tetapi orang yang total atau sepenuhnya dengan Tuhan imannya akan terus progress naik dan terus naik, LAGI dan LAGI. Oleh sebab itulah mengapa hidup kekristenan setiap kita harus diperbaharui dari hari ke hari sampai kepada kesempurnaan dimana Tuhan ingin membawa setiap kita melihat kemuliaan-Nya yang semakin besar.
Dikatakan bahwa dalam mengurus jemaat sehari-hari Rasul Paulus sudah banyak berjerih lelah, bekerja berat, sering tidak tidur, lapar, dahaga, terkadang harus berpuasa dan kedinginan karena tidak mempunyai pakaian, ini menandakan bahwa hidup Rasul Paulus benar-benar sepenuhnya buat Tuhan dan dirinya tidak lagi penting karena itu adalah bagian, tanggung jawab dan panggilannya dengan anugerah dari Tuhan
Sewaktu hidup seseorang sepenuhnya buat Tuhan, sepenuhnya untuk melayani jemaat Tuhan maka orang akan mengetahui dan menyadari bahwa sesungguhnya dirinya tidak penting karena yang penting adalah Tuhan, dirinya akan semakin kecil dan Tuhan yang semakin besar, dirinya akan semakin berkurang dan Tuhan yang semakin bertambah-tambah.
Sewaktu kita melakukan sesuatu, jangan pernah sampai merasa bahwa kita ini penting karena orang yang merasa dirinya penting akan masuk pada penderitaan sendiri dan jatuh dalam kesombongan. Apabila orang lain menganggap bahwa kita penting itu atau ketika orang memberi apresiasi atas apa yang kita lakukan, itu adalah bagian dari orang tersebut.
KEADAAN YANG LEBIH BAIK SETELAH PENDERITAAN
Pressure, tekanan atau penderitaan itu menghasilkan kuasa. Bangsa Israel tidak akan pernah melihat laut Teberau terbelah apabila mereka tidak taat dan mau berjalan, seandainya ada jalan yang lain mungkin mereka akan memilih jalan yang lain dan tidak mau menghadapi laut Teberau itu. Jadi pressure, tekanan atau penderitaan adalah produk dari Tuhan untuk kita mengalami keadaan yang lebih baik lagi dengan cara hidup dan respon yang benar.
Ishak sebelum menanam benih yang menghasilkan seratus kali lipat, dia harus mengalami yang namanya kelaparan terlebih dahulu dengan keluar dari Mesir dan kemudian Tuhan menyuruhnya untuk menabur. Selalu ada kuasa setelah pressure, tekanan atau penderitaan, jadi sewaktu kita mengalami itu yang harus kita lakukan adalah menyiapkan diri kita untuk mengalami kuasa Tuhan yang besar, menyiapkan diri untuk mengalami keadaan yang lebih baik.
Daud ketika dikejar-kejar oleh Saul sebenarnya berkali-kali mempunyai kesempatan untuk membunuh Saul tetapi itu tidak dilakukannya. Keputusan yang diambilnya untuk tidak melakukan itu justru mendapat banyak simpatik dari banyak pasukan yang lainnya. Dengan dirinya terus-menerus di kejar-kejar oleh Saul tanpa sengaja dia menduduki banyak tempat yang diperanginya sehingga kemudian dia mempunyai begitu banyak pasukan di seluruh Israel. Itu semua adalah bagian dari rencana Tuhan bukan disengaja oleh Daud dan pasti bukan hal yang enak ketika harus di kejar-kejar hendak di bunuh.
Apabila ada orang yang begitu membenci anda, itu adalah bagian dari rencana Tuhan seperti yang Daud alami. Hadapi itu tidak dengan bertengkar tetapi menghindarlah dan mencari damai, apabila anda kemudian harus berhadapan dengannya, anda harus bisa seperti Daud yang tidak membunuh, tidak dengan amarah tetapi justru dengan mengasihi. Daud bisa menguasai banyak wilayah karena perbuatan Saul sendiri yang terus-menerus mengejarnya sehingga dia harus berperang dari satu tempat ke tempat yang lain tetapi itu juga mempersiapkan Daud untuk menjadi raja yang mempunyai pengaruh karena tidak mungkin seorang raja akan mempunyai pengaruh apabila raja tersebut tidak pernah berperang dan menduduki wilayah demi wilayah, seberapa jauh wilayah kekuasaan seorang raja adalah seberapa jauh seorang raja pernah ke daerah tersebut.
Hari-hari ini kita tidak sedang dikejar-kejar oleh Saul tetapi Tuhan mengutus kita untuk mengabarkan injil ke kota-kota di beberapa propinsi dan menjangkau sejauh atau seluas mungkin daerah-daerah atau kabupaten yang ada di sekitarnya karena di sana ada bekal Tuhan, ada mutiara yang mungkin bisa kita dapatkan.
Jadi di poin yang kedua ini firman Tuhan mengajarkan bahwa setiap kita adalah tidak penting yang penting hanyalah Tuhan. Sangat berbeda dengan pelajaran di dunia sekuler dimana seorang motivator akan diajarkan bahwa dirinya adalah orang yang penting agar supaya kepercayaan dirinya tinggi. Sangat banyak anak Tuhan yang jatuh dalam kesombongan dan tidak bisa sepenuhnya melayani Tuhan karena ingin berpijak pada firman dan juga pada dunia dimana seharusnya setiap kita harus berpijak kepada firman karena firman lebih tinggi dari bumi ini.
Ada sebuah kisah dan semoga ini bisa menjadi pelajaran dimana apabila orang ingin memutuskan melakukan sesuatu, pertama orang akan melihat atau menganalisa terlebih dahulu apa keuntungan yang bisa didapatkannya. Ini adalah pengajaran yang sudah lama dan semua orang melakukannya baik itu dalam pekerjaan atau bisnis, tetapi apa yang Tuhan ajarkan adalah “berilah maka engkau akan diberi” jadi bagian kita hanya memberi dan bagian Tuhan adalah memberi atau memberkati kita apakah melalui orang yang sama atau melalui orang lain, jadi dalam pekerjaan layanilah orang dengan tulus dan murni.
Begitupun dalam prinsip bisnis, jangan memikirkan apa yang menjadi keuntungan perusahaan anda tetapi pikirkan apa yang menjadi keuntungan terbaik yang pelanggan anda bisa dapatkan sehingga orang akan merasakan sesuatu yang berbeda. Jadi jangan memasukkan prinsip dunia kedalam pekerjaan Tuhan, firman Tuhan harus bisa diterapkan dalam bisnis atau pekerjaan kita dengan benar maka kita akan melihat dampak dan kuasanya yang luar biasa.
“Di balik penderitaan selalu ada kuasa yang lebih besar”
Amin, Tuhan Yesus Memberkati….
"I am not what the devil and world say about me, but I was G-D says, and I will go into in the end-time destiny for my life."
Senin, 14 Agustus 2017
BLESSING UNDER PRESSURE
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
MENGENAL ISI HATI BAPA (Bagian Pertama)
MENGENAL ISI HATI BAPA (Bagian Pertama) Sabtu, 04 Februari 2023 Ps Joseph Hendrik Gomulya Sejak awal manusia diciptakan Allah ...
-
RECEIVE DUNAMOS Oleh : Ps. Joseph Hendrik Gomulya, M. Th Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang hidup, Dia Tuhan yang kita bisa rasaka...
-
Di atas perjanjian Lewi, kami berdiri di antara Tuhan dan bangsa Indonesia. Kami berdiri membawa pendamaian bagi bangsa Indon...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar