Gereja Bahtera
Injil Gibbor (GBIG) Holy Glory.
Ps Joseph Hendrik Gomulya.
“Adapun Yefta, orang
Gilead itu, adalah seorang pahlawan yang gagah perkasa, tetapi ia anak seorang
perempuan sundal; ayah Yefta ialah Gilead. Juga isteri Gilead melahirkan
anak-anak lelaki baginya. Setelah besar anak-anak isterinya ini, maka mereka
mengusir Yefta, katanya kepadanya: "Engkau tidak mendapat milik pusaka
dalam keluarga kami, sebab engkau anak dari perempuan lain." Maka larilah
Yefta dari saudara-saudaranya itu dan diam di tanah Tob; di sana berkumpullah
kepadanya petualang-petualang yang pergi merampok bersama-sama dengan dia.
Beberapa waktu kemudian bani Amon berperang melawan orang Israel. Dan ketika
bani Amon itu berperang melawan orang Israel, pergilah para tua-tua Gilead
menjemput Yefta dari tanah Tob. Kata mereka kepada Yefta: "Mari, jadilah
panglima kami dan biarlah kita berperang melawan bani Amon." Tetapi kata
Yefta kepada para tua-tua Gilead itu: "Bukankah kamu sendiri membenci aku
dan mengusir aku dari keluargaku? Mengapa kamu datang sekarang kepadaku, pada
waktu kamu terdesak?" Kemudian berkatalah para tua-tua Gilead kepada
Yefta: "Memang, kami datang kembali sekarang kepadamu, ikutilah kami dan
berperanglah melawan bani Amon, maka engkau akan menjadi kepala atas kami, atas
seluruh penduduk Gilead." Kata Yefta kepada para tua-tua Gilead:
"Jadi, jika kamu membawa aku kembali untuk berperang melawan bani Amon,
dan TUHAN menyerahkan mereka kepadaku, maka akulah yang akan menjadi kepala
atas kamu?" Lalu kata para tua-tua Gilead kepada Yefta: "Demi TUHAN
yang mendengarkannya sebagai saksi antara kita: Kami akan berbuat seperti
katamu itu." Maka Yefta ikut dengan para tua-tua Gilead, lalu bangsa itu
mengangkat dia menjadi kepala dan panglima mereka. Tetapi Yefta membawa seluruh
perkaranya itu ke hadapan TUHAN, di Mizpa.” (Hakim-hakim
11:1-11 TB)
Mempunyai
sikap atau berprilaku baik tidak cukup untuk hidup setiap kita dipakai oleh
Tuhan. Ada banyak orang yang bersikap atau berprilaku baik tetapi hatinya tidak
pernah bisa peka menangkap hati Tuhan. Oleh sebab itu sangat penting untuk
tidak hanya sekedar melakukan atau berprilaku yang baik tetapi memiliki hati
yang mau atau memiliki kerinduan untuk dipakai oleh Tuhan, hati yang terbuka
kepada Roh Kudus untuk menangkap apa yang yang menjadi kerinduan Tuhan.
“Adapun Yefta, orang Gilead
itu, adalah seorang pahlawan yang gagah perkasa, tetapi ia anak seorang
perempuan sundal; ayah Yefta ialah Gilead.” (Hakim-hakim 11:1 TB)
Siapa
sebenarnya Yefta ini? Yefta sebenarnya adalah contoh orang yang mau dipakai
oleh Tuhan, orang yang sebenarnya mempunyai destiny yang besar. Firman Tuhan
diatas menuliskan bahwa Yefta adalah seorang pahlawan yang gagah perkasa
sekalipun latar belakangnya tidak baik dimana dia dilahirkan dari rahim seorang
perempuan sundal, ayahnya bernama Gilead. Yefta ini adalah gabungan dari 2 hal
yaitu kebodohan dan kehormatan dan kita akan belajar lebih dalam tentang perjalanan
hidup Yefta ini.
Ada banyak
orang yang ingin hidupnya dipakai oleh Tuhan tetapi hanya ingin dipakai oleh
Tuhan sesekali saja, itu adalah hal yang sangat mudah untuk dilakukan.
Bandingkan dengan orang yang hidupnya ingin terus-menerus dipakai oleh Tuhan
dimana ada hidup yang harus dipersiapkan untuk memberikan hidup sepenuhnya
kepada Tuhan, tidak dikatakan bahwa hidup setiap orang harus sempurna tetapi
kesadaran bahwa hanya dengan berada dekat Tuhan saja kita bisa kuat,
di-sempurnakan dan semakin mengenal akan hati Tuhan sehingga dalam segala
keterbatasan kita akan mengalami hal
yang tidak terbatas dari Tuhan. Untuk itulah diperlukan hidup yang selalu mau
bergaul dengan satu pribadi yaitu ROH KUDUS yang adalah Roh Allah sendiri yang
menjadi penolong buat setiap kita. Dengan siapa anda bergaul itu yang
mengimpact hidup anda, jadi bergaullah selalu dengan ROH KUDUS sehingga ketika
anda mengawali sesuatu dengan kuat maka anda akan mengakhirinya juga dengan
kuat.
“Lalat yang mati
menyebabkan urapan dari pembuat urapan berbau busuk; demikian juga sedikit
kebodohan lebih berpengaruh dari pada hikmat dan kehormatan.” (Pengkhotbah
10:1 TB)
Mari
belajar dari kisah Yefta ini bagaimana Yefta seharusnya bisa belajar dari
perjalanan hidupnya untuk kemudian tidak mengalami kepahitan karena destiny
yang Tuhan tetapkan atas hidup Yefta sebenarnya sangat besar tetapi sayangnya
dia membiarkan hatinya dengan kebodohan untuk selalu pahit.
“Juga isteri Gilead
melahirkan anak-anak lelaki baginya. Setelah besar anak-anak isterinya ini,
maka mereka mengusir Yefta, katanya kepadanya: "Engkau tidak mendapat
milik pusaka dalam keluarga kami, sebab engkau anak dari perempuan lain." Maka
larilah Yefta dari saudara-saudaranya itu dan diam di tanah Tob.” (Hakim-hakim
11:2-3a TB)
Sewaktu tekanan
atau masalah datang kedalam kehidupan anda janganlah pernah untuk lari dari
keadaan tersebut karena sebuah karakter lahir ketika anda tetap berdiri dan
menghadapi setiap tekanan atau masalah dan meminta Tuhan mengubah hidup anda, sayangnya
Yefta memilih hal yang berbeda, ia memilih untuk menempuh jalan pintas lari
dari kenyataan meninggalkan Gilead dan keluarganya dengan segala kemarahan,
sakit hati dan kepahitan. Jangan pernah memutuskan untuk pergi dari destiny
Tuhan atas hidup anda, jangan pernah memutuskan pergi dan menjauh dari panggilan
Tuhan karena ketika anda memutuskan untuk tetap berada dalam panggilan Tuhan
maka anda akan selalu berada dalam “covering” tudung kemurahan-Nya. Tuhan ingin
setiap kita untuk belajar menghadapi setiap tantangan, tekanan dan masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
Bagaimana menghadapi setiap
tantangan tekanan dan masalah?
“Dari Daud. Jangan marah
karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat
curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti
tumbuh-tumbuhan hijau. Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik,
diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia
akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada
TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan
kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang. Berdiam dirilah di hadapan
TUHAN dan nantikanlah Dia; jangan marah karena orang yang berhasil dalam
hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya.” (Mazmur
37:1-7 TB)
Mari belajar
pentingnya untuk menangkap panggilan Tuhan tetapi juga pentingnya untuk selalu
berada dalam panggilan itu seperti Yefta yang sebenarnya destinynya sangat
besar tetapi membuat hatinya menjadi pahit dengan lari dengan segala kekecewaan
dan kemarahan dari keluarganya. Mari melihat apa yang kemudian terjadi pada
diri Yefta.
“di sana berkumpullah
kepadanya petualang-petualang yang pergi merampok bersama-sama dengan dia.” (Hakim-hakim 11:3b TB)
Sewaktu Yefta
pergi dari panggilan Tuhan dengan segala kemarahan kekecewaan dan kepahitan
firman Tuhan mengatakan Yefta berkumpul dengan petualang-petualang yang pergi
merampok bersama-sama dengan dia. Sewaktu anda pergi meninggalkan Tuhan maka
anda bisa berkumpul dengan orang-orang yang justru membuat anda semakin
terjerumus, bergaul dengan orang yang salah, semakin kepahitan dan semakin
menjauh dari Tuhan, semuanya itu adalah jerat dari iblis. Pilihlah seperti yang
Daud lakukan dimana Daud selalu berkata untuk tetap percaya kepada Tuhan,
sewaktu anda melihat keadaan yang belum berubah tetaplah berdoa dan percaya
kepada Tuhan karena anda akan melihat keadaan itu berubah. Daud berkata
bergembira dan tetaplah bersuka cita maka Tuhan akan memberikan apa yang
diinginkan hatimu. Apa yang anda pilih atau tabur itu yang anda akan tuai, jadi
perhatikanlah setiap langkah yang akan dipilih karena seringkali setiap kita
berkata bahwa Tuhan pasti akan mengampuni setiap kita tetapi yang perlu selalu
diingat setiap orang akan selalu menuai apa yang ditaburnya. Seperti kesalahan
yang pernah Abraham lakukan ketika mengambil Hagar gundiknya menjadi istrinya,
perjanjian Tuhan tetap ada dalam hidupnya tetapi ujungnya adalah masalah. Begitupun
dengan Daud yang juga melakukan kesalahan ketika mengambil Batsyeba binti Eliam
istri Uria yang membuatnya jatuh dalam perzinahan dimana ujungnya itu menjadi
masalah.
Pengampunan
Tuhan jalan dalam hidup setiap kita sekali dan selamanya tetapi jangan pernah
pernah dibodohi oleh iblis untuk terikat dengan dosa yang membuat anda semakin
jatuh dan menjauh dari Tuhan dan ujungnya anda akan menuai itu. Kesalahan yang
Abraham dan Daud lakukan itu ditulis untuk menjadi peringatan bagi setiap kita
karena mereka pun menyesal telah melakukan kesalahan atau dosa itu. Mungkin ada
banyak kebodohan yang anda telah lakukan sebelumnya dan menyesalinya, tetapi
yang paling penting adalah pertobatan, yang Tuhan inginkan adalah agar anda berbalik
karena Tuhan ingin anda berjalan dalam track yang Tuhan inginkan untuk anda menyelesaikan
setiap destiny yang Tuhan telah tetapkan. Jangan pernah menjauh, tetaplah dekat
dengan Tuhan.
“Janganlah kamu sesat:
Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” (1
Korintus 15:33 TB)
Keputusan yang
Yefta ambil dengan pergi meninggalkan Gilead dan keluarganya, berlari menjauh
dari panggilan Tuhan dengan segala kemarahan, kekecewaan dan kepahitan kemudian
membuatnya bergaul dengan orang-orang yang justru pergaulannya buruk dan
membuatnya semakin jatuh kedalam dosa. Dosa itu seperti ketika orang memilih
untuk melakukan sesuatu tidak akan pernah merasa bahwa apa yang sebenarnya
dilakukannya itu dosa sampai dirinya jatuh ke dalam dosa. Berbeda dengan orang yang
memiliki atau yang hidup bergaul dengan Roh Kudus maka sebelum jatuh ke dalam
dosa, maka Roh Kudus akan berbicara dan menjadi penolong. Roh Kudus adalah
tiang atau penolong yang memampukan setiap kita, yang berbicara dan member setiap
kita kuasa untuk hidup dalam roh dan tidak hidup didalam daging.
Karakter
itu sungguh sangat mahal harganya karena itu anda dan saya peroleh dari
kematian Tuhan Yesus diatas kayu salib. Tuhan Yesus mentransfer hidup-Nya ke
dalam hidup anda sehingga anda bisa
berjalan hari demi hari dalam firman-Nya. Karakter itu sangat penting dan Yefta
mengabaikan hal ini. Iblis selalu senantiasa selalu memasang jerat tetapi
apabila anda mempunyai karakter didalam Tuhan dimana anda tetap tinggal dan
percaya kepada Tuhan maka itu akan membentuk karakter anda karena anda
menantikan sampai Tuhan menjawab, sampai Tuhan menolong, dan sampai Tuhan
menyatakan diri-Nya buat hidup anda.
Yefta ini
sebenarnya mempunyai karakter pendiam dan minder, tetapi ketika dirinya
memutuskan untuk pergi meninggalkan Gilead dan keluarganya, dia menjadi orang
yang pemarah, suka protes dan sangat membenci keluarganya sedemikian rupa.
“Jangan berteman dengan
orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan seorang pemarah, supaya engkau
jangan menjadi biasa dengan tingkah lakunya dan memasang jerat bagi dirimu
sendiri.” (Amsal
22:24-25 TB)
Jadi dengan
siapa anda bergaul itu yang akan menempel atau mentrasfer dalam hidup anda. Apabila
anda bergaul dengan seorang pemarah maka anda juga akan menjadi seorang pemarah,
Firman Tuhan berkata hidup anda akan menjadi biasa dimana awalnya anda sangat
membenci akan hal itu tetapi kemudian itu menjadi biasa. Semua hal bisa
tertransfer dan dosa pun seperti itu, sehingga oleh sebab itu sangatlah penting
untuk selalu menjaga pergaulan.
“Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik”
Dengan siapa
anda bergaul maka itu akan mentrasfer hidup anda. Anda ingin melihat kehidupan
anak-anak anda seperti apa, lihatlah dengan siapa mereka bergaul? Hiduplah bergaul
dengan Roh Kudus agar supaya Roh Kudus mentransfer pribadi-Nya dalam hidup
anda.
Kesaksian: Dalam
sebuah pernikahan yang dihadiri oleh Ps hendrik seorang teman beliau menawarkan
untuk minum sedikit whiskey, teman beliau berkata ini hanya sedikit jadi tidak
apa-apa, tetapi beliau menolak itu karena dari sedikit bisa bertambah sedikit
dan terus bertambah sampai kemudian seperti yang Firman Tuhan katakan itu
kemudian menjadi biasa.
Ketika iblis
ingin menjerat itu tidak langsung sekaligus tetapi pelan-pelan, jadi janganlah
bergaul dengan orang yang anda lihat pergaulannya salah atau jatuh kedalam
dosa. Bergaul adalah orang yang memberikan banyak waktunya berbicara tukar
pikiran dan jalan bersama-sama sehingga membuat anda menjadi biasa. Pergaulan anda
haruslah menjadi pergaulan sesama saudara seiman yang membangun iman satu
dengan yang lain dan membawa setiap kita semakin dekat dengan Tuhan.
“Beberapa waktu kemudian bani Amon berperang melawan orang Israel. Dan
ketika bani Amon itu berperang melawan orang Israel, pergilah para tua-tua
Gilead menjemput Yefta dari tanah Tob. Kata mereka kepada Yefta: "Mari,
jadilah panglima kami dan biarlah kita berperang melawan bani Amon." Tetapi
kata Yefta kepada para tua-tua Gilead itu: "Bukankah kamu sendiri membenci
aku dan mengusir aku dari keluargaku? Mengapa kamu datang sekarang kepadaku,
pada waktu kamu terdesak?
Kemudian berkatalah para tua-tua Gilead kepada Yefta:
"Memang, kami datang kembali sekarang kepadamu, ikutilah kami dan
berperanglah melawan bani Amon, maka engkau akan menjadi kepala atas kami, atas
seluruh penduduk Gilead." Kata Yefta kepada para tua-tua Gilead:
"Jadi, jika kamu membawa aku kembali untuk berperang melawan bani Amon,
dan TUHAN menyerahkan mereka kepadaku, maka akulah yang akan menjadi kepala
atas kamu?" Lalu kata para tua-tua Gilead kepada Yefta: "Demi TUHAN
yang mendengarkannya sebagai saksi antara kita: Kami akan berbuat seperti
katamu itu.” (Hakim-hakim
11:4-10 TB)
Mari pastikan
anda telah mempersiapkan diri ketika Tuhan ingin mempromosikan hidup anda dengan
menerima tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan-Nya. Jangan memilih untuk
hidup dalam kepahitan dan melewatkan waktu dan kesempatan yang Tuhan berikan
seperti yang Yefta lakukan dan ini bisa menjadi pelajaran bagi anda. Ketika orang-orang
dari Gilead kemudian datang memanggilnya kembali tetapi karena hatinya
kepahitan, marah dan kecewa dengan Tuhan, dia justru menolak panggilan itu. Tuhan
sebenarnya ingin mempromosi Yefta, Tuhan memilihnya menjadi panglima perang
tetapi jawaban Yefta justru penuh dengan kepahitan dan penolakan karena dia
bergaul dengan orang-orang yang salah, orang-orang yang juga penuh dengan
kepahitan dan kemarahan.
Jawaban Yefta
ini seperti kata Firman Tuhan dalam Pengkhotbah 10:1 tadi bahwa kepahitan itu
seperti lalat yang mati dalam sebuah urapan Tuhan, kepahitan membuat urapan itu
menjadi bau dan busuk sehingga anda tidak bisa melakukan pengurapan Tuhan. Ketika
waktu promosi itu datang dalam hidup anda, sekali lagi pastikanlah anda adalah
orang-orang yang siap untuk dipakai oleh Tuhan dengan selalu menjaga hati untuk
tetap percaya kepada Tuhan.
“Tetapi Yusuf berkata
kepada mereka: "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang
kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah
mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi
sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Jadi janganlah
takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga."
Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan
perkataannya.” (Kejadian
50:19-21 TB)
Yusuf mengalami
hal yang kurang lebih sama tetapi respon yang diberikan oleh Yusuf berbeda
karena karakter yang Yusuf miliki memang berbeda dengan Yefta. Mental yang
dimiliki oleh Yefta adalah dia selalu menempatkan dirinya sebagai seorang
korban (Victim mental) yang dirasakan oleh Yefta adalah segala sesuatu yang terjadi
atas dirinya adalah sebagai korban dan
inilah yang membuatnya jauh dari Tuhan dan membuatnya kepahitan. Berbeda dengan
Yusuf, dia adalah orang yang selalu ingin memberikan penghiburan, dia mengerti
dan percaya bahwa ada tujuan dan rencana Tuhan atas hidupnya.
Mari menempatkan hidup anda untuk selalu
percaya dan jangan sebagai korban. Iblis selalu memanahkan dan membisikkan bahwa
seakan-akan segala sesuatu yang terjadi, setiap kita adalah korban. Itu adalah
siasat dari iblis untuk membuat anda menjadi lemah, kecewa, marah dan kemudian
menjadi pahit. Mari memilih selalu berkata seperti Yusuf bahwa Tuhan pasti
mempunyai maksud, tujuan untuk mereka-rekakan segala yang baik buat hidup anda
dan untuk hidup menjadi berkat bagi satu bangsa, jadilah orang yang selalu
percaya kepada Tuhan apa pun yang terjadi.
Tantangan, tekanan dan masalah yang
dialami oleh Yusuf sebenarnya jauh lebih berat dibandingkan dengan apa yang
dialami oleh Yefta. Yusuf tidak hanya sekedar diusir bahkan awalnya sebenarnya
dia hendak dibunuh oleh saudara-saydaranya tetapi kemudian akhirnya dijual
menjadi budak di Mesir. Yusuf seharusnya mempunyai banyak alasan untuk kecewa
tetapi yang luar biasa dari Yusuf adalah tidak sedikit pun dia kecewa karena
hatinya selalu percaya pada rencana Tuhan. Ini berbeda dengan Yefta ketika
promosi itu datang, dia menolak karena merasa bahwa dia adalah korban sehingga
yang keluar dari hatinya adalah kepahitan.
“Maka Yefta ikut dengan para tua-tua Gilead, lalu bangsa itu mengangkat
dia menjadi kepala dan panglima mereka. Tetapi Yefta membawa seluruh perkaranya
itu ke hadapan TUHAN, di Mizpa.” (Hakim-hakim
11:11 TB)
Ketika membaca ayat diatas sekilas
terlihat bahwa hidup Yefta telah berubah karena akhirnya dia mau ikut dengan
para tua-tua Gilead kembali ke Gilead dan diangkat menjadi kepala dan panglima,
ternyata tidak karena ketika menghadap kepada Tuhan yang Yefta hadapkan bukan
kerinduan hatinya kepada Tuhan tetapi untuk masalahnya untuk ditolong dan
dibela oleh Tuhan. Ini bisa menjadi pelajaran buat setiap kita bahwa ketika
menghadap kepada Tuhan di hati setiap kita bukan hanya untuk mendapatkan
jawaban atas setiap masalah kita, tetapi benar-benar yang setiap kita rindukan
adalah pribadi Tuhan itu sendiri. Apabila setiap kali orang datang kepada Tuhan
hanya untuk sebuah jawaban dari doa maka yang terjadi orang hanya terfokus hanya
untuk menceritakan akan semua masalahnya padahal yang Tuhan inginkan adalah
setiap kali anak-anak-Nya datang, ada korban yang dibawa di hati setiap
anak-anak-Nya, yang datang hanya ingin berjumpa dan berbicara dari hati ke hati
dengan-Nya sehingga hadirat-Nya menjadi kesukaan bagi setiap anak-anak-Nya. Doa
dan Hadirat-Nya tidak lagi menjadi tempat untuk curhat bagi setiap masalah tetapi
Hadirat-Nya menjadi tempat kesukaan, tempat dimana setiap kita bertemu dan
berbicara hati ke hati dengan Tuhan, tempat dimana setiap kita bisa bergaul dan
mengenal akan hati-Nya, tempat dimana Tuhan mentransfer kehidupan ilahi-Nya
hari demi hari di hidup setiap kita.
Mari jadikan Hadirat-Nya menjadi tempat
kesukaan setiap kita seperti tempat yang lebih dipilih oleh Maria dimana Tuhan
Yesus berkata kepadanya bahwa tempat yang dipilih-Nya untuk selalu berada di
kaki Tuhan adalah tempat yang terbaik yang tidak pernah bisa diambil orang lain
daripadanya dimana Maria memilih duduk dan mendengarkan Tuhan, Maria memilih
untuk bergaul dengan Tuhan sedangkan Marta sibuk dengan banyak hal dan melupakan
tempat terbaik yaitu duduk dibawah kaki Tuhan. Jadi Hadirat Tuhan adalah tempat
dimana hati anda dan hati Tuhan menyatu menjadi satu, tempat dimana anda
mencurahkan atau menumpahkan isi hati anda dan anda juga mendengarkan apa isi
hati Tuhan dan apa yang menjadi kerinduan-Nya atas hidup anda.
“Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu
berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir
itu.” (Kejadian
39:2 TB)
Yefta seharusnya bisa belajar dari
kehidupan Yusuf dimana Firman Tuhan diatas berkata bahwa selalu ada hadirat dan
penyertaan Tuhan atas hidup Yusuf karena Yusuf
selalu bergaul dengan Tuhan, dengan Roh Kudus. Setiap kali datang kepada
Tuhan mari datang dengan hati tersungkur dengan kerinduan hanya untuk bertemu
dengan Tuhan, berbicara dengan-Nya dari hati ke hati bukan dengan membawa
segala perkara dan masalah. Ketika anda dipuaskan oleh Tuhan maka anda tidak
akan menginginkan lagi yang lain, tidak ada lagi yang menarik buat hidup anda
selain hadirat-Nya. Jadi mari ijinkanlah Tuhan untuk memuaskan hidup anda dan
bukan yang lain, mari jadikan Tuhan sebagai sumber segalanya bagi hidup anda
karena DIA adalah cinta terbesar yang tidak pernah berhenti mengasihi anda, gelora
cinta-Nya seperti samudera yang terus bergulung-gulung dan bergemuru tidak
pernah berhenti untuk hidup setiap kita, yang setiap kita nikmati dalam
hadirat-Nya.
Hanya hadirat Tuhan yang bisa memuaskan
setiap kita, tidak ada yang lain. Oleh sebab itu hidup kekristenan adalah bukan
sebuah agama, hidup kekristenan bukan sebuah liturgi tetapi hidup kekristenan
adalah hubungan pribadi setiap kita dengan Tuhan. Seberapa anda mengenal-Nya? Seberapa
dekat anda mengenal-Nya? Seberapa hidup anda ditransfer oleh hidup-Nya? Maka anda
akan masuk kedalam hidup Tuhan dan hidup Tuhan masuk kedalam hidup anda karena
Tuhan Yesus telah membayar mahal untuk sebuah hubungan dengan nyawanya sendiri
di atas kayu salib karena Tuhan mengetahui bahwa setiap kita (anda dan saya)
tidak akan pernah bisa kuat tanpa sebuah hubungan yang kuat dengan-Nya, jadi
mari puaskan hidup hanya dengan Tuhan, jadikan hadirat-Nya menjadi segalanya
dalam hidup setiap kita.
Bagaimana caranya berbalik kepada Tuhan?
"Tetapi sekarang juga," demikianlah firman TUHAN,
"berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan
menangis dan dengan mengaduh." Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu,
berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang
sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya. Siapa
tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, dan ditinggalkan-Nya berkat,
menjadi korban sajian dan korban curahan bagi TUHAN, Allahmu.” (Yoel
2:12-14 TB)
Berpuasa itu baik karena itu membuat
anda berbalik kepada Tuhan dimana anda merendahkan diri dan fokus hanya kepada
Tuhan dan tidak lagi memusingkan hal-hal yang lain. “Dengan menangis dan dengan
mengaduh." Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu.” Ini adalah jeritan
pertobatan dan penyesalan dengan membawa hati anda yang hancur kepada Tuhan,
mengetahui bahwa yang anda dukakan atau sakiti adalah Tuhan, tetapi Tuhan tidak
akan pernah menjauh karena itu adalah kerinduan-Nya yang terbesar ketika
anak-anak-Nya berbalik dimana Dia akan selalu memeluk anda dengan kasih-Nya.
“Lalu Roh TUHAN menghinggapi Yefta; ia berjalan melalui daerah Gilead dan
daerah Manasye, kemudian melalui Mizpa di Gilead, dan dari Mizpa di Gilead ia
berjalan terus ke daerah bani Amon. Lalu bernazarlah Yefta kepada TUHAN,
katanya: "Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu ke dalam
tanganku, maka apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu
aku kembali dengan selamat dari bani Amon, itu akan menjadi kepunyaan TUHAN,
dan aku akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran.” (Hakim-hakim 11:29-31 TB)
Sewaktu datang kepada Tuhan, berikanlah
korban sajian dan korban bakaran. Korban sajian adalah korban persiapan
sedangkan korban bakaran berbicara tentang hubungan hati ke hati anda dengan
Tuhan. Anda datang kepada Tuhan apa adanya diri anda atau anda datang seperti
anak kecil yang polos dan jujur dan berbicara kepada-Nya dari hati ke hati
untuk Tuhan pulihkan.
Tuhan sebenarnya tidak pernah meminta
korban bakaran kepada Yefta karena Tuhan telah menjadi korban bakaran melalui
kematian-Nya diatas kayu salib. Yang jadi masalah adalah karakter dari Yefta
dimana Yefta sendiri bermasalah dengan saudara dan keluarganya. Diatas sudah
dijelaskan bahwa karakter itu begitu penting, seandainya karakter Yefta siap
maka ketika Tuhan ingin mencurahkan berkat-Nya, karakter Yefta untuk menerima
itu sudah siap. Peninggian atau promosi dari Tuhan itu sangat berkaitan dengan
karakter setiap kita, bukan Tuhan yang tidak siap untuk memberkati setiap kita
tetapi karakter yang Tuhan dapati belum siap. Sewaktu karakter seseorang belum
siap dan diberikan berkat maka yang terjadi adalah orang tersebut akan
terhilang dan meninggalkan Tuhan. Sewaktu karakter setiap kita sudah siap maka
Tuhan tidak akan berlama-lama untuk meninggikan, mempromosi memberkati dan
mempercayakan banyak hal dalam hidup setiap kita. Karakter ini mempengaruhi kharisma
dan berkat Tuhan didalam hidup setiap kita, jadi mari mempersiapkan karakter.
“Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu
diambil dari padanya. Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di
situ ada kemerdekaan.” (2
Korintus 3:16-17 TB)
Sewaktu Roh Allah turun maka korban
bakaran tidak diperlukan lagi karena ketika Roh Allah turun di situ ada
kemerdekaan. Yefta sebenarnya terbiasa hidup dalam lingkungan yang penuh dengan
kepahitan, kekecewaan dan kemarahan dan Yefta menganggap semua itu adalah hal
yang biasa, yang tanpa dia sadari itu kemudian menjadi karakter dalam hidupnya.
Seringkali setiap kita berkata bahwa hidup kita hancur karena perbuatan iblis,
tetapi sebenarnya tanpa campur tangan iblis pun hidup seseorang bisa hancur
yaitu sewaktu hidupnya jauh dari Tuhan. Inilah mengapa hidup setiap kita tidak
akan pernah bisa kuat sedetik pun ketika jauh dari Tuhan, jadi sangat penting
untuk selalu dekat dengan Tuhan karena hanya dekat Tuhan saja kita kuat.
Apabila membaca kisah Yefta selanjutnya
di ayat 12 dimana ketika Yefta kembali, berperang dengan saudara-saudaranya dan
ketika Yefta memenangkan itu yang muncul kemudian adalah kesombongan. Yefta begitu
menyombongkan dirinya, tinggi hati dan merasa bahwa semua kemenangan atas bani
Anom itu karena kepemimpinan dan usahanya.
“Akhir suatu hal lebih baik dari pada awalnya. Panjang sabar lebih baik
dari pada tinggi hati. Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah
menetap dalam dada orang bodoh. Janganlah mengatakan: "Mengapa zaman dulu
lebih baik dari pada zaman sekarang?" Karena bukannya berdasarkan hikmat
engkau menanyakan hal itu.” (Pengkhotbah
7:8-10 TB)
“Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu
sekarang mengakhirinya di dalam daging.” (Galatia 3:3 TB)
Mari belajar dari kehidupan Yefta ini
dimana dia memulainya dengan roh namun dia mengakhirinya dengan daging. Apabila
anda membaca di ayat yang ke-12 yang terjadi adalah perang saudara. Apabila ada
karakter Yefta dalam hidup anda, mintalah untuk Tuhan mencabut itu, singkirkan
segala kerikil-kerikil itu dari dalam hati anda dan datang kepada Tuhan dengan
segala kepolosan hati anda.
Amen,
Tuhan Yesus Memberkati…