MEMASARKAN
TUAIAN
(berkat
pelipatgandaan)
Virtual meeting bersama
Ps Joseph Hendrik Gomulya, M.Th
Apabila
membaca judul kotbah ini terdengar seperti judul dari sebuah seminar pemasaran
hasil pertanian. Hari ini kita akan belajar bagaimana hasil tuaian itu bisa
memiliki value sehingga terjadi pelipatgandaan. Setiap kita mengetahui bahwa
seorang petani akan melewati beberapa tahapan-tahapan sampai memperoleh atau
menuai hasil dari apa yang ditanam dan telah ditaburnya. Adapun tahapan-tahapan
yang selama ini kita ketahui adalah sebagai berikut:
2) BEKERJA mempersiapkan lahan.
3) BEKERJA menabur benih.
4) BEKERJA merawat dan memberi pupuk.
5) BEKERJA menuai (panen).
“1)
Maka timbullah kelaparan di negeri itu. -- Ini bukan kelaparan yang pertama,
yang telah terjadi dalam zaman Abraham. Sebab itu Ishak pergi ke Gerar, kepada
Abimelekh, raja orang Filistin 2) Lalu Tuhan menampakkan diri
kepadanya serta berfirman: “Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang
akan Kukatakan kepadamu. 3) Tinggallah di negeri ini sebagai orang asing,
maka Aku akan menyertai engkau dan memberkati engkau, sebab kepadamulah dan
kepada keturunanmu akan Kuberikan seluruh negeri ini, dan Aku akan menepati
sumpah yang telah Kuikrarkan kepada Abraham, ayahmu.” (Kejadian 26:2-3 TB)
“Maka
menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil
seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN.” (Kejadian 26:12 TB)
Apabila seorang petani memiliki lahan
seluas 1 hektar, kemudian dia mempersiapkan lahan tersebut yang kemudian
ditaburi dengan benih gandum, dirawat dan diberi pupuk dan setiap panennya
petani ini bisa menuai atau memanen sebanyak 5 ton gandum. Nah pada ayat diatas
firman Tuhan berkata Ishak menabur di tanah yang kering dan kemudian menuai
seratus kali lipat ditahun itu juga. Kita umpamakan petani ini adalah Ishak,
apakah Ishak secara tiba-tiba akan menuai gandum sebesar 500 ton gandum karena
menuai seratus kalo lipat? Rahasianya dimana? Ternyata masih ada satu proses
lagi yang banyak orang atau petani yang tidak mengetahuinya, yaitu tahapan
BEKERJA memasarkan tuaian tersebut.
Kebanyakan penuai hanya fokus
bagaimana menuai sebanyak-banyaknya tetapi tidak mengetahui bagaimana
memasarkan dan menjual tuaian tersebut. Berbeda dengan Ishak yang mampu melihat
peluang atau kesempatan sehingga dia mengetahui tahapan tersebut sehingga hasil
yang didapatkannya seratus kali lipat. Kok bisa? Bagaimana caranya?
Perlu diingat bahwa Ishak menabur
benih pada saat masa kekeringan atau kelaparan sedang melanda, dia bekerja
keras sedari awal mempersiapkan lahannya, menggali kembali sumur-sumur ayahnya,
merawat benih-benih tersebut sampai masa tuaian itu tiba. Pada masa kekeringan
atau kalaparan semua barang harganya pasti sangat mahal, dan gandum yang
dimiliki oleh Ishak selain kualitasnya baik dia juga mampu memasarkan dan
menjualnya dengan sangat baik. Jadi inilah rahasia bagaimana Ishak bisa menuai
seratus kali lipat.
Bagaimana penerapan konsep tersebut
dalam pelayanan? Nah Saat-saat sulit seperti ini, saat seseorang melayani dan
memperhatikan tuaian atau jiwa-jiwa yang dilayaninya dengan baik. Maka setiap
jiwa-jiwa yang dituai akan bercerita kepada banyak orang tentang pelayanan yang
diterimanya karena saat orang lain menjauh dan tidak memperhatikan mereka,
orang ini justru melayani dan memperhatikan mereka. Kasih, pelayanan dan
perhatian kepada jiwa-jiwa akan terlihat berbeda karena yang dibagikan adalah
kasih Tuhan. Jadi pelipatgandaan tuian akan terjadi dengan sangat cepat di
saat-saat seperti ini.
Yang mesti setiap kita pelajari di
saat-saat seperti ini adalah bagaimana memiliki respon yang cepat menangkap perubahan,
menangkap setiap peluang atau kesempatan dan cepat menangkap apa yang Tuhan
inginkan. Hanya orang-orang yang memiliki respon cepat menangkap apa isi hati
Tuhan yang akan bisa bertahan dan berhasil dalam pelayanannya.
Gereja sebenarnya adalah wadah atau
tempat untuk melatih jiwa-jiwa atau jemaat. Melatih karakter dan melatih
seseorang sampai dirinya dipercaya oleh Tuhan dalam banyak hal sampai berhasil
dan hidupnya bisa berdampak sampai orang tersebut juga menjadi seorang penuai.
Jadi gereja jangan hanya fokus kepada ibadah tetapi harus bisa melatih
jiwa-jiwa atau jemaat melalui kotbah yang bisa mengubahkan karakter mereka,
selalu ada pewahyuan firman Tuhan yang disingkapkan dan pengertian-pengertian
baru yang diberikan.
Kemajuan jemaat bergantung dari
makanan rohani yang mereka terima. Kapasitas yang Tuhan berikan kepada anda
bergantung daripada apakah kapasitas anda juga meningkat atau tidak? Apakah
pola pikir anda meningkat atau tidak? Cara anda berhubungan atau berkomunikasi
dengan orang lain apakah meningkat atau tidak? Karena hasil dari seseorang
berjemaat terlihat dari dampak yang diterima oleh seseorang selama berjemaat.
Nah inilah yag perlu di evaluasi oleh gereja, yang dalam dunia bisnis inilah
yang disebut dengan memasarkan hasil tuaian.
Jadi jangan sampai tuaian yang
didapatkan tetapi kemudian tidak berbuat apa-apa. Jangan sampai jiwa-jiwa atau
jemaat hanya datang beribadah setiap minggu, menjadi jemaat tetap, memberi
persembahan dan perpuluhan tanpa pernah melatih mereka. Setiap jiwa-jiwa atau
jemaat harus bisa dimuridkan atau dibapai sebagai bekal atau persiapan bagi
mereka juga untuk melayani Tuhan, menjadi penuai di ladang Tuhan dan untuk
mereka bisa berhasil di tengah masyarakat sehingga itu harus dilakukan
terus-menerus.
Tetapi sayangnya banyak gereja Tuhan
yang terjebak dalam konsep agamawi dengan hanya memberi ruang dan kesempatan
orang datang beribadah dan tidak berbuat apa-apa karena pengajaran dan sikap
sehari-harinya memang sudah seperti itu, bahwa yang melayani hanyalah gembala
dan orang-orang tertentu atau pilihan. Padahal semua orang yang sudah percaya,
itu sudah dipilih Tuhan berbeda dengan konsep Perjanjian Lama.
“Kata-Nya
kepada mereka: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu
mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja
untuk tuaian itu.” (Lukas 10:2 TB
Tanggung jawab gereja adalah bagaimana
menghasilkan penuai-penuai dengan memberi mereka kesempatan dan ruang. Nah
dalam komsel, itulah tempat pelatihannya. Di situ mereka belajar bagaimana
memberikan kesaksian, belajar bagaimana memimpin pujian, belajar bermain musik,
belajar bagaimana sharing atau membagikan firman Tuhan, tempat dimana benih
kasih itu ditanamkan dan tempat dimana mereka bisa saling mengasihi dan
memperhatikan satu sama lainnya sampai kemudian mereka juga bisa merangkul
orang lain. Melalui komsel inilah hasil tuian tersebut mempunyai value dan
kualitasnya semakin meningkat. Itulah rahasia bagaimana tuaian bisa dituai
seratus kali lipat dengan cepat.
Jadi tuaian itu adalah jiwa-jiwa,
seberapa berharga jiwa-jiwa tersebut bergantung dari bagaimana mereka dilatih
dan dipersiapkan sebelumnya sampai kualitas yang mereka miliki semakin
meningkat. Memaksimalkan potensi yang mereka miliki dan membawa mereka kepada
destiny Tuhan atau membantu mereka menemukan destiny mereka maka mereka akan
mengejar hal itu.
Melatih jiwa-jiwa atau jemaat akan
membuat kualitas tuaian terus menjadi semakin bernilai dari waktu ke waktu
sampai mereka juga menjadi penuai dan memuridkan yang lain. Mari setiap kita
menginvest waktu dan tenaga untuk melatih dan memberikan mereka arahan.
Hari-hari ini adalah peluang atau kesempatan untuk memenangkan banyak jiwa-jiwa
dengan bergerak dan juga memotivasi orang lain untuk juga bergerak
bersama-sama.
Amin, Tuhan Yesus Memberkati.
Jurnalis: Untung
Bongga Karua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar