"I am not what the devil and world say about me, but I was G-D says, and I will go into in the end-time destiny for my life."
Kamis, 31 Agustus 2017
BERGULAT DENGAN TUHAN (Bagian Pertama)
Minggu, 27 Agustus 2017
BLESSING UNDER PRESSURE (Bagian Kedua)
(Morning Devotion at Radio Pelangi Makassar, 02/08/2017)
Ps Joseph Hendrik Gomulya
Kotbah ini masih lanjutan dari serial kotbah Power Under Pressure dan ini adalah kelanjutan dari pembahasan sebelumnya yakni berkat dibawah Pressure, tekanan atau penderitaan, BLESSING UNDER PRESSURE.
Sebelumnya kita akan merefresh kembali apa yang Tuhan sampaikan dalam 3 serial kotbah sebelumnya dimana Tuhan sebenarnya mengijinkan setiap kita untuk mengalami yang namanya Pressure, tekanan atau penderitaan untuk suatu tujuan yang baik buat hidup setiap kita sehingga kita bisa menjalaninya dengan pengertian dan bisa menangkap tujuan Tuhan.
Sangat banyak orang bahkan sampai saat ini yang beranggapan bahwa ketika mereka mengalami yang namanya pressure, tekanan atau penderitaan itu semua adalah buah dari dosa atau kesalahannya padahal tidak semuanya seperti itu seperti penderitaan yang harus dialami oleh Ayub dimana Tuhan mengijinkan semua itu agar Ayub mengenal dan mengalami Tuhan secara pribadi dan bukan lagi dari perkataan orang sehingga kemudian Tuhan mengangkat hidup Ayub lebih tinggi lagi dari sebelumnya. Jadi mari melihat tujuan Tuhan terlebih dahulu bahwa semua pressure, tekanan atau penderitaan yang kita alami adalah ada tujuan Tuhan agar kita memiliki pengenalan akan Tuhan lebih lagi dan mengalami kemuliaan-Nya.
Dalam serial kotbah yang sebelumnya ada beberapa hal yang telah kita pelajari bahwa ketika mengalami atau menghadapi pressure, tekanan atau penderitaan kita harus selalu mengingat penyertaan dan kebaikan Tuhan, bagaimana Tuhan menyelamatkan, menolong atau apapun perbuatan ajaib yang Tuhan pernah buat sebelumnya didalam hidup kita maka pertolongan dan penyertaan-Nya yang sama akan kita alami kembali. Ini juga membuat kita tidak pernah kehilangan pengharapan karena dengan pengharapan itu membuat kita terus tetap tinggal, tetap percaya dan tetap berjalan dengan iman sehingga tidak akan ada lagi persungutan yang keluar dari mulut kita. Tanda seseorang kehilangan pengharapan didalam hidupnya adalah ketika dirinya mulai bersungut-sungut.
Pelajaran kedua yang Tuhan berikan sewaktu kita diijinkan mengalami pressure, tekanan atau penderitaan adalah kita mengetahui bahwa diri kita tidak penting karena hanya Tuhan yang penting. Pressure, tekanan atau penderitaan membuat kita juga menyadari bahwa kita tidak ada apa-apanya, apabila kita sudah sampai di titik seperti yang dialami oleh Rasul Paulus dimana berulang-ulang kali dirinya seperti mengalami jalan buntu sampai harus mempertaruhkan nyawanya. Kita hanya bermegah didalam Kristus, Tuhan yang bertambah besar dan kita semakin berkurang, semua hal yang bisa kita lakukan semuanya karena anugerah Tuhan, inilah yang menghindarkan kita untuk jatuh dalam kesombongan. Semakin kita mengerti bahwa kita ini tidak penting, yang terpenting adalah Tuhan maka hidup kita akan semakin diangkat Tuhan dan jangan hanya sebatas ucapan di mulut saja tetapi harus sungguh-sungguh diwujudkan dalam perkataan dan tindakan kita.
"Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi"
(2 Korintus 1 : 10 TB)
Berkat ketiga yang kita peroleh setelah mengalami pressure, tekanan atau penderitaan adalah kita menjadi lebih baik, menghasilkan kuasa Tuhan. Semakin besar pressure, tekanan atau penderitaan yang dialami maka semakin besar kuasa yang dihasilkan. Jadi ketika kita meminta kuasa yang dari Tuhan atau meminta pengurapan dari Tuhan untuk hidup kita menjadi berkat bagi jiwa-jiwa maka kita harus mengerti suatu hal yaitu kita harus siap untuk mengalami pressure, tekanan atau penderitaan yang lebih besar dimana disitulah kuasa yang besar itu dihasilkan. Tidak akan ada cerita yang sungguh-sungguh bisa menjadi berkat tanpa melalui pressure, tekanan atau penderitaan, jadi mari sebagai orang percaya melihat semua proses itu sebagai sebuah kesempatan untuk Tuhan dimuliakan, sebagai kesempatan ilahi dimana Tuhan menyatakan dirinya.
"Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan" (Roma 5 : 3 TB)
"And not only this, but [with joy] let us exult in our sufferings and rejoice in our hardships, knowing that hardship (distress, pressure, trouble) produces patient endurance" (Roma 5 : 3 AMP)
Dikatakan “Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita”, dalam terjemahan bebas Amplified Bible (AMP) dikatakan Bermegah dalam pressure, tekanan atau penderitaan dimana itu menghasilkan ketekunan. Jadi sewaktu mengalami pressure, tekanan atau penderitaan kita tidak seharusnya bersedih tetapi bermegah dan mengucap syukur, itu kelihatan dari respon dan sikap hati kita. Ada banyak orang yang terus-menerus mengalami penderitaan atau kesengsaraan dalam hidupnya tetapi Tuhan juga tidak pernah sungguh-sungguh dimuliakan karena diresponi dengan kemarahan, kekecewaan dan Kepahitan sehingga tidak ingin lagi terlibat dalam pelayanan dan justru semakin menjauh dari Tuhan. Mari menjadi dewasa didalam Tuhan dengan mempunyai respon yang dewasa dan sesuai dengan firman Tuhan. BERMEGAH disini berarti kita memuliakan Tuhan, mengucap syukur, meninggikan Tuhan dan semakin bersungguh-sungguh melayani Tuhan karena tujuan dari pressure, tekanan atau penderitaan adalah untuk membawa kita semakin tekun, beriman dan mempunyai pengharapan melalui Kristus.
Dalam artikel serial kotbah diatas dan serial kotbah sebelumnya sudah dijelaskan bahwa seringkali kita berdoa kepada Tuhan untuk memberi kita passion maka yang Tuhan berikan adalah pressure, tekanan atau penderitaan dimana ini adalah cara Tuhan agar supaya passion atau cinta kita akan Tuhan semakin naik, jadi untuk menghasilkan passion yang kuat maka takaran pressure, tekanan atau penderitaannya akan semakin besar atau kuat. Apabila takaran pressure, tekanan atau penderitaan belum membuat kita bersungguh-sungguh dengan Tuhan maka akan ada pressure, tekanan atau penderitaan yang lebih besar lagi agar passion yang didalam kita keluar. Inilah adalah cinta dan kasih Tuhan kepada setiap kita karena dengan passion kita bisa mengerjakan banyak hal dan itu sangat berbeda dengan melakukan sesuatu tanpa ada passion dimana kita melakukan sesuatu tanpa ada gairah.
Setiap kita adalah orang-orang yang dipilih Tuhan, seperti Daniel yang mengalami pressure, tekanan atau penderitaan ketika dibuang ke gua singa, tetapi dalam penderitaan itu Tuhan menyatakan kuasa-Nya yang luar biasa. Begitupun dengan Yusuf yang dijual dan dijadikan budak bahkan awalnya sebenarnya hendak dibunuh oleh saudara-saudaranya, bahkan kemudian harus mengalami hidup dalam penjara dalam waktu yang lama dimana itu adalah cara Tuhan untuk mempersiapkan Yusuf menjadi Perdana Menteri. Jadi pressure, tekanan atau penderitaan yang lebih besar adalah kesempatan untuk kita mengalami kuasa Tuhan, mengalami kemuliaan Tuhan dan mengalami Tuhan yang hidup. Ketika Tuhan ingin mengangkat hidup kita maka yang kita alami awalnya bukan kebaikan tetapi justru sepertinya kehancuran dimana itu adalah bagian dari proses untuk mempersiapkan kita, apabila kita bisa mengerti akan hal ini maka respon kita ketika mengalami pressure, tekanan atau penderitaan akan sangat berbeda karena itu adalah kesempatan, keunggulan, momen untuk Tuhan mempromosi dan menjadi pelajaran berharga ketika kita dibawah naik oleh Tuhan. Semakin lama kita berada dalam pressure, tekanan atau penderitaan seharusnya ada sebuah posisi yang sungguh-sungguh tinggi karena didalam pressure, tekanan atau penderitaan yang terus-menerus itu berarti kita sedang dipersiapkan, kita melihat bagaimana Tuhan bekerja, melihat keajaiban dan kuasa yang Tuhan kerjakan.
Pressure, tekanan atau penderitaan juga menghasilkan atau menaikkan level penyembahan seseorang karena ketika mengalami itu orang pasti akan mencari kaki Tuhan, hatinya akan berseru dan terkoneksi dengan Tuhan dan kemudian menghargai bagaimana hubungan bergantung kepada Tuhan. Di titik yang paling dasar ini orang terkadang tidak mempunyai lagi pegangan selain hanya bergantung dan berharap kepada Tuhan, di titik inilah lahir penyembah-penyembah yang sungguh-sungguh menaruh seluruh hidupnya di tangan Tuhan, hidupnya tidak bisa jauh dari Tuhan, hatinya menyatu, melekat, sepakat dan berjalan bersama Tuhan serta tidak memiliki lagi keinginan yang lain.
Firman ini seperti permata berharga yang tidak pernah dilihat orang, kelihatannya hanya seperti sebuah bongkahan batu yang biasa yang belum terbentuk, tidak banyak orang yang mengetahui betapa bernilai permata yang ada didalam bongkahan itu. Batu itu harus digosok dengan sebuah tekanan dan gesekan yang lebih keras agar bisa didapatkan sebuah bongkahan pemata dan ketika permata itu jatuh ke ahli pembuat permata, dia akan mengetahui bagaimana cara membentuk permata itu menjadi permata yang indah, berkilau dan sangat bernilai.
Hidup setiap kita sebenarnya seperti permata yang mempunyai nilai yang besar tetapi apabila kita tidak mengijinkan atau menaruh kita kepada penjunan atau ahli pembuat permata yaitu Tuhan sendiri, Dia satu-satunya yang ahli bagaimana membentuk sudut-sudut dari hidup kita agar berkilau dan bersinar dimana awalnya semua kotoran dihidup kita harus disingkirkan. Bagian permukaannya harus di cuci terlebih dahulu kemudian sudut-sudutnya harus dibentuk dengan cara ditekan, dipukul dan digosok. Tekanan dan cara dalam memukul dan menggosok sebuah permata berbeda satu sama yang lainnya, bahkan banyaknya sudut yang harus di potong juga berbeda-beda. Tuhan adalah satu-satunya yang ahli dalam membentuk hidup kita, pilihannya adalah apakah kita mau mempercayai atau tidak bahwa setelah pressure, tekanan atau penderitaan kita menjadi lebih baik.
Pressure, tekanan atau penderitaan adalah tempat dimana kita bermegah karena Tuhan akan memproduksi kuasanya yang lebih besar, semakn besar tekanannya semakin besar kuasa yang dihasilkan. Pressure, tekanan atau penderitaan adalah golden time untuk kita mengalami kuasa yang lebih besar. apabila kita dianiaya oleh orang lain, digosipin, atau dijelekkan oleh orang lain, milikilah respon bermegah dengan mengucap syukur dan tetap percaya kepada Tuhan maka kita akan melihat Tuhan justru mempromosi atau mengangkat hidup kita lebih tinggi, Tuhan akan membawa dan mempercayakan banyak hal dan Nama Tuhan dipermuliakan.
Amen, Tuhan Yesus Memberkati…
Senin, 14 Agustus 2017
PADANG GURUN
Oleh: Mikhael IIN Tjipto
Writer: Hana Cherry Eliezer
Yeremia 2:2
"Pergilah memberitahukan kepada penduduk Yerusalem dengan mengatakan: Beginilah firman TUHAN: Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di negeri yang tiada tetaburannya".
Ada banyak orang ikut Tuhan karena ingin banyak hal dariNya: ingin dilepaskan, ingin hidupnya diberkati, ingin disembuhkan dsb. Tapi untuk bisa belajar cinta yg sesungguhnya, diperlukan untuk sampai ke titik dimana kita ikut Tuhan ke padang gurun.
Tuhan minta hal yg sama ke Musa, Daud, Yusuf, Yesus. Tiba-tiba Tuhan tidak bawa naik saudara ke atas, Tuhan tidak berkati tapi malah bawa engkau turun ke bawah, masuk ke padang gurun yg kering. Saat ini semua terjadi, seberapa cintamu buat Tuhan? Saat engkau tidak dianggap, apakah engkau mendoakan mereka semua yg lebih terlibat, apakah engkau melayani mereka, siapkan mereka, bantu mereka, bereskan semuanya? Itulah pelayanan.
Pelayanan yg sesungguhnya adalah saat kita mengikuti Tuhan ke padang gurun.
Cinta dibangun saat engkau dapat berjalan bersamaNya di negeri yg hanya ada padang gurun, tempat yg tidak ada yg menarik, tidak bisa beli ini itu tapi hatimu penuh dengan Tuhan. Bisa dibawa ke tempat yg tidak enak, padang gurun tanpa apa2, hanya jalan dengan Tuhan, tidak melihatnya sebagai penderitaan tapi suatu kebahagiaan ❤️❤️❤️
- HCE
BLESSING UNDER PRESSURE
(Morning Devotion at Radio Pelangi Makassar, 01/08/2017)
Ps Joseph Hendrik Gomulya
Dalam 2 tulisan serial kotbah penderitaan sebelumnya yang berjudul POWER UNDER PRESSURE bagian pertama dan bagian kedua kita telah belajar bahwa ada tujuan atau rancangan Tuhan yang baik buat setiap kita ketika mengalami pressure, tekanan atau penderitaan.
Sangat banyak orang yang hanya bisa kuat sewaktu mengalami berkat seperti yang di inginkannya yaitu ketika semua keadaannya baik-baik saja, hidup di berkati dalam hal keuangan atau hidup dalam kelimpahan padahal sebenarnya ada juga berkat yang sesungguhnya yaitu BLESSING UNDER PRESSURE, berkat di bawah tekanan atau penderitaan.
Hal yang membuat orang tidak mengerti bahwa ada rencana atau tujuan Tuhan ketika mengalami pressure, tekanan atau penderitaan adalah karena menganggap bahwa itu asalnya dari iblis atau itu merupakan kesalahan atau keadaan seseorang sehingga tidak bisa menemukan atau mendapatkan berkat Tuhan ketika mengalami pressure, tekanan atau penderitaan. Sewaktu setiap kita mengerti bahwa semua itu adalah seijin Tuhan dimana ada tujuan Tuhan yang baik bagi hidup kita maka sikap, respond an cara pandang kita ketika mengalami itu akan sangat berbeda karena tidak mungkin Tuhan yang baik mengijinkan sesuatu yang tidak baik terjadi atas hidup kita.
Semua orang-orang hebat atau nabi-nabi yang hidupnya dipakai oleh Tuhan, kehebatan yang mereka alami dalam hidup mereka sebenarnya bukan seberapa hebat kuasa yang mereka terima tetapi seberapa hebat sebenarnya pressure, tekanan atau penderitaan yang mereka alami.
Kita awali dari Abraham, bagaimana Abraham harus menantikan dengan iman untuk menjadi bapa bagi banyak bangsa dimana dia harus menunggu sampai berumur 100 tahun untuk menerima seorang anak yang Tuhan janjikan. Kemudian Musa yang mengalami tekanan dari bangsa Israel yang adalah bangsanya sendiri, dia hendak dibunuh berkali-kali sampai kemudian dikatakan bahwa Musa adalah orang yang lembut hatinya, yang memimpin seuatu bangsa yang dikenal dengan ketegar tengkukannya belum lagi tekanan dari Firaun yang hendak membinasakan dirinya dan bangsa Israel dimana mereka semua dikejar dan dipojokkan di depan laut Teberau. Seringkali sewaktu orang mengikuti Tuhan dan mengijinkan Tuhan yang memimpin seringkali yang setiap kita bayangkan adalah semuanya akan tenang dan tidak ada tekanan, tetapi justru akan banyak tekanan.
Kemudian juga Yusuf yang ketika berumur 17 tahun dia awalnya hendak dibunuh oleh saudara-saudaranya tetapi kemudian akhirnya di jual dan dijadikan budak di Mesir di usianya yang masih sangat muda. Yusuf terus berbuat baik sampai kemudian dipercaya menjadi pelayan dirumah Potifar, tetapi oleh istri Potifar dia berusaha di goda sampai kemudian harus bertahun-tahun berada dalam penjara karena fitnah akibat tidak mengikuti keinginan istri Potifar. Didalam penjara Yusuf tetap menolong banyak orang sekalipun orang kemudian melupakannya tetapi ujungnya dia akhirnya menjadi Perdana Menteri di Mesir. Sebenarnya ada banyak cerita orang-orang yang mengalami pressure, tekanan atau penderitaan, seperti halnya dengan murid-murid Tuhan Yesus yang juga mengalaminya.
Seringkali kita berdoa dan berteriak kepada Tuhan untuk memberi kita PASSION dimana konsekuensinya adalah Tuhan akan mengirimkan kepada kita Pressure, tekanan atau penderitaan tetapi justru melalui inilah kemudian akan muncul PASSION di hati kita. Mari mengerti akan hal ini bahwa pressure, tekanan atau penderitaan itu diperlukan dalam hidup kita karena Tuhan memang merancangkan semua itu untuk supaya kita tidak berlari menyangkal Tuhan atau keluar dari Tuhan dengan memperkatakan hal-hal yang negatif.
(2 Korintus 1 : 8 - 11 TB)
Dalam serial kotbah sebelumnya POWER UNDER PRESSURE bagian kedua kita mengetahui bahwa ada rancangan atau tujuan Tuhan di balik pressure, tekanan atau penderitaan melalui apa yang Rasul Paulus tuliskan. Saat ini kita akan belajar beberapa hal dari pembacaan di 2 Korintus 1 : 8 - 11 ini.
1). MENGINGAT-INGAT KEMBALI PERBUATAN TUHAN YANG DAHULU.
"Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi" (2 Korintus 1 : 10 TB)
Pelajaran yang pertama, tujuan Tuhan adalah agar setiap kita kembali mengingat-ingat perbuatan-Nya yang dahulu. Sewaktu berada dalam penderitaan “BLESSSING UNDER PRESSURE" adalah adalah kita selalu menaruh pengharapan kepada Tuhan dengan cara kita selalu mengingat perbuatan Tuhan yang dahulu, bagaimana Tuhan menyelamatkan, bagaimana Tuhan bekerja, dan bagaimana penyertaan Tuhan dahulu dimana berkat yang sama dari Tuhan akan menyertai setiap kita lagi karena DIA adalah Tuhan yang sama. Seperti pressure, tekanan atau penderitaan yang dahulu dialami oleh Daud ketika istri dan anaknya ditawan dan dibawa pergi oleh musuh hendak dibunuh, belum lagi tekanan dari pasukannya sendiri dimana keluarga mereka pun mengalami hal yang sama, mereka marah dan hendak memberontak tetapi Daud tetap bisa menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan.
Ada masanya dimana dalam pressure, tekanan atau penderitaan itu setiap kita masing-masing dengan Tuhan saja. Disitulah masa dimana kita mengingat-ingat kembali perbuatan Tuhan yang dahulu, mengingat-ingat bagaimana Tuhan menyelamatkan, menyatakan kuasa dan mujizat-Nya, bagaimana Tuhan mengangkat dan menolong setiap kita dari masalah atau tantangan yang besar, maka Tuhan yang sama yang juga akan menyelamatkan kita lagi.
Rasul Paulus jelas sekali menulis ini untuk menggambarkan bahwa bukan hanya satu kali penyertaan Tuhan itu terjadi tetapi Tuhan akan menyelamatkannya lagi. Jadi apa yang Rasul Paulus alami bukan hanya terjadi sekali atau dua kali saja karena kata “LAGI” di ayat 10 ini sebenarnya menjelaskan bahwa itu sudah terjadi berkali-kali. Tuhan menyelamatkan Rasul Paulus “LAGI dan LAGI” dan apabila kita melihat kehidupan Rasul Paulus, caranya bekerja dengan Tuhan sangat berani dan hari itu keadaan yang dialaminya tidak mudah karena dirinya dikekang oleh banyak orang dan bukan hal yang mudah untuk mengabarkan injil saat itu, tidak seperti yang setiap kita alami saat ini.
Perkataan Rasul Paulus bahwa Tuhan akan menyelamatkannya LAGI dan LAGI, ini yang kemudian bisa menghasilkan banyak cerita atau kesaksian bagaimana penyertaan Tuhan. Ketika semua keadaan baik-baik atau tenang-tenang saja, apa cerita atau kesaksian tentang penyertaan Tuhan yang bisa kita ceritakan kepada orang lain? Ketika keadaan baik-baik saja, apa yang Rasul Paulus bisa tulis? Tetapi anehnya kebanyakan orang justru menginginkan keadaan yang seperti ini,keadaan dimana semua baik-baik saja dan tidak perlu memakai iman.
Sebenarnya dalam perjalanan hidup kita bersama Tuhan, Dia akan selalu membawa kita berjalan yang sebenarnya tidak enak menurut daging kita, karena iman berarti bahwa kita melangkah ke tempat yang belum pernah kita lihat, mempercayai sesuatu yang belum terjadi dan belum pernah dilihat dan itu pasti tidak enak atau tidak nyaman, berbeda dengan melangkah di tempat yang pasti dan nyaman menurut daging. Melangkah sambil bersungut-sungut itu juga bukan melangkah dengan iman, jadi sekalipun orang itu akhirnya tetap melangkah tetapi Tuhan tidak menilainya dengan iman. Orang yang melangkah dengan iman sekalipun tidak melihat, dia mengucapkannya dengan hati yang percaya dan positif.
Jangan seperti bangsa Israel yang percaya akan tanah Kanaan dan kemudian mengikuti Musa keluar dari Mesir tetapi ditengah perjalanan ketika mengalami pressure, tekanan atau penderitaan yang keluar dari mulut mereka bukan lagi perkataan iman tetapi justru sungut-sungut, kemarahan, pemberontakan dan ingin kembali ke Mesir dan tanpa disadari mereka telah menghujat Tuhan. Inilah yang berbahaya dimana Roh Kudus mengajarkan kepada Ps Hendrik bahwa ucapan atau sungutan yang keluar dari mulut bangsa Israel bahwa lebih baik mereka kembali ke Mesir daripada harus mati di padang gurun sebenarnya adalah ucapan yang awalnya hanya keluar dari percakapan dari hati ke hati diantara sesama bangsa Israel yang ada didalam rumah saja tetapi kemudian itu dinilai dan dicatat oleh Tuhan. Ketika bangsa Israel meneriakkan itu kepada Tuhan kita berpikir bahwa saat itulah bangsa Israel mulai bersungut-sungut, ternyata tidak karena bersungut-sungut itu adalah sesuatu yang ada didalam hati kemudian itu diucapkan. Bersungut-sungut juga berarti orang yang tidak bisa mengucap syukur, kehilangan pengharapan karena tidak pernah mengingat-ingat perbuatan yang Tuhan pernah buat dalam hidupnya.
Orang yang dipakai oleh Tuhan pasti menginginkan ada cerita hebat yang keluar dari hidupnya, tetapi kebanyakan orang melihat dari jumlah berkat yang diterima dan kuasa yang dimilikinya. Padahal cerita yang hebat sebenarnya adalah seberapa besar pressure, tekanan atau penderitaan yang di alaminya.
2). KITA TIDAK PENTING, YANG PENTING ADALAH TUHAN.
"Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat." (2 Korintus 11 : 27 – 28 TB)
Rasul Paulus mengerti bahwa panggilannya adalah berada ditengah-tengah jemaat, hidupnya sepenuhnya untuk mengabarkan Injil, sepenuhnya untuk Tuhan. Orang kehilangan pengharapan karena hidupnya sering kali tidak sepenuhnya buat Tuhan sehingga ketika mengalami pressure, tekanan atau penderitaan dirinya tidak kuat, tetapi orang yang total atau sepenuhnya dengan Tuhan imannya akan terus progress naik dan terus naik, LAGI dan LAGI. Oleh sebab itulah mengapa hidup kekristenan setiap kita harus diperbaharui dari hari ke hari sampai kepada kesempurnaan dimana Tuhan ingin membawa setiap kita melihat kemuliaan-Nya yang semakin besar.
Dikatakan bahwa dalam mengurus jemaat sehari-hari Rasul Paulus sudah banyak berjerih lelah, bekerja berat, sering tidak tidur, lapar, dahaga, terkadang harus berpuasa dan kedinginan karena tidak mempunyai pakaian, ini menandakan bahwa hidup Rasul Paulus benar-benar sepenuhnya buat Tuhan dan dirinya tidak lagi penting karena itu adalah bagian, tanggung jawab dan panggilannya dengan anugerah dari Tuhan
Sewaktu hidup seseorang sepenuhnya buat Tuhan, sepenuhnya untuk melayani jemaat Tuhan maka orang akan mengetahui dan menyadari bahwa sesungguhnya dirinya tidak penting karena yang penting adalah Tuhan, dirinya akan semakin kecil dan Tuhan yang semakin besar, dirinya akan semakin berkurang dan Tuhan yang semakin bertambah-tambah.
Sewaktu kita melakukan sesuatu, jangan pernah sampai merasa bahwa kita ini penting karena orang yang merasa dirinya penting akan masuk pada penderitaan sendiri dan jatuh dalam kesombongan. Apabila orang lain menganggap bahwa kita penting itu atau ketika orang memberi apresiasi atas apa yang kita lakukan, itu adalah bagian dari orang tersebut.
KEADAAN YANG LEBIH BAIK SETELAH PENDERITAAN
Pressure, tekanan atau penderitaan itu menghasilkan kuasa. Bangsa Israel tidak akan pernah melihat laut Teberau terbelah apabila mereka tidak taat dan mau berjalan, seandainya ada jalan yang lain mungkin mereka akan memilih jalan yang lain dan tidak mau menghadapi laut Teberau itu. Jadi pressure, tekanan atau penderitaan adalah produk dari Tuhan untuk kita mengalami keadaan yang lebih baik lagi dengan cara hidup dan respon yang benar.
Ishak sebelum menanam benih yang menghasilkan seratus kali lipat, dia harus mengalami yang namanya kelaparan terlebih dahulu dengan keluar dari Mesir dan kemudian Tuhan menyuruhnya untuk menabur. Selalu ada kuasa setelah pressure, tekanan atau penderitaan, jadi sewaktu kita mengalami itu yang harus kita lakukan adalah menyiapkan diri kita untuk mengalami kuasa Tuhan yang besar, menyiapkan diri untuk mengalami keadaan yang lebih baik.
Daud ketika dikejar-kejar oleh Saul sebenarnya berkali-kali mempunyai kesempatan untuk membunuh Saul tetapi itu tidak dilakukannya. Keputusan yang diambilnya untuk tidak melakukan itu justru mendapat banyak simpatik dari banyak pasukan yang lainnya. Dengan dirinya terus-menerus di kejar-kejar oleh Saul tanpa sengaja dia menduduki banyak tempat yang diperanginya sehingga kemudian dia mempunyai begitu banyak pasukan di seluruh Israel. Itu semua adalah bagian dari rencana Tuhan bukan disengaja oleh Daud dan pasti bukan hal yang enak ketika harus di kejar-kejar hendak di bunuh.
Apabila ada orang yang begitu membenci anda, itu adalah bagian dari rencana Tuhan seperti yang Daud alami. Hadapi itu tidak dengan bertengkar tetapi menghindarlah dan mencari damai, apabila anda kemudian harus berhadapan dengannya, anda harus bisa seperti Daud yang tidak membunuh, tidak dengan amarah tetapi justru dengan mengasihi. Daud bisa menguasai banyak wilayah karena perbuatan Saul sendiri yang terus-menerus mengejarnya sehingga dia harus berperang dari satu tempat ke tempat yang lain tetapi itu juga mempersiapkan Daud untuk menjadi raja yang mempunyai pengaruh karena tidak mungkin seorang raja akan mempunyai pengaruh apabila raja tersebut tidak pernah berperang dan menduduki wilayah demi wilayah, seberapa jauh wilayah kekuasaan seorang raja adalah seberapa jauh seorang raja pernah ke daerah tersebut.
Hari-hari ini kita tidak sedang dikejar-kejar oleh Saul tetapi Tuhan mengutus kita untuk mengabarkan injil ke kota-kota di beberapa propinsi dan menjangkau sejauh atau seluas mungkin daerah-daerah atau kabupaten yang ada di sekitarnya karena di sana ada bekal Tuhan, ada mutiara yang mungkin bisa kita dapatkan.
Jadi di poin yang kedua ini firman Tuhan mengajarkan bahwa setiap kita adalah tidak penting yang penting hanyalah Tuhan. Sangat berbeda dengan pelajaran di dunia sekuler dimana seorang motivator akan diajarkan bahwa dirinya adalah orang yang penting agar supaya kepercayaan dirinya tinggi. Sangat banyak anak Tuhan yang jatuh dalam kesombongan dan tidak bisa sepenuhnya melayani Tuhan karena ingin berpijak pada firman dan juga pada dunia dimana seharusnya setiap kita harus berpijak kepada firman karena firman lebih tinggi dari bumi ini.
Ada sebuah kisah dan semoga ini bisa menjadi pelajaran dimana apabila orang ingin memutuskan melakukan sesuatu, pertama orang akan melihat atau menganalisa terlebih dahulu apa keuntungan yang bisa didapatkannya. Ini adalah pengajaran yang sudah lama dan semua orang melakukannya baik itu dalam pekerjaan atau bisnis, tetapi apa yang Tuhan ajarkan adalah “berilah maka engkau akan diberi” jadi bagian kita hanya memberi dan bagian Tuhan adalah memberi atau memberkati kita apakah melalui orang yang sama atau melalui orang lain, jadi dalam pekerjaan layanilah orang dengan tulus dan murni.
Begitupun dalam prinsip bisnis, jangan memikirkan apa yang menjadi keuntungan perusahaan anda tetapi pikirkan apa yang menjadi keuntungan terbaik yang pelanggan anda bisa dapatkan sehingga orang akan merasakan sesuatu yang berbeda. Jadi jangan memasukkan prinsip dunia kedalam pekerjaan Tuhan, firman Tuhan harus bisa diterapkan dalam bisnis atau pekerjaan kita dengan benar maka kita akan melihat dampak dan kuasanya yang luar biasa.
“Di balik penderitaan selalu ada kuasa yang lebih besar”
Amin, Tuhan Yesus Memberkati….
MENGENAL ISI HATI BAPA (Bagian Pertama)
MENGENAL ISI HATI BAPA (Bagian Pertama) Sabtu, 04 Februari 2023 Ps Joseph Hendrik Gomulya Sejak awal manusia diciptakan Allah ...
-
RECEIVE DUNAMOS Oleh : Ps. Joseph Hendrik Gomulya, M. Th Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang hidup, Dia Tuhan yang kita bisa rasaka...
-
Di atas perjanjian Lewi, kami berdiri di antara Tuhan dan bangsa Indonesia. Kami berdiri membawa pendamaian bagi bangsa Indon...